Oleh: Robert Edy Sudarwan *)
Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural
BERBICARA mengenai gerakan mahasiswa tidak akan terlepas dari independensi yang menjadi ruh gerakan. Sebagai gerakan ekstra parlementer tentu tidak dapat dipungkiri bahwa KAMMI memiliki ruang gerak yang berbeda pada wilayah politik dengan partai politik. Tentu, dalam wilayah subtansi, mereka mempunyai arah tujuan yang sama. Akan tetapi, harus dipastikan bahwa KAMMI dalam wilayah praksis memiliki ruang berbeda dengan partai politik.
Terlalu sempit jika akhirnya mengatakan bahwa KAMMI adalah gerakan mahasiswa yang berafiliasi pada partai politik tertentu. Sebagai sebuah lokomotif gerakan tentunya dia memiliki cita rasa yang khas, layaknya pergerakan mahasiswa maka kata ekstra-parlementer dan sosial independen menjadi harga mutlak untuk menjadi acuan.
Indentitas yang seharunya dibangun pun tidak hanya sekedar sebuah perkumpulan yang bersifat formalitas saja. Tentu ada ruang yang telah digemburkan hingga sebuah gerakan itu dapat tumbuh subur. Baik itu mereka yang berafiliasi penuh pada barisan kiri, hingga mereka yang berada pada patron kanan total.
Pergerakan yang besar dan baik tentunya adalah sebuah pergerakan yang tidak terpengaruh oleh hegemoni kepentingan praktis apapun. Membaca arah dan orientasinya pun tidak bisa secara instan, ada beberapa variabel yang harus dipenuhi di dalam sebuah langkah praktis. Namun, yang menjadi upaya kongkrit adalah langkah tujuan apa yang memiliki potensi dan nafas panjang untuk tercapainya sebuah tujuan.
Identitas KAMMI
Akhirnya, banyak orang mengatakan bahwa KAMMI adalah sebuah gerakan yang memiliki keterkaitan dengan partai politik tertentu. Kondisi berpikir yang demikian akhirnya menjadi semacam stigma yang membuat para kadernya menegasikan partai lain dalam wilayah pergerakan. Padahal ketika sebuah wadah akan melakukan sebuah upaya mencapai tujuan, maka sulit bagi sebuah elemen itu untuk bergerak sendiri. Ada upaya kebersamaan yang dibangun untuk langkah pasti, dan tentunya bekerjasama dengan elemen gerakan yang dimaksud.
Dalam prinsip gerakan yang menjadi ruhnya, KAMMI memiliki cita–cita yang mulia dengan menempatkan “Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI”. Kemenangan Islam yang di maksud disini tentu bukanlah sebuah upaya makar untuk menggantikan NKRI menjadi Negara berdasarkan Islam. Namun, maksudnya lebih kepada capaian maksud yang menggambarkan bahwa KAMMI adalah sebuah entitas mahasiswa muslim yang menginginkan sebuah perubahan yang baik untuk bangsanya dengan jalan Islam sebagai bingkai perjuangan. Sebab, KAMMI mengambil domain mahasiswa muslim sebagai energi gerakannya. Terlepas dengan gerakan mahasiswa lain yang memiliki basis pergerakan tertentu, sah-sah saja jika wadah tersebut menggunakan jalan yang sesuai dengan nafas konstituennya untuk tujuannya.
Orientas yang begitu general itu pun tentu akan memiliki sebuah konsekwensi yang harus dihadapi oleh para kader KAMMI. Langkah gerakan yang menempatkan Islam sebagai bentuk dari kemenangan utama, tentu ini adalah bagian integral dari upaya kebersamaan di dalam semangat membangun bangsa. Keberadaan KAMMI di Negara Kesatuan Republik Indonesia pun mestinya dimaknai sebagai bagian dari anak bangsa yang ingin berbuat untuk bangsanya. Langkah dan jalan taktis yang menjadi pilihan ini tentu akan berbuah pada banyak faktor untuk sebuah gerakan yang lahir di era 1998 ini, dia akan bergerak dengan bergesekan kepada elemen lain yang sepakat atau pun tidak. Namun, turunan pasti yang ingin diraih oleh KAMMI adalah bagaimana gerakan yang dibangun ini mampu menyemaikan kader-kader yang mampu mengisi dimensi besar bangsa ini dan mampu membawa negeri ini kearah yang lebih baik menuju negara paripurna.
KAMMI dan Politik
Berbicara politik, tentu akan memberi implikasi penafsiran yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan politik itu kejam, kotor dan menjijikkan. Namun, ada satu hal yang dapat kita sepakati bersama, bahwa politik adalah rangkaian jalan untuk mencapai sebuah tujuan. Silakan memaknai jalan dan tujuan itu. Ketika orientasinya baik maka baiklah politik itu. Begitu juga sebaliknya.
Namun, juga harus di pahami bahwa KAMMI adalah gerakan mahasiswa yang lahir dengan wajah ekstraparlementernya. Hal ini menunjukkan bahwa secara garis politik KAMMI menempatkan posisi yang lebih memilih jalan tengah. Perjuangannya lebih berat pada jalan nilai yang membedakan KAMMI dengan Partai Politik yang lebih memilih jalan nyata. Sebab, sejatinya perjuangan di KAMMI adalah perjuangan kaderisasi untuk membentuk kader-kader bangsa yang kelak akan memimpin Negeri ini.
Hal ini pun menjadi menarik ketika para kader KAMMI memilih jalan ganda. Sebagian mereka tidak sedikit yang masuk pada pilihan partai tertentu. Hal ini pun menjadi sebuah ironi yang juga harus disikapi dengan dewasa. Jika tidak, maka sesama kader akan saling menuding bahwa kader yang telah memilih jalan partai politik adalah sosok yang tidak memiliki idealisme. Asumsi ini pun akan menjadi benar ketika kader tersebut itu masuk dengan wajah Mahasiswanya, dan menjadi bias ketika mereka mengatakan bahwa ini adalah pilihan pribadi secara personal dan bukan secara organisasi.
'Ala Kulli Haal, penulis ingin menyampaikan bahwa fenomena yang demikian adalah keniscayaan yang mungkin terjadi dalam sebuah wadah gerakan mahasiswa. Namun, yang menjadi soal adalah, ketika visi perjuangan mengatakan bahwa KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam mewujudkan masyarakat islami di Indonesia itu tidak dapat tercapai dengan dikotomi tersebut. Maka, perjuangan di wilayah partai politik hanyalah bagian kecil dari nafas panjang perjuangan yang sejati. Masih banyak dimensi yang harus dimasuki oleh kader- kader KAMMI, dan terlalu sempit jika mengasumsikan kader KAMMI adalah pewajahan lain dari lokomotif gerakan politik tertentu.
Jika orientasinya adalah untuk perbaikan bangsa, maka ada 1001 jalan yang harus ditempuh oleh para kadernya. Kader KAMMI harus mampu mengilfiltrasi semua segmen kehidupan, dari wilayah budaya, hukum, agama, pendidikan, ekonomi, dan masih banyak dimensi lain yang harus masuki.
Pertanyaanya adalah, sejauh mana para kader-kader mempersiapkan nafas panjang untuk menyelam di samudra kehidupan yang sangat dalam dan penuh kejutan ini?
*) Penulis adalah Ketua Bidang Kebijakan Publik KAMMI Kota Yogyakarta dan Mahasiswa Pascasarjana UNY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar