30 Juni 2015

[PUISI] Advokasi Rindu

Faqih Al-Haq

hari ini kerinduan dituntut mati
rakyat  berontak
keadilan macam apa ini menuntut sebuah rasa
menghitung hari mendekam dalam senyap asosial
tiada sapa senyum apalagi salam

surat panggilan itu datang beberapa jam yang lalu
masih hangat - hangat dendam dan baunya penuh kecurigaan
ruangan sempit tembok tebal putih - putih sok suci cat baru

aparat keparat itu tidak tahu bahwa rindu itu kebal ponderitaan
bakar mataku panggang punggungku niscaya masih ada aku

dendang dentum hujan mengiringi lagu - lagu pertemuan dan perpisahan
di situlah rindu lahir mengerang menangis keluar dari peraduan
lama - lama ia besar membesar membunuh takut kesan kasih malu dan kesakitan
masih banyak korban, namun nisan kuburan tidak mampu menampung nama - nama rasa

itulah kisah di balik peradilan kerinduan
aku disewanya membela di depan hakim hukum jaksa penuntut umum
mati mati mati mati mati mati, enam kali mati didakwakan untuk kerinduan
entah, kerinduan hanya mengulum - ulum senyum

yang kutahu, kerinduan adalah rasa yang paling mewah dan kaya
setiap kalimatnya pasti ada rasa lain  yang memperjuangkan untuknya
semakin sakit dan semakin tua, rasa - rasa lain akan semakin memperhatikannya
tidak tahu mereka akan dibunuh satu per satunya

dan kali ini
saat hakim berteriak, tanpa eksepsi !
kerinduan pucat pasi
menengok kanan dan ke kiri
mencari - cari aku sang jati diri
batuk - batuk menahan diri pada kursi
sambil berteriak berkelakar membela - bela diri

ah, kali ini aku salah lagi
ini kerinduan yang salah alamat
tugas advokat bukan membela terdakwa
tapi memastikan agar hukum tidak semena - mena
kali ini tugasku selesai...

aku keluar gedung pengadilan diri
di depannya taman kota taman peraduan pada tuhan sungguh indah
hari ini adalah hari kerinduan
kerinduan - kerinduan berkumpul menjadi satu dalam irama yang indah
memuji pemilik rasa dan segalanya

oh, Tuhan !
Pemiilik rasa
Penumbuh kembang  cinta
Penanam bibit takut
Penepis sangka ragu
Penyuluh bara berani
Pemadam suluh dendam

Ah seharusnya, itulah alamat kerinduan.

kota - kota jalanan jawa,


2011,
dalam dekap gundah gulana.