oleh: Fatin Rohmah.
Aktivis KAMMI UI, Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural
Dalam
melakukan revolusi, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: Ideologi sama, kepentingan yang besar, dan krisis/ momentum yang tepat.
Kisah revolusi
nabi Daud ini terdapat dalam QS. Al-Baqoroh 246-251. Kisah ini dimulai ketika
Nabi Musa berhasil mengeksodus Mesir ke Palestina. Setelah
berpuluh tahun berjalan, para elit dari Bani Israil kembali berkumpul dan
bertemu dengan Nabi Samuel. Kisah ini mengawali term yang akan dibahas, yaitu revolusi. Revolusi adalah sebuah bentuk perubahan yang sangat cepat dan
biasanya terjadi kurang dari 10 tahun. Setiap upaya perubahan yang ada lahir
dari para elit (sedikit) bukan para alit. Mereka itu orang-orang yang memiliki
wawasan luas, kesadaran politik, dan basis dukungan sosial. Inilah tiga syarat
untuk menjadi pemimpin besar yang dibutuhkan dalam melakukan revolusi. Dalam
kisah nabi Daud, sangat disayangkan bahwa para elit yang berkumpul tadi, tidak
memiliki orang dari kaumnya yang memiliki tiga syarat tersebut (memiliki
wawasan luas, kesadaran politik, dan basis dukungan social) sehingga mereka menemui Nabi Samuel untuk bisa mengkristalkan
dan mensakralkan perjuangan mereka agar nilai-nilai revolusi yang mereka bawa
tetap dilegitimasi.
Pengaruh
adalah satu kata yang dibutuhkan oleh pemimpin. Ia harus bisa mempengaruhi
bawahannya agar mau bertindak sesuai visinya. Ia harus bisa menggerakan dengan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Demikian pula ketika seseorang akan
melakukan revolusi, ia harus punya pengaruh bagi orang-orang di sekitarnya.
Berkat kecerdikan Nabi Samuel, ia menyadari bahwa sebuah revolusi bisa terjadi
dari orang yang berasal dari kaumnya sendiri. Ia mengetahui ada seorang pemuda
bernama Thalut. Thalut adalah anak desa dari golongan Bani Israel, bahkan anak
seorang yang tak punya. Dia tinggal di desa kecil bersama ayahnya. Pekerjaannya
bertani dan beternak. Dalam pergaulan ia jarang dikenal oleh orang lain
sehingga tidak ada yang menyangka ia akan menjadi seorang pemimpin. Tetapi dia
adalah seorang yang berbadan kuat dan sehat, perawakannya tinggi dan gagah,
matanya tajam, wawasan pikiran luas dan tajam. Ia juga mempunyai hati yang suci
dan bersih serta memilki budi pekerti yang halus dan agung. Nabi Samuel
memilihnya dengan menyadari bahwa seorang pemimpin revolusi haruslah berwawasan
luas dan memiliki kekuatan fisik yang handal. Karenanya, ia memilih Thalut
karena memenuhi kriteria tersebut.
Dalam
melakukan revolusi, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
- Ideologi sama. Ideology yang sama dapat menguatkan alasan seseorang atau sebuah kelompok melakukan revolusi. Ideologi ini harus kuat dan saling dipahami.
- Kepentingan besar. Selain ideologi yang sama, kepentingan, visi, dan tujuan yang akan dicapai juga harus besar serta kuat.
- Krisis/ momentum. Setelah memiliki kepentingan yang sama, revolusi perlu memilih momentum yang tepat agar dampaknya pun terasa dengan lebih tepat.
Ketika
menghadapi masalah, seorang pemimpin harus memiliki ketenangan, baik secara
ideologis, psikologis, dan sosial. Secara ideologis, artinya ia memiliki
keyakinan pada Allah. Ia yakin bahwa inilah jalan Allah dan kita sedang membawa
kebenaran dari-Nya. Secara psikologis, artinya ia memiliki jiwa dan sikap yang
siap menghadapi lawan serta gejolak jiwa yang dihadapinya. Kemudian, secara
sosial, artinya ia konsisten dalam syariat dan metode sehingga tidak
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya.
“Maka
tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah
akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum
airnya; bukanlah ia pengikutku. dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali
menceduk seceduk tangan, Maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka
meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan
orang-orang yang beriman bersama dia Telah menyeberangi sungai itu, orang-orang
yang Telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari Ini untuk
melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan
menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta
orang-orang yang sabar."( QS. Al-Baqarah: 249)
Dalam ayat
tersebut dikatakan bahwa betapa banyak pasukan yang sedikit namun dapat
mengalahkan pasukan besar. Mengapa? Karena mereka tidak tergoda dengan materi.
Pasukan yang menang tidak serta merta menghalalkan dan merampas harta
didapatkannya. Ia tidak berebut karena harta rampasan semata. Adanya unsur/
segmen peripheral (lapisan pinggir) yang bersikap dan berpikir pragmatis
seringkali menjadi penyebab anarkisme perjuangan. Hal inilah yang perlu
dihindari.
Revolusi
itu berbeda dengan reformasi. Ada 4 babak dalam revolusi yang dilalui, yaitu:
- Penghancuran. Penghancuran ini adalah penghancuran system yang lama atau system sebelmnya.
- Peletakan pondasi baru. Pondasi atas system baru yang akan kita buat perlu disiapkan dengan matang sehingga tak tergoyah atau kembali pada system sebelumnya.
- Pembangunan system. Membangun system ini juga bukan pekerjaan mudah. Perlu kerja keras, semangat, dan konsistensi dalam melakukannya. System yang baru harus dibangun dan ditanamkan dengan kuat.
- Pemeliharaan. Setelah system terbentuk, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kita harus memeliharanya, merawatnya, menjaganya agar tetap kuat.
Demikianlah sebuah revolusi
bekerja. Jika kita ingin membuat revolusi dalam diri
kita dan lingkungan sekitar kita, bahkan revolusi dalam skala bangsa dan
negara, semua tahapan ini sudah bisa diteladani dari
kisah Nabi Daud As.
Kemudian QS. Al-Baqarah: 251 , “Mereka (tentara Thalut)
mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud
membunuh Jalut, Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan
hikmah[24]
(sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya. seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat
manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”. Ayat ini menerangkan bahwa meskipun kita punya keterbatasan apapun, asalkan kita
berani Allah pasti akan membantu kita. Apalagi kita sebagai pemuda yang
memiliki kekuatan sangat penting dan berpengaruh. Yakinlah pada Allah dan
usahakan semampu kita.
Bagi
seseorang yang ingin menghadapi musuh dalam peperangan, dapat pula diambil
nasihat dari kisah ini. Yaitu :
- Sabar. Kesabaran itu terlihat pada sikap Thalut dan tentaranya yang tahan dalam menghadapi cobaan ketika mereka dihadapkan pada sungai yang mereka lewati. Padahal mereka sedang dalam keadaan sangat haus namun dilarang meminum banyak air dari sungai itu, mereka hanya diperbolehkan mengambil air satu cakupan tangan saja. Bagi orang yang tahan menghadapi cobaan, mereka tetap sabar untuk tidak meminum air sungai tersebut secara berlebihan, walau sedang kehausan. Namun bagi mereka yang tidak sabar mereka tetap meminum banyak dari air sungai tersebut sampai akhirnya kekenyangan dan tidak dapat lagi melanjutkan peperangan melawan Jalut dan tentaranya. Di sinilah letak ujian yang berat bagi mereka agar tetap bersabar menghadapi cobaan untuk meraih kemenangan pada akhirnya.
- Teguh Pendirian. Dalam kisah ini terlihat dari pendirian Jalut dan tentaranya untuk berperang melawan orang-orang kafir. Cobaan berupa kehausan, kepanasan, materi, dan bahkan ancaman nyawa. Namun pada akhirnya cobaan demi cobaan dapat mereka hadapi dengan kegigihan dan teguh pendirian untuk tetap berjuang menegakkan kebenaran dan meraih kemenangan atas izin Allah. Meskipun juga ada sebagian besar tentara yang maju dari awal, memilih mengundurkan diri karena tidak kuasa menghadapi cobaan yang mendera.
- Optimis. Sifat optimis terlihat dari sikap Thalut yang selalu berharap dan minta pertolongan hanya kepada Allah. Ia memohon agar jangan sampai patah semangat dalam melawan Jalut dan tentaranya. Mereka tetap optimis dan penuh keyakinan untuk meraih kemenangan, sehingga kemenangan yang sejati akan dapat diraih. Dan kemenangan yang sesungguhnya adalah kemenangan untuk mengalahkan hawa nafsu yang selalu bersemayam dalam hati setiap manusia.
Semoga Allah senantiasa menuangkan kesabaran dan
kekokohan pendirian dalam diri kita serta menolong kita dari musuh-musuh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar