30 Maret 2013

REFLEKSI MILAD KE-15: Membenahi Dwitungal KAMMI−PKS

oleh: Yusuf Maulana *)

YusufMESKIPUN secara de jure Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) mengklaim bahwa mereka bukanlah bagian dari struktur-langsung PKS, secara de facto sukar dipungkiri bahwa keduanya merupakan entitas yang berkaitan erat. Maka, mendiplomasikan KAMMI bukan bagian dari PKS, atau memisahkan masa depan PKS tanpa melibatkan dinamika KAMMI, merupakan wacana yang absurd. Dengan demikian, berbicara masa depan PKS—baik untuk 2014 ataupun setelahnya—meniscayakan untuk melihat kiprah pelapisnya saat ini: KAMMI.

Sampai di sini dapat dibangun asumsi bahwa membangun KAMMI sama pentingnya membangun PKS. Asumsi ini bukan berarti menyegala-galakan keberadaan KAMMI; bahwa  KAMMI pastilah PKS, atau PKS masa depan hanya bisa direpresentasikan sebagai KAMMI hari ini. Akan tetapi, seperti yang ingin disampaikan pada refleksi sederhana ini, KAMMI sebagai anasir di tubuh PKS—entah apa pun penyebutan yang dimaui oleh aktivisnya—tidak bisa menutup mata atas kiprah PKS; hal yang sama berlaku pula kepada PKS.

MANIFESTO KAMMI UNTUK INDONESIA

Gambar

Naskah Manifesto ini dirumuskan di Jakarta, diselesaikan di Yogyakarta, dan dideklarasikan di Malang.

28 Maret 2013

[BUKU] Mencintai 'Aktivisme' dengan Sederhana

GambarJudul buku          : Aktivisme Sekejap dan Lenyap (Menakar Demoralisasi Mantan Aktivis Mahasiswa)
Penulis                : Dedy Yanwar Elfani
Tebal buku          : 125 halaman; 14,5 x 20,5 cm
Penerbit              : Diandra Pustaka Indonesia
Terbit                 : Maret 2013
Harga                 : Rp 30.000,-
Peresensi          : Ahada Ramadhana *)
"Sinisme masyarakat dengan tuduhan mereka tidak konsisten, pragmatis, syahwat kekuasaan tidaklah proporsional dan terkesan dipaksakan. Sah-sah saja para mantan aktivis mahasiswa berpolitik praktis karena tidak ada aturan moral dan hukum yang melarang. Semua warga negara berhak dan mempunyai kesempatan politik yang sama. Yang bermasalah bukan pada sisi pilihan masuk politik praktis, tapi di mana dia masuk? Bagaimana dia masuk? Dan apa yang diperbuatnya setelah masuk?"

[BUKU] Jalan yang Harus Ditempuh

GambarJudul Buku       : Ma’alim fi ath-Thariq: Petunjuk Jalan yang Menggetarkan Iman
Penulis             : Sayyid Quthb
Penerbit           : Darul Uswah (kelompok ProU Media)
TahunTerbit     : Cetakan ke-4 (Maret 2012)
Tebal                 : 354 halaman
Peresensi        : Nur Ailin
JUDULNYA "Petunjuk Jalan yang Menggetarkan Iman", Penerjemahnya mengaku, di bagian pendahuluan buku, bahwa ia merasa tidak sanggup menceritakan buku yang telah menggetarkan iman para pejuang Islam ini. Buku yang ditulis oleh seorang tokoh Ikhwanul Muslimin, Sayyid Qutb, ketika ia masih berada di penjara Nasser dan menunggu detik-detik kesyahidan di tiang gantungan.

22 Maret 2013

Dari Aksi Ke Aksi

Oleh: Arif Susanto[2]

TAK perlu memungkiri bahwa KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dilahirkan sebagai front Aksi pada 29 Maret 1998 lalu. KAMMI yang dideklarasikan di Malang menjelma menjadi armada aksi yang mampu menghadirkan gelombang massa dan gelombang opini hingga Reformasi bergulir di tahun 1998. Aksi-aksi yang digelar oleh KAMMI mampu mendorong reformasi dan memberikan warna dalam dinamika pergerakan mahasiswa Indonesia hingga 2004. Selama rentang waktu itu, KAMMI bergeliat dari satu aksi ke aksi lain.

Namun kini terjadi kegamangan ihwal aksi-aksi yang dilakukan oleh KAMMI. Perubahan sistem pendidikan di Perguruan Tinggi juga mengubah pembacaan mahasiswa terhadap aksi demonstrasi. Seolah aib, Aksi jalanan dianggap kurang intelektual karena aspirasi dan suara bisa disampaikan dalam bentuk lain, semisal tulisan, diskusi, hearing, dan lain-lain. KAMMI-pun mulai merambah aktivitas keilmuan dengan membuat lokus-lokus keilmuan di kampus-kampus.

21 Maret 2013

Ya, Memang Beginilah KAMMI...

oleh: Alikta HS *)

GambarMUDA DAN ENERGIK. Begitulah saya memandang KAMMI di usianya yang tak lebih dari lima belas tahun ini. Sebagai organisasi kemahasiswaan yang lahir di masa transisi perpolitikan Indonesia tahun 1998, harus diakui KAMMI telah berhasil menorehkan identitas kesejarahannya dalam dinamika keislaman, kemahasiswaan, dan keindonesiaan.

Namun, dengan latar belakang historis tersebut, kita harus jujur mengakui bahwa ada semacam kegamangan untuk positioning dalam dinamika kekinian yang semakin turbulen. KAMMI masih terbelenggu pada otoritas masa lalu yang defensif dan determinatif, sehingga menyebabkan dominasi berlebih pada setiap wacana, pola pikir, dan langkah gerak organisasi. Padahal, tuntutan untuk melakukan pembaharuan guna menjawab tantangan zaman tentu merupakan suatu keharusan yang tak bisa ditawar.

Meredefinisi Musuh KAMMI (Tanggapan atas tulisan Syarifuddin, 9 Maret 2011)

oleh Sofistika Carevy Ediwindra *)

GambarSAYA tertarik dengan tulisan Syarifudin, salah seorang alumni KAMMI, yang berjudul Reflektivitas Profetik dan Mihwar Kegamangan KAMMI. Tulisan ini menjadi sajian pada diskusi Roadshow Pra-Sarasehan Inteligensia KAMMI di Depok, UI, pada 9 Maret lalu.

Bagian yang paling menyentil bagi saya dalam tulisan yang juga menggugat klasifikasi mihwar KAMMI versi Rijalul Imam ini adalah tentang redefinisi musuh KAMMI.  Apakah KAMMI punya musuh? Ya, tentu saja. Disebutkan dengan jelas dalam prinsip gerakan bahwa musuh utama KAMMI adalah kebatilan. Maka tak jarang, KAMMI dahulu kerap mendemo bahkan menjatuhkan pemerintahan rezim seperti Suharto, Abdur Rahman Wahid, dan Megawati.

20 Maret 2013

Manifesto "KAMMI untuk Indonesia" Siap Dideklarasikan di Malang (Cerita dari Sarasehan Jakarta-7)

Gambar

JAKARTA (17/3)-Di sudut ruangan aula LDK As-Salam STEKPI, Jakarta, belasan aktivis,  tampak serius berdiskusi. Ada yang mendokumentasikan hasilnya di laptop. Ada yang memaparkan gagasannya, sambil kadang-kadang menuliskan di papan tulis yang tersedia. Yang lain mendengarkan seksama.

Begitulah potret salah satu forum di Sarasehan Inteligensia KAMMI II di Jakarta. Pertemuan ini ternyata tidak hanya mendengarkan paparan-paparan dari narasumber dan alumni. Peserta sarasehan juga membahas beberapa hal penting terkait rumusan tentang apa yang akan dilakukan oleh KAMMI di masa depan.

Pembahasan tersebut dimulai sejak Ahad (17/3) selepas shalat subuh. Difasilitasi oleh Arif Susanto (Pegiat Forum Kultural dari Solo), peserta membahas beberapa hal penting terkait masa depan KAMMI dan kontribusi apa yang bisa diberikan oleh Forum Kultural.

19 Maret 2013

Mu'tamar Ma'ruf: Sebaiknya Komisariat KAMMI berbasis Keilmuan (Cerita dari Sarasehan Jakarta-6)

GambarMu'tamar (kiri)

JAKARTA (16/3)-GAGASAN demi gagasan terus bermunculan di Sarasehan Inteligensia KAMMI. Jika di Yogyakarta, ada gagasan untuk menjadikan KAMMI sebagai organisasi publik (wajihah 'amal 'aam) seperti disampaikan oleh Imron Rosyadi (Ketua KAMMI DIY 2001-2002), maka kali ini ada gagasan menarik yang disampaikan kolega beliau di KAMMI DIY, Mu'tamar Ma'ruf.

Ketika diundang untuk berbicara di Sarasehan Inteligensia KAMMI Jakarta yang digagas Forum Kultural, Mu'tamar menyatakan bahwa sudah saatnya KAMMI merombak Komisariat tidak lagi berbasis kampus, melainkan kompetensi keilmuan.

"Untuk lebih menegaskan fungsinya secara nyata, KAMMI perlu mengubah basis komisariatnya yang tadi berbasis kampus menjadi berbasis keilmuan",, kata pendiri KAMMI Komisariat UNY ini.

18 Maret 2013

Haryo Setyoko: Gerakan Mahasiswa Jangan Remehkan Media Sosial (Cerita dari Sarasehan Jakarta-5)

oleh: Nur Afilin

Panitia Sarasehan Inteligensia KAMMI II, Jakarta

Gambar

Sarasehan Inteligensia KAMMI edisi Jakarta berakhir kemarin Ahad (17/3). Universitas Trilogi (dulu: STEKPI) yang berlokasi di Kalibata Jakarta Selatan menjadi tuan rumah agenda ini. Banyak ide, gagasan, kritikan, dan wacana yang terlontar dari para pembicara dan peserta yang terkuak. Salah satu yang menurut saya menarik ialah berkaitan dengan sosial media (sosmed) dan perannya dalam sebuah gerakan.

Sesi yang dimoderatori oleh Ahmad Rizky MU (Pegiat Forum Kultural Yogya) tersebut menghadirkan Haryo Setyoko, Badaruddin, dan Fikri Aziz. Ketiganya adalah mantan pengurus KAMMI dari masing-masing generasi.

Mengubur Politik Ekstra Joss (Makalah Sarasehan Jakarta-3)

disampaikan di Sarasehan Inteligensia KAMMI II di Jakarta, 16 Februari 2013.

oleh: Akbar Tri Kurniawan *)

GambarTIBA-TIBA saja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar konferensi pers beberapa menit sebelum take off pesawat kepresidenan menuju Jerman dan Hungaria awal Maret lalu. Pidatonya kali ini lebih jelas ketimbang pidato-pidato sebelumnya. “Ada elit ingin menggoyang pemerintahan.” Lugas dan menohok.

Setelah kedatangan kembali ke Tanah Air, hari-hari Presiden SBY disibukkan dengan dinamika politik. Bahkan Sang Presiden sudah memasukkan kemungkinan-kemungkinan kudeta politik dalam kantung bajunya.

Keresahan presiden yang terpilih dua kali pemilu tersebut akibat goyangan elit politik yang bandulnya makin kencang mendekati pemilihan umum 2014, satu tahun mendatang. Hentakan-hentakan elit politik bersinggungan dengan kasus-kasus hukum nomor wahid. Sebut saja Hambalang, Century, atau kasus lain.

Rijalul Imam: Jangan Pernah Menutup Pintu Ijtihad (Cerita dari Sarasehan Jakarta-4)

Gambar

JAKARTA (16/3)—Pagi itu, Kampus STEKPI ramai dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah. Tetapi, di Aula Sekretariat LDK As-Salam, STEKPI, puluhan aktivis mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia berkumpul untuk mengikuti Sarasehan Inteligensia KAMMI II.

Kali ini, yang menjadi pemantik diskusi adalah Rijalul Imam, MSi, mantan Ketua Umum PP KAMMI yang telah menulis berbagai buku pergerakan. Beliau hadir untuk memberi pemaparan mengenai ‘mihwar gerakan KAMMI’, narasi yang beliau susun sebagai agenda strategis gerakan KAMMI.

Hari itu, pak Rijal datang terlambat. “Beliau ternyata menunggu di Riyadusshalihin, Tebet. HP dan BB-nya tertinggal. Untunglah, beliau mengirim email dan bisa dijemput”, kata Dian, seorang panitia kegiatan dari KAMMI Jakarta.

Badaruddin: KAMMI Harus Bergerak Beyond Politics (Cerita dari Sarasehan Jakarta-3)

IMG_3224

JAKARTA (16/3)-Sudah menjelang pukul 10 siang ketika Sarasehan Inteligensia KAMMI Jakarta mendapatkan tamu istimewa. Tiga orang senior gerakan KAMMI hadir untuk berbagi pengalaman dan memberi pemaparan di Forum Sarasehan Inteligensia KAMMI II, Stekpi (17/3).

Tiga senior yang hadir antara lain Haryo Setyoko (Deklarator dan Sekjen Pertama KAMMI), Badaruddin (Ketua KAMMI Pusat 2001-2002), dan Fikri Azis (Sekjen PP KAMMI 2008-2009). Ketiga aktivis KAMMI yang turut membidani dan membesarkan KAMMI di masing-masing masanya itu memberikan banyak pemaparan kepada aktivis-aktivis KAMMI Kultural yang sedang berkumpul dan bersarasehan.

16 Maret 2013

Menuntaskan Paradigma Intelektual Profetik KAMMI (Makalah Sarasehan Jakarta-2)

makalah diskusi di Sarasehan Inteligensia KAMMI II di Jakarta, 16 Februari 2013. 

oleh: Mu'tamar [1]

IMG_8849CopyCopy

PUJI syukur saya sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah keimanan dan segala kenikmatan yang saya rasakan. Semoga dengan keimanan ini saya telah menjual diri kepadaNya dengan jual-beli yang menguntungkan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad saw, perjuangan beliau dalam menegakkan tonggak sejarah baru manusia menjadi semberikan semangat bagi kita, serta kebersihan dan kesholehan pribadi beliau, menjadi contoh yang paling baik dalam mengarumi kehidupan, dan semoga kita mampu mengikuti jalannya secara istiqomah sampai pada penutup hidup kita.

Sudah lebih dari 10 tahun saya tidak lagi berkecimpung di dunia pergerakan mahasiswa. Semenjak saya meninggalkan KAMMI pada tahun 2002 dengan jabatan terakhir sebagai ketua bidang kajian stategis di KAMMI Yogyakarta. Ketika saya di-sms oleh mas wibisono untuk mengisi sarasehan KAMMI, ada dua gejolak dalam hati saya, saya terima atau tidak, karena sudah lamanya saya tdk lagi bergelut dengan dunia pergerakan mahasiswa, sehingga terasa sudah ada jarak dan terputus antara realitas yang saya hadapi (kesibukan bekerja) dengan gejolak ingin “bermimpi” di dalam KAMMI. Setelah saya timbang-timbang, gejolak untuk mentransformasikan ide-ide yang pernah saya pikirkan didalam KAMMI kepada adik-adik menggelora sehingga tawaran itu saya terima.

Mihwar Gerakan KAMMI: Sebuah Penjelasan (Makalah Sarasehan Jakarta-1)

Oleh    : Rijalul Imam, S.Hum, M.Si.

*Disarikan dari paparan yang disampaikan dalam Sarasehan Inteligensia KAMMI II di Jakarta, 16 Maret 2013. notulis: Umar

rijalul imamLATAR BELAKANG saya merumuskan konsep ‘mihwar gerakan’ adalah karena latar petualangan saya di dunia pemikiran. Semangat saya untuk masuk ke dunia pemikiran adalah karena ada ‘kekosongan’ di KAMMI –kekosongan intelektual. Arah gerakan tidak jelas ditentukan ke mana. Ini terjadi ketika saya berada di Komisariat IAIN Sunan Kalijaga. KAMMI tidak mampu berdialektika dengan pemikiran yang berkembang, seperti JIL. Saya mencoba melakukan ‘sintesis’ pemikiran. Saya harus mengetahui: apa/siapa sebenarnya KAMMI itu? Masa lalunya seperti apa? Ternyata, pada tahun 1998, saya menemukan bahwa tidak ada struktur kaderisasi di sana. Tetapi, punya ratusan ribu kader. Sehingga, menjadi sebuah fakta bahwa kader KAMMI itu mayoritas tarbiyah.

Ketika di Yogya, saya bertemu dengan pak Yusuf Maulana. Beliau salah satu pendiri KAMMI IAIN Sunan Kalijaga. Saya kebetulan salah satu ‘binaan’ beliau. Saya berinisiatif membuat Lingkar Diskusi K3BP. Karena namanya sedikit tidak asyik, namanya diganti jadi Gardan (Lembaga Rekayasa Peradaban). Saya banyak meng-construct KAMMI. pada waktu itu, struktur KAMMI melarang forum ini. Saya coba bernegosiasi: saya bersedia membubarkan kelompok diskusi ini jika KAMMI tidak ada agenda. Saya mencoba untuk membuat tiga komitmen pada waktu itu: (1) membaca; (2) hadir; (3) bicara. Di IAIN, diskusi yang dulu dibentuk sesederhana itu.

Sarasehan Inteligensia KAMMI Gagas Gerakan Keilmuan (Cerita dari Sarasehan Jakarta-2)

Siaran Pers

Subjek             : Sarasehan Inteligensia KAMMI

Kontak             : Umar (08195485931)

JAKARTA (16/3)—Sarasehan Inteligensia KAMMI di Jakarta telah menapak pada hari kedua. Pertemuan ini menggagas format Gerakan Keilmuan yang bisa diaplikasikan oleh gerakan mahasiswa, terutama KAMMI.

Pertemuan hari kedua ini menghadirkan Rijalul Imam, mantan Ketua Umum PP KAMMI, sebagai pembicara.  Menurutnya, saat ini Indonesia bergerak tanpa arah dan orientasi yang jelas. “gerakan mahasiswa harus mengisi kekosongan wacana kenegaraan saat ini”, tambah mantan Ketua Umum KAMMI DIY tersebut.

Dharma Setyawan: Mencintai KAMMI dengan 'Gila' (Cerita dari Sarasehan Jakarta-1)

GambarJAKARTA-Dharma (25) mengalami demam ketika akan berangkat ke Jakarta hari Jumat sore. Namun, ia tetap melangkahkan diri menuju stasiun guna menghadiri Sarasehan Intelegensia KAMMI II di Jakarta, 15-17 Februari 2011.

"Iya, saya agak sakit sejak tadi pagi", jawabnya ketika ditanya redaksi di kereta Progo. 

15 Maret 2013

[BUKU] Gerakan Islam dalam Tegangan Modernitas

GambarJudul Buku  : A Fundamental Fear: Eurocentrism and The Emergence of Islamism

Penulis      : Bobby S. Sayyid

Penerbit  : Zed Books, London

Tahun Terbit : 1997

Tebal : 179 halaman

Peresensi : Ahmad Rizky Mardhatillah Umar *)
 -Ia tak bisa tampil sendiri; ia harus ditampilkan- (Edward Said)

APA artinya menjadi gerakan Islam saat ini? Setelah terjadinya peristiwa Arab Spring yang membawa berbagai gerakan Islam masuk pada proses demokratisasi dan pertarungan elektoral, pertanyaan ini layak didiskusikan kembali. Apalagi, dengan kemenangan beberapa gerakan seperti AKP, Ikhwanul Muslimin, atau Salafi dalam Pemilu di beberapa negara,.debat soal gerakan politik Islam kembali menghangat.

14 Maret 2013

Belajar dari Tan Malaka

oleh: Ali Akbar Hasibuan *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

aliakbarTan Malaka: seorang putra kandung pribumi yang telah berhasil menorehkan sejarah perjuangan. Ia bermodalkan nusantara dan berwatakkan sosial sebagai simbol kemuliaan kaum buruh dan tani. Jujur, hati saya tak bisa membayangkan, seorang pribumi Indonesia berdarah minang yang kebanyakan masyarakatnya buta huruf. Tetapi, pada tahun 1922, beliau telah berhasil melampaui sejarah ketika menjadi orang Indonesia pertama yang berpidato pada kongres Komunis Internasional (Komintern) keempat di Moskow, Uni Sovyet.

Pidato pada 12 November 1922 itu menolak tesis yang didraft oleh Pemimpin Partai Komunis Rusia, Vladimir Lenin, dan diadopsi pada kongres kedua. Draft Lenin tersebut menekankan betapa pentingnya perjuangan melawan Pan-Islamisme bagi kelas pekerja. Tan tak bisa menerima itu. Karena, bagi Tan, antara Komunis dan Pan-Islamisme tak perlu dibenturkan. Mereka bisa bekerja sama pada bidang-bidang tertentu.

Momentum Transformasi Gerakan Islam

tulisan ini disampaikan pada diskusi rutin LDK Universitas Negeri Jakarta
Oleh : Andriyana S.T *)
GambarAWAL tahun 2011, dunia di kejutkan oleh sebuah peristiwa tumbangnya rezim ototriter Tunisia dalam waktu yang sekejap. Hanya sepekan pemimpin otoriter Zinedin Ben Ali ini tumbang karena demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Tunisia. Peristiwa ini bermula ketika seorang pedangan buah dan sayuran di rampas dagangannya dan dia melakukan protes terhadp pemerintah Tunisia,karena tidak di gubris maka pedagang ini membakar dirinya hingga tewas sebagai bentuk protes terhadap pemerintah. Sontak kejadian ini menjadi pemicu terjadinya demonstrasi besar-besaran di Tunisia dan menyebabkan dictator  Ben Ali melarikan diri dari Tunisia dalam waktu sepekan.
Laksana belantara kerontang disirami bensin, maka tinggal menunggu waktu pula datangnya pemantik untuk menyulut api perlawanan terhadap pemerintahan diktator di Timur Tengah. Tak perlu menunggu lama api perlawan itu berkobar di hampir seantero dunia Arab,yang kemudian pergolakan perlawanan di Timur Tengah ini oleh sebagian orang di sebut dengan “arab spring”.

[Buku] Menjadi Eksistensialis

GambarJudul: Eksistensialisme dan Humanisme
Penulis : Jean Paul Sartre
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tahun Cetak : 2002
Tebal : 148 Hal
Panjang : 19 cm
Peresensi: Zulfikhar*
JIKA mendiskusikan filsafat eksistensialisme, sebenarnya kita sedang akan mendiskusikan pemikiran Jean Paul Sartre.  Seorang filsuf besar Perancis yang berpengaruh pada dua dekade 50 dan 60-an. Kontribusinya dalam mengembangkan aliran filsafat moderen ini sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan sampai saat ini belum ditemui filsuf-filsuf besar Perancis yang bisa menggantikan kedudukan Sartre.
Sartre lahir di Paris, Perancis, 21 Juni 1905.[1] Pada masanya; ia juga dikenal sebagai seorang novelis, dramawan dan aktivis politik yang berpengaruh. Pikiran-pikirannyamenjadi referensi oleh banyak orang di Perancis. Tetapi ia tidak pernah puas dengan pandangan-pandangan intelektualnya.[2]

13 Maret 2013

Sarasehan Nasional Intelegensia KAMMI II Siap Digelar di Jakarta

sarasehan1

JAKARTA (13/3)-Setelah sukses dengan gelaran Sarasehan Nasional Intelegensia I di Yogyakarta yang melahirkan forum KAMMI Kultural di beberapa daerah, Sarasehan Intelegensia KAMMI akan kembali digelar di Jakarta, 15-17 Maret 2013.

Kegiatan yang merupakan lanjutan sarasehan di Yogyakarta ini akan mengangkat tema "Menggugat Peran Ke-Indonesia-an KAMMI". Forum akan membahas strategi paradigma gerakan KAMMI, genealogi KAMMI, dan rumusan Manifesto "KAMMI untuk Indonesia".

12 Maret 2013

'Kader Siyasi': Visi Kaderisasi KAMMI (2001-2004)

Catatan Penyunting: Artikel ini merupakan hasil dari lokakarya kaderisasi nasional KAMMI tahun 2001. Diolah oleh TIm KAMMI DIY 2001-2002 (Imron Rosyadi, Arif Haryanto, Mu'tamar Ma;ruf, dll).

Gambar

I.  Landasan Filosofis

Siyasah ad-dakwah

Siyasah ad da’wah adalah suatu upaya optimal mendayagunakan semua sumber potensi da’wah atas dasar prinsip-prinsip yang jelas untuk mencapai tujuan tinggi dengan merealisir sasaran-sasaran yang telah ditentukan. (Hilmi, 1998).

"Mihwar" dan Masa Depan Perjuangan KAMMI (Risalah Diskusi Pra-Sarasehan di UI, Jakarta)

oleh: Fatin Rohmah Nur Wahidah *)

fatinHingga hari ini, 15 tahun sudah KAMMI berdiri. Bagi sebuah gerakan, dapat diartikan bahwa gerakan ini sudah mencapai usia remajanya. Ada banyak hal yang juga sudah terjadi. Dalam sejarah kelahirannya, KAMMI memang lahir dalam era yang masih labil. Masa reformasi kala itu dan momentum krisis ekonomi pun mempengaruhi pola KAMMI secara umum. Karena dibentuk dalam suasana responsif saat itu., maka yang ditekankan adalah gerakan aksi turun ke jalan. Aksi demonstrasi yang dilakukan masih mudah dan berintensitas tinggi. Beberapa kali berupaya menurunkan preseiden sehingga pragmatisme-lah yang kala itu menjadi ciri khasnya. Namun kini zaman telah berganti dan banyak  perubahan yang terjadi. Begitu pun semestinya sebuah gerakan, mengalami perubahan ciri khas agar dapat lebih relevan.

Bicara kammi tidak lepas dari konteks jamaah dan partai. Saat itu, KAMMI masih lantang menkritisi pemerintahan sehingga disebut pengkritik rezim. Namun kini setelah jamaah berhasil masuk menjadi bagian dari negara, entah kemana suara lantang itu. Suara kritis KAMMI mulai bungkam akibat kebimbangan ataupun kegamangan bersikap. Apakah KAMMI masih menjadi gerakan perlawanan atau justru telah menjadi gerakan pendukung rezim? Mungkin juga KAMMI perlu kembali mendefinisikan siapa  ‘musuh’ yang perlu mereka lawan. Negara, lembaga multinasional, atau siapa?

11 Maret 2013

Menggagas Badan Wakaf Alumni KAMMI: Manifesto Pergerakan

Gambar“Belajar berdiri sendiri, jangan hanya jual tenaga pada siapapun, ubah kedudukan kuli jadi pengusaha, biar kecil seperti apapun, tak ada modal? Berserikat, bentuk modal, belajar bekerjasama, bertekun dalam pekerjaan”. (Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa).

KAMMI dan Gerakan Koperasi (Makalah Diskusi "Sabtuan" di KAMMI UIN)

Oleh : Dharma Setyawan[1]

Pegiat Forum Diskusi Kultural Lampung, Kuliah di Yogyakarta
 “Pemerintahan berwatak oligarki, kebebasan sebagai paket demokratisasi tidak selalu mengarah pada kesetaraan, tetapi bisa juga memperlebar ketidaksetaraan. Liberalisasi politik yang memacu liberalisasi pemilikan dan perusahaan, dalam lebarnya ketimpangan sosial, bisa memperkuat dominasi pemodal besar. Pertumbuhan ekonomi tidak diikuti oleh pemerataan. Dalam memperkuat dominasinya, para pemodal bisa menginvasi prosedur demokrasi”. (Yudi Latif)

Keadilan sosial inilah protes kita yang maha hebat kepada dasar individualism..maka oleh karena itu jikalau kita betul-betul hendak mendasarkan Negara kita ini dengan faham kekeluargaan, faham tolong menolong, faham gotong royong dan keadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap-tiap faham individualism dan liberalism dari padanya”. (Soekarno)

580695_3878319410145_901819808_n

Kelas Menengah?

McKinsey Global Institute memperkirakan jumlah kelas menengah Indonesia bakal mencapai 135 juta pada 2030 dari saat ini sekitar 50 juta orang.  Lembaga ini menyebut kelas menengah sebagai “consuming class”, yakni individu yang berpendapatan minimum US$ 3.600 per tahun. Dalam laporan terbarunya, Boston Consulting Group (BCG)  memproyeksikan, jumlah konsumen kelas menengah di Indonesia akan mencapai 141 juta jiwa pada 2020. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2012 yang sekitar 74 juta orang. BCG mendefinisikan kelas menengah adalah warga yang berpenghasilan minimum Rp 2 juta per bulan. Pada 2020, Euromonitor International juga yakin kelas menengah di Indonesia bakal mencapai 58 persen dari jumlah penduduk.

Indonesia sedang mengalami peningkatan kelas menengah. Namun asumsi peningkatan tersebut masih menyisakan tanda tanya besar, siapa dan dimana kelas menengah itu sedang tumbuh? Hatta Rajasa Menteri Bidang Perekonomian (08/03/2013) mengungkapkan dalam seminar kuliah umum bertema ‘Kelas Menengah, Bisnis, dan Politik’ di Pascasarjana UGM Yogyakarta, bahwa Indonesia masuk dalam kategori 16 peringkat dunia dan kelompok G20. Salah satu pemicu tumbuhnya perekonomian Indonesia itu adalah semakin meningkatnya jumlah kelas menengah setiap tahunnya.

9 Maret 2013

Muhammadiyah Kini dan Masa Depan (Di Tengah Pergulatan Ideologi Modern)

Oleh: Sumiaty S Makka *)

MEMBACA opini yang ditulis Kanda Djoko Susilo mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Radar Sulteng edisi Sabtu (18/6) berjudul Muhammadiyah Mahzab Lantai Tiga atau Empat, saya sedikit terhenyak, namun tidak begitu terkejut, atas apa yang diungkapkan oleh Kanda Djoko, atas segala fenomena ke-Muhammadiya-an saat ini. Maraknya, berbagai fenomena serta perkembangan pola pemikiran di kalangan Muhammadiyah, sudah menjadi sebuah tradisi bagi organisasi yang mengambil jalur pola dakwah moderat seperti halnya Muhammadiyah.

Hanya saja yang disayangkan, jika para kader dan aktivis Muhammadiyah, yang sejak awal telah menyatakan diri sebagai pendakwah dengan pola pembaharu, amar ma'ruf nahi munkar, serta menjadikan Ali Imran ayat 104 sebagai patron dakwah, pikirannya dicekcoki dengan pola pemikiran yang sudah mengarah pada kecenderungan sekulerisme yang diberi label Islam dengan pendekatan Liberalisme.

Jika di kalangan pimpinan pusat sudah mulai terdapat gap, antara Muhammadiyah fundamentalis' dengan Muhammadiyah 'Liberalis', bagaimana dengan Muhammadiyah yang berada di Pulau Sulawesi ini? Masih lekat dalam ingatan saya, ketika peringatan Milad Muhammadiyah beberapa tahun silam, tiba-tiba saja Jamaah Masjid Al-Furqan (masjid di kompleks gedung Dakwah Muhammadiyah Sulteng), dikejutkan dengan pengakuan salah seorang tokoh yang mengaku setuju dengan gerakan dakwah yang diusung oleh KH Ahmad Dahlan sejak tahun 1912 silam, serta bertitel doctor dari Makassar, yang secara terus terang mengaku kalau ia adalah pemimpin tertinggi kalangan Islam Liberal untuk kawasan Indonesia Timur.

Refleksivitas Profetik dan Mihwar Kegamangan KAMMI (Makalah Diskusi di UI, Jakarta)

oleh: Syarifudin, SIP *)

syarifudin

USIA organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) genap lima belas tahun pada 29 Maret 2013. Usia remaja bagi sebuah pergerakan mahasiswa, namun sepanjang itu pula KAMMI telah matang dengan berbagai pengalaman. Mengamati garis pertumbuhan KAMMI dari hari ke hari mengantarkan kita pada beberapa catatan penting.

Bernostalgia sejenak, KAMMI lahir (29 Maret 1998) dalam kondisi politik yang labil. Kala itu krisis ekonomi melanda bangsa Indonesia. Inflasi menembus batas toleransi. Konfigurasi kekuatan politik rezim Sueharto berada dalam titik nadzir kejatuhannya. Gerakan mahasiswa perlu berpikir dua kali sebelum secara massif mengkonsolidasikan diri. Pengalaman traumatis kekejaman rezim Orde Baru terhadap gerakan-gerakan subversif membuat gerakan mahasiswa sempat gamang.

Saat itu bibit-bibit organisasi KAMMI pun mengkonsolidasikan diri untuk menentukan sikap secara mandiri. Generasi KAMMI saat itu telah memiliki embrio dalam lembaga dakwah kampus yang tersebar di seluruh Indonesia. Jadi, basis pergerakan KAMMI sebenarnya telah ada sepuluh tahun lebih awal dari tahun kelahirannya 1998.

8 Maret 2013

Pos-Islamisme: Kekuatan atau Pelemahan?











Banjarmasin Post, 9 Maret 2013


















maruDALAM perbincangan tentang gerakan-gerakan Islam di Timur Tengah, ada istilah yang kerap muncul: “Post-Islamisme”. Istilah ini merujuk pada pergeseran wacana dalam gerakan Islam yang tidak lagi hanya menyuarakan ‘negara Islam’ tetapi juga HAM, demokrasi, hak perempuan, bahkan juga ekonomi dengan nafas Islami.



Dari mana istilah Post-Islamisme muncul?

Olivier Roy (1999) pertama kali menulis bahwa ada sebuah tren ‘moderasi’ dalam gerakan-gerakan Islam yang ia sebut sebagai tren Post-Islamisme. Analisis Roy ini ditangkap dengan baik oleh Asif Bayat (2005) yang menemukan kecenderungan munculnya Post-Islamisme ini di dua negara: Iran & Mesir.

7 Maret 2013

Ketika Humas Menyentuh Ruang Semiotika

tulisan diambil dari milis KAMMI, dipost pada tahun 2007.
oleh: Diyah Kusumawardhani *)
Pengetahuan dan kekuasaan saling terkait satu sama lain. Kita tidak bisa membayangkan bahwa suatu ketika ‘pengetahuan’ tidak lagi bergantung pada ‘kekuasaan’ sebagaimana mustahil ‘pengetahuan’ tidak mengandung ‘kekuasaan’.
(Michel Foucault)
GambarBAGIAN pembuka tulisan ini saya kutipkan dari buku Michael Foucault yang berjudul Archaeology of Knowledge (1969). Dalam pencariannya, Foucault menemukan bahwa pengetahuan dan kekuasaan memegang peranan penting dalam pembentukan pengetahuan manusia, dan diskursus mempunyai peranan penting dalam pembentukan pengetahuan manusia.

Menghitung Kembali Peran Gerakan Mahasiswa

oleh: Edo Segara, SE

edosegarDinamika pergerakan mahasiswa memang selalu menarik untuk kita bahas dan kita diskusikan. Mengapa? Karena kemerdekaan Indonesia dari penjajahan tidak lepas dari perjuangan mahasiswa pula. Lahirnya gerakan pemuda dan mahasiswa bernama Budi Utomo turut membidani kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada beberapa hari lagi, tanggal 17 Agustus 2009 kita akan memperingatinya hari lahir kemerdekaan Indonesia yang ke-64. Kemerdekaan ini tentu tidak kita raih dengan mudah, sehingga kita tetap harus mempertahankannya.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi mahasiswa pertama. Mereka menyatakan organisasi ini independen terhadap partai Islam dan organisasi keagamaan besar Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Sebagai organisasi mahasiswa, HMI tidak bercorak politik melainkan suatu organisasi kader yang bersifat intelektual, walaupun dalam perang kemerdekaan, banyak diantara anggotanya, seperti Ahmad Tirtosudiro, melibatkan diri dalam perjuangan bersenjata.

Made in China, Abad China

oleh: Wijatnika, S. Sos

Gambar

ABAD ini adalah abad China. Begitulah poin yang disampaikan buku berjudul ‘The Chinese Century’. Penulisnya, Oded Shenkar, adalah pimpinan Ford Motor Company di bidang Manajemen Bisnis Global sekaligus Guru Besar Manajemen dan Sumberdaya Manusia di College of Business, Ohio University. Ia menulis bahwa pabrik-pabrik di China memproduksi 70% mainan, 60% sepeda, setengah industri memproduksi sepatu dan sepertiga lainnya memproduksi tas.

Jadi, untuk produk-produk tersebut mustahil tak menemukan produk made in China di toko-toko di seluruh dunia. China juga memproduksi setengah oven microwave dunia, sepertiga televisi dan perangkat AC dunia, seperempat mesin cuci dunia, dan seperlima lemari es dunia.

[BUKU] Mencintai KAMMI Setulus Hati

MengapaAkuMencintaiKAMMIJudul Buku  : Mengapa Aku Mencintai KAMMI

Penulis : Imron Rosyadi, Evie Fitria, Aji Kurnia Dermawan

Editor: Syamsudin Kadir

Genre : Non-Fiksi

Penerbit: Penerbit Muda Cendikia, Bandung

Tahun terbit: Maret 2010

Peresensi : Ahada Ramadhana *)

"Mengapa Aku Mencintai KAMMI" Ini adalah sebuah buku yang mencoba membangun KAMMI berdasarkan pengalaman (empirik) dari para pegiatnya ketika aktif menggiatkan KAMMI di daerah masing-masing. Ada Imron Rosyadi (Ketua KAMMI DIY 2001-2002), Evie Fitria (Aktivis KAMMI DIY), dan Aji Kurnia Dermawan (Aktivis KAMMI Solo).

Politik dan Idealisme KAMMI

Oleh:  Robert Edy Sudarwan *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

robert

BERBICARA mengenai gerakan mahasiswa tidak akan terlepas dari independensi yang menjadi ruh gerakan. Sebagai gerakan ekstra parlementer tentu tidak dapat dipungkiri bahwa KAMMI memiliki ruang gerak yang berbeda pada wilayah politik dengan partai politik. Tentu, dalam wilayah subtansi, mereka mempunyai arah tujuan yang sama. Akan tetapi, harus dipastikan bahwa KAMMI dalam wilayah praksis memiliki ruang berbeda dengan partai politik.

Terlalu sempit jika akhirnya mengatakan bahwa KAMMI adalah gerakan mahasiswa yang berafiliasi pada partai politik tertentu. Sebagai sebuah lokomotif gerakan tentunya dia memiliki cita rasa yang khas, layaknya pergerakan mahasiswa maka kata ekstra-parlementer dan sosial independen menjadi harga mutlak untuk menjadi acuan.

6 Maret 2013

[grafika] KAMMI Ada untuk Indonesia

[grafika] KAMMI Ada untuk Indonesia

nalar intelektual Hatta telah menegakkan tiang pancang fondasi bangsa. KAMMI punya tugas untuk melanjutkannya!

Arif Susanto, SP
Pegiat Komunitas Kultural, bekerja di Solo

[BUKU] KAMMI Kembali ke Basis Gerakan

imbgJudul Buku :Ijtihad Membangun Basis Gerakan
Penulis : Amin Sudarsono
Kata Pengantar : Agus Purnomo (Anggota DPR-RI)
Penerbit : Muda Cendekia, Jakarta
Cetakan : Pertama, Juni 2010
Tebal : xvii+223 halaman
Peresensi : Ahmad Rizky Mardhatillah Umar *)

Gerakan mahasiswa kian elitis? Tunggu dulu. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Setidaknya, Amin Sudarsono mencoba untuk mengembalikan ruh gerakan KAMMI kepada basis gerakannya yang telah lama dikonstruksi oleh para pendirinya.

Sebuah gerakan mahasiswa dibangun tidak hanya oleh basis massa, tetapi juga oleh basis ideologi, nilai, bahkan juga strategi gerakan. Sehingga, kacamata yang dipakai ketika melihat sebuah gerakan bukan hanya aktivitas elit-elitnya, tetapi juga pergerakan di strukturnya yang terkecil.

Dekonstruksi Ilmu Sosial Indonesia

Tribun Timur - Kamis, 26 Januari 2012

Oleh:  Dr. Syarifuddin Jurdi *)

Syarifuddin-JurdiPERKEMBANGAN ilmu sosial Indonesia termasuk yang lambat bila dibandingkan perkembangan ilmu ini di negara-negara berkembang lainnya.  Pengaruh Barat atau Eropa sangatlah dominan dalam politik akademik dan tradisi riset ilmu-ilmu sosial Indonesia. Tingkat ketergantungan pada teori-teori sosial Eropa sangat tinggi, akibatnya proyek merumuskan diskursus alternatif ilmu sosial Indonesia mengalami "kemacetan".

PROSES merumuskan ilmu sosial alternatif terkendala banyak hal, setidaknya soal ketekunan dan kemandirian intelektual menjadi penyebab utamanya. Ilmu sosial alternatif secara sederhana dapat dimaknai sebagai ilmu yang membebaskan, ilmu sosial yang sesuai dengan corak masyarakat Indonesia atau ilmu sosial yang tidak terkolonialisasi.

Membebaskan KAMMI dari Perangkap Desentralisasi

Sebelumnya dimuat di Milis KAMMI

Oleh Andri Tri Kuncoro *)

GambarKAMMI—dan juga elemen pro-demokrasi lainnya—mungkin tidak pernah berhitung dengan cermat atas tuntutan otonomi daerah yang seluas-luasnya yang mereka masukkan dalam agenda reformasi (Sidiq,2003). Bisa dipahami, bila tuntutan itu dilatarbelakangi oleh penolakan mereka terhadap pemerintahan sentralistik yang selama ini memasung prakarsa daerah dalam membangun daerahnya berdasarkan potensi dan kearifan lokal (local value) yang mereka miliki.

Banyak sekali literatur yang menyebut otonomi daerah sebagai kewenangan daerah untuk mengelola "rumah tangganya" sendiri secara administratif maupun politik. Jarang sekali kita menanyakan, kepada siapakah pelimpahan wewenang (desentralisasi) tersebut diberikan? Pemerintah daerah atau masyarakat daerah? Jika pelimpahan wewenang hanya diberikan kepada pemerintahan daerah—dan faktanya ini yang terjadi—maka kita hanya memaknai otonomi daerah sekadar sebagai proses administratif.

5 Maret 2013

[BUKU] Humanisme Pram





GambarJudul: Anak Semua Bangsa

Penulis : Pramoedya Ananta Toer


Penerbit : Lentera Dipantara 

Tahun Cetak : 2010

Tebal : 539 Hal

Panjang : 20 cm

Peresensi: Dharma Setyawan, SEI *)
*******




PADA kesadaran yang paling dalam, kita semua akan kembali pada nurani kemanusiaan. Pemahaman kita terhadap sebuah bangsa seringkali terlihat gelap dan samar. Bentuk kejahatan yang paling biadab selalu kita teriakkan atas nama bangsa. Kolonialisme, feodalisme, imperialisme sejatinya jika telisik lebih dalam bukanlah produk dari bangsa. Kejahatan yang saling membentur pada dunia manusia adalah bentuk keserakahan atas jiwa kotor manusia yang selalu ingin menindas, sebagaimana Plato sebut homo homini lupus (sikap saling memangsa).

KAMMI dalam Pergulatan Politik Kampus

Catatan atas Milad KAMMI ke-10. sebelumnya dimuat via http://catatankuliahcanberra.blogspot.com/2008/02/kammi-dalam-pergulatan-poltik-kampus.html

Oleh: Budi Kurniawan, SIP, MPP *)

GambarSebagai organisasi mahasiswa termuda KAMMI adalah sebuah fenomena, KAMMI memiliki peran penting dalam setiap perubahan di negeri ini. KAMMI selalu berada di garis depan di setiap perubahan. Kelahiran KAMMI pada tanggal 29 April 1998 sebulan sebelum reformasi 1998 adalah sebuah momentum gerakan mahasiswa yang tercatat manis dalam tinta sejarah, abadi seperti kepalan tangan yang dikalungi bunga pada simbol KAMMI. Waktu itu, KAMMI adalah forum yang bisa menyatukan semua elemen komunitas Lembaga Dakwah Kampus, sebuah komunitas kampus yang lahir sebagai akibat kooptasi negara dengan kebijakan NKK/BKK.

Kiprah KAMMI tidak hanya terlepas pada reformasi 1998, KAMMI juga menjadi eleman mahasiswa penting dalam menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid, dan sampai saat ini nama KAMMI masih tetap eksis dan tetap diakui sebagai organisasi eksta kampus yang solid dan paling besar di negeri ini.

Independensi dalam Konstitusi KAMMI

Artikel diambil dari milis KAMMI.

oleh: Widya Supena *)

penoPerdebatan soal independensi sudah lama terjadi di KAMMI. Namun menjadi panas kembali, ketika kemarin Sdr Rahmantoha (Ketum KAMMI) dan Fikri Azis (Sekjend KAMMI) periode 2008-2010 dimakzulkan dengan tuduhan melanggar konstitusi karena tidak independen. Kehadiran Ketum pada acara Deklarasi Mega-Pro yang sekaligus di daulat untuk memberikan orasi tentang neo-liberalisme dalam dunia pendidikan di putuskan oleh MPP sebagai kesalahan fatal dan karena itulah harus di-impeach.

Terlepas dari adanya "invisible hand" yang telah membajak Rapimnas (yang seharusnya bisa menjadi forum tabayyun) menjadi MLB Kuningan, dan bermain dalam proses dialektika organisasi KAMMI ini, saya mengajak teman-teman untuk berdialektika melakukan objektifikasi terhadap independensi dalam konstitusi KAMMI.

4 Maret 2013

CALL FOR PAPERS: Menulis 'Ulasan Buku' di Jurnal KAMMI Kultural

Salam!

Rekan-rekan pembaca Jurnal KAMMI Kultural yang budiman,

Membaca adalah perintah Allah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad (QS. Al-Alaq:1-5). Dengan membaca, informasi akan datang menghampiri kita, untuk kemudian diolah dan dikaji sedemikian rupa sehingga menjadi pengetahuan. Setiap gerakan yang dipandu oleh ideologi tertentu pasti punya referensi gerakan yang menuntut mereka untuk terus memperbaiki konsepsi, metode, dan langkah-langkah gerak dengan pengetahuan yang semakin kompleks.

Membaca Paradigma Gerakan KAMMI

oleh: Ahada Ramadhana *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

Gambar1. KAMMI adalah gerakan dakwah tauhid

  1. Gerakan dakwah tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah SWT

  2. Gerakan dakwah tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasarkan pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil'aalamiin)

  3. Gerakan dakwah tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma'ruf nahi mungkar)

Sikap Untuk KAMMI: Sebuah Otokritik*

Oleh:  Zulfikhar *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

zul2Beberapa waktu yang lalu di Yogyakarta diselenggarakan Sarasehan  KAMMI Kultural. Agenda yang bertajuk Sarasehan Inteligensia KAMMI itu dilaksanakan selama dua hari di komplek Balai Kota Yogyakarta. Agenda yang berisi diskusi-diskusi sarat dialektika, dekonstruksi dan ekletis itu ditujukan untuk mendiskursuskan KAMMI secara lebih kritis-konstruktif. Diskusi ini hadir untuk meluruskan garis perjuangan organisasi yang sudah lama berjalan zig-zag. Dan oleh karenanya perlu diluruskan dengan forma-forma (bentuk) baru dengan aksentuasi dari forma lama.

Karena itu, diskusi tersebut menghadirkan kader-kader senior –beberapa sudah pensiun dari KAMMI- dan juga kader aktif. Diskusi yang mengupas KAMMI dari sudut kesejarahan dan keorisinalitas ini bersambung beberapa bulan ke depan di Jakarta.

Tulisan ini adalah inisiatif penulis untuk mencoba  memberikan pendapat dan sikap mengenai kondisi KAMMI sekarang. Dilihat dari sudut pandang formal-substansial dan nilai-realitas. Juga tentang keberadaan diskusi diatas yang diasosiasikan sebagai gerakan kultural (progresif) berhadapan dengan struktur dan suprastruktur (konservatif) di tubuh KAMMI.

Independensi KAMMI dalam Nalar Jamaah Tarbiyah

oleh: Adhe Nuansa Wibisono, SIP *)

Pegiat Komunitas Kultural di Jakarta

-Al-Hizb huwa al-jama'ah; al-jama'ah hiya al-hizb- (Partai adalah Jama'ah; dan Jama'ah adalah Partai)

Habitus Jamaah Tarbiyah

wibiIndependensi KAMMI menjadi wacana yang selalu saja ramai diperbincangkan. Perdebatannya kembali kepada perdebatan klasik yaitu melihat peran KAMMI yang dibatasi dalam sekat habitus sosial Jamaah Tarbiyah ataukah KAMMI yang mampu menembus sekat itu dan kemudian berkhidmat kepada ummah dan bangsa Indonesia. Permasalahan klasik ini selalu muncul dalam benak setiap kader KAMMI dikarenakan posisi KAMMI yang selalu dilihat sebagai bagian dari Jamaah Tarbiyah. Ketika berbicara realitas, Jamaah Tarbiyah di Indonesia telah bertransformasi menjadi Partai Keadilan (1998) dan kemudian Partai Keadilan Sejahtera (2003) sehingga persepsi yang selalu muncul adalah KAMMI merupakan sayap politik mahasiswa dari PKS.

Padahal, secara konstitusional, tidak ada aturan tertullis yang menyatakan bahwa KAMMI merupakan sayap politik mahasiswa PKS. Paradigma gerakan KAMMI menyatakan konsepsi Gerakan Sosial Independen dan Gerakan Politik Ekstraparlementer. Sehingga, jika ada opini yang mengatakan bahwa KAMMI merupakan underbow dari partai politik tentu saja ini mencederai konsepsi dari gerakan KAMMI itu sendiri.

Paradigma Gerakan KAMMI: Sebuah Telaah

Tulisan ini adalah catatan Forum Diskusi KAMMI Kultural di KAMMI UGM, 3 Maret 2013.

oleh: Inong Malasari *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

GambarSetiap organisasi tentunya memiliki perangkat dalam menjalankan organisasinya tersebut. Tak hanya berhenti pada selesainya visi misi yang dibawa. Organisasi ekstrakampus seperti KAMMI memiliki perangkat lain yang menjadi ruh dalam geraknya. Ada prinsip gerakan yang dipunya sebagai semangat gerakan. Ada paradigma yang menjadi mata dalam melanggengkan geraknya.

Pertemuan rutin sabtu sore, diskusi kultural yang telah diadakan beberapa kali, kini membahas tentang “Paradigma Gerakan KAMMI”. Diskusi ini dipantik oleh kader KAMMI Komsat UII, Ahada Ramadhana. Peserta diskusi juga diberi handout sebagai pegangan dalam menanggapi opini yang telah dibuat oleh koordinator Humas UII tersebut. Dalam pembahasan ini penulis memberi judul “Membaca Paradigma Gerakan KAMMI” dengan memaparkan tafsiran operasional yang tertera dalam GBHO serta ulasan opini yang dibuatnya.

3 Maret 2013

Gerakan Riset KAMMI

oleh: Ahmad Rizky Mardhatillah Umar *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

maruBEBERAPA bulan lagi, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) akan melangsungkan muktamarnya yang ke-8. Tahun ini, yang bertindak sebagai tuan rumah dari penyelenggaraan muktamar adalah Surabaya. Seperti biasa, muktamar akan memperbarui hal-hal penting dalam pengorganisasian KAMMI seperti AD/ART, GBHO, dan tentu saja kepemimpinan.

Dalam usia yang telah mencapai 12 tahun, tentu sudah sewajarnya KAMMI memiliki pembaruan-pembaruan wacana dan paradigma, Dengan realitas sosial yang sudah sampai pada era pascamodern, bagaimana KAMMI memperbarui jati dirinya sebagai gerakan intelektual profetik, sesuai paradigma gerakan KAMMI yang kedua?

Teologi Politik, Demokrasi dan Masa Depan Umat Islam

sebelumnya artikel di milis KAMMI. Diedit oleh tim redaksi Jurnal KAMMI Kultural.

oleh: Okta Undang Suhara, SIP

Pegiat Komunitas KAMMI Kultural di Jakarta

Okta Undang-SuharaBEBERAPA malam terakhir, dikarenakan insomnia (susah tidur) akut, terpaksa saya membaca ulang beberapa bahan buat keperluan Thesis S-1,terutama dari Desk “Classical Philosophy from the Athens” hingga “The Contemporary Political Life”. Pemikiran politik sejak masa Athena (Yunani Kuno) hingga era kontemporer sekarang ini. Alhamdulillah, ada  Microsoft Encarta, jadi nggak begitu butuh banget koneksi dengan internet. Terima Kasih Mr Bill Gates! Tapi karena Encartanya saya membajak alias copy CD yang tidak orisinal. Tapi apalah artinya Hak Cipta. Bukankah para ulama sering berkata, "Hak Cipta hanyalah milik Allah semata, dianjurkan untuk menyebarluaskan demi keperluan Ummat". Nah, lho... keren kan?

2 Maret 2013

Agama Bukan Sekedar Candu!

sebelumnya dimuat di http://www.freewebs.com/kammiers-uny/analiprofetika.htm

oleh:  Sigit Nursyam P.

“Agama adalah desah ciptaan yang tertindas, perasaan sebuah dunia yang tak lagi memiliki hati, jiwa dari kondisi-kondisi tak berjiwa, dan candu masyarakat.” (Karl Marx)

sigit nursyamKarl Marx, sosok pemikir Barat yang lahir pada tahun 1818 adalah keturunan Yahudi penganut Christianity akan tetapi pada akhirnya menganut paham atheis (tidak bertuhan), yang dikarenakan faktor keluarga dan pergolakan sosial yang terjadi pada masa itu.

Di tahun 1848 Marx, mengambil peran di Jerman dalam Revolusi Perancis yang mengharapkan pada revolusi sosial. Dalam bukunya "Communist Manifesto" dipresentasikan sebagai analisis sejarah yang mengarah pada pembebasan kasta (tingkatan) dalam sosial masyarakat (class struggle). Dalam teorinya historical materialism suatu metode yang mencatat pada perkembangan dan perubahan yang terjadi pada sejarah peradaban manusia sesuai dengan perkembangan material ekonomi.

Dr. Ibrahim Al-Za’afarani: Ikhwanul Muslimin sedang Memetik Buah yang Berbahaya

Wawancara bersama Dr. Ibrahim Al-Za’afarani *)
GambarDR. IBRAHIM AL-ZA'AFARANI adalah salah seorang simbol gerakan Islam di era 1970an dan pemimpin terkemuka Ikhwanul Muslimin di Alexandria, Mesir. Ia berkiprah selama 45 tahun hidupnya bersama Ikhwanul Muslimin, pernah duduk di kursi Majelis Syura Ikhwan hingga penguduran dirinya pada April 2011, dan kini menjadi Wakil Presiden Partai Islah wa Nadha yang berhaluan moderat. Ia dikenal sebagai seorang pemikir Post-Islamis terkemuka di Mesir.

Dalam wawancaranya dengan Sharq Al-Ausath, ia menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin sedang menuai ‘buah yang berbahaya’. Keterlibatannya yang cukup kuat di dunia politik telah memberikan mereka jarak dari pekerjaan-pekerjaan advokasi keagamaan. Ia berpendapat, FJP mesti Independen dari Ikhwan agar pekerjaan mereka di masyarakat tidak terganggu. Selain itu, ada semacam penolakan di kalangan Ikhwan terhadap formalisasi status legal ‘negara Islam’ sebagaimana dijanjikan Presiden Mohammad Morsy. Ia menekankan bahwa Mesir tidak bisa menjadi seperti Iran dan para agamawan tidak bisa mengatur seperti itu.

Berikut petikan wawancaranya dengan jurnalis Ali Ibrahim dari Sharq Al-Awsath pada hari Ahad, 29 Juli 2012.

Berpikir Adil, bukan Kerdil!

Oleh: Ali Akbar Hasibuan *)

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalgi dalam perbuatan” (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia).

aliakbarSUDAH 15 tahun organisasi mahasiswa bernama KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) ikut andil dalam sejarah perjalanan republik Indonesia, organisasi yang lahir dari pertemuan FSLDK ini, secara perlahan sudah berani menunjukkan eksistensinya dijagat kemahasiswaan. Terlihat dari mengguritanya organisasi ini lahir diberbagai kampus, baik yang negeri maupun swasta.

Pertumbuhan secara masif ini memang harus diapresiasi, apa lagi dengan adanya beberapa tokoh yang sudah ‘mencuat’ kepublik, yang lahir dari rahim KAMMI, seperti Fahri Hamzah (Anggota DPR RI, ketua KAMMI 1998 ), Andi Rahmat (Anggota DPR RI, ketua KAMMI 2000), padahal untuk ukuran sebuah organisasi KAMMI terbilang masih ‘remaja’, baru menginjak masa akil baligh.

Imajinasi Kejayaan Gerakan Mahasiswa

oleh: Yusuf Maulana *)

YusufASPIRASI untuk menurunkan Susilo Bambang Yudhoyono dari kursi presiden bukan hanya lantang disuarakan para politisi, namun juga gerakan mahasiswa (GM). Memang masih dini untuk menyimpulkan bahwa aspirasi GM murni berasal dari keprihatinan mereka atau berasal dari titipan para politisi. Meski demikian, ada yang lebih penting ketimbang merunut apakah aspirasi GM murni atau tidak, yakni mengukur kekonsistenan GM dalam memperjuangkan aspirasinya itu.

Kumulasi berbagai persoalan—terutama kinerja pemerintah dalam mengantisipasi dan menangani bencana alam akhir-akhir ini—mengakibatkan mudahnya masyarakat secara luas kecewa. Jadi, kekecewaan terhadap pemerintahan SBY selama dua periode bukan hanya monopoli politisi atau aktivis GM. Belum lagi sebagian masyarakat sering menolak ekspresi beroposisi terhadap pemerintah apabila hanya diwujudkan dalam gerakan-gerakan politik praktis, padahal saat yang sama jaminan perbaikan yang ditawarkan justru terlewatkan. Akibatnya, baik pemerintah ataupun pengkritiknya dipandang sebagai pihak-pihak yang lebih mementingkan dirinya dibandingkan mementingkan masyarakat.

1 Maret 2013

Perubahan dan Trias Politika versi Al-Qur’an

oleh: Rijalul Imam, S. Hum *)

rijalul imam

Dalam selaksa pengetahuan kita tentang demokrasi, di dalamnya terdapat ajaran yang menjadi tradisi politik dalam kancah nation-state yang demokratis, yakni istilah trias politika. Kita diajarkan untuk mengetahui, memahami, dan bahkan dulu disuruh untuk menghafalkan tugas, pokok dan fungsinya. Seakan-akan perubahan sosio politik ditentukan oleh tiga kekuatan: legislatif, eksekutif, dan yudikatif itu.

Kenyataannya selalu berkata lain, bahwa perubahan dalam sebuah bangsa tidak selalu bermuara dari tiga poros tersebut. Apa yang terjadi saat ini di negeri kita, tiga institusi itu tidak lebih hanya sebagai wujud dari formalisme berdemokrasi. Sehingga kita akan dikecewakan dengan ketidakoptimalan atau penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan, bahkan pikiran dan perasaan kita disibukkan untuk memikirkan tiga institusi itu. Sebenarnya ada yang lebih signifikan yang harus kita cermati, bahkan hal inilah yang semestinya diwaspadai jika tidak diambil alih.