13 Juni 2013

Puisi-Puisi Dedy Yanwar Elfani


Dedy Yanwar Elfani adalah mahasiswa FISIPOL UGM Jurusan Administrasi Negara, kelahiran Pati. Saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PD KAMMI Sleman (2011-2013). Penulis buku "Aktivisme Sekejap dan Lenyap (Diandra, 2012). Berikut adalah puisi-puisi yang beliau tulis. 




Aku Heran

Tampak rona wajahnya memerah
tatapannya serius tak lelah
ia tersihir drama politik televisi
jejali otaknya dengan sugesti.

Keningnya makin mengkerut
kala huruf-huruf ia rajut
mendidih darahnya tak beraturan
mengeja mantra-mantra berita cetakan

Raut mukanya kian berubah
bibirnya dipenuhi sumpah serapah
Lalu dihardiknya benda-benda mati
Tak melawan tak membela diri

Aku terheran, terheran betul denganmu saudaraku
apa gerangan menimpamu?
Kepada siapa marah kau tuju?
Kepada mereka yang kau fatwa musuh?
bukankah musuh itu hanya pion-pion dalam genggaman Tuhanmu?

Kita menyerah pada drama anak manusia
skenario agung apa kita lupa?
Naskah takdir sutradara semesta raya.

Kita melengking perih ditebas pedang fitnah
padahal tidak berarti apa-apa pastilah
dibanding cambuk di alam barzah

Hati kita tertawan oleh puji-pujian
membuat kita gagap menghadap cercaan
Jalan pahit para nabi enggan ambil bagian

Kita pancang misi rebut dan mendominasi
kursi dan pundi-pundi menggumpal menutupi
Fitnah materi kian menjadi-jadi

Kita remehkan seberang jalan ketiga,
berdalih tak relevan di zaman sosialita
Namun orientasimu kini menggerogoti dari ujung kepala.

Aku terheran, terheran bukan main denganmu saudaraku
Apa yang kau keluhkan dari hasil dakwah?
Bukankah prerogatif Allah atas semua peluh darah?

Diterpa peristiwa kau tergetar dan berujar
dakwah kita sudah tamat!
bantahku, itu kontras dengan semua yang terlihat
bukankah shaf-shaf masjid kian penuh dan memadat?

Sayu matamu menyiratkan kata, ya, kita telah kalah!
Namun saudaraku, bukankah kau saksikan lautan jilbab ramai sudah
di kantor, di pasar, di jalan, di kampus, hingga sekolah pemerintah?

Kau meratap mendatangiku lagi dan berkata, dakwah kita diujung kehancuran!
tapi saudaraku, kerlingkanlah matamu sekali lagi, puluhan ribu anak itu kau amati
mereka menghafal Al Qur'an khusyuk sekali.

Kau jengah dan tutupi mukamu
katamu da'i tak lagi berharga seperti dulu
namun lihatlah saudaraku, ta'lim-ta'lim tak terhitung dari timur sampai barat
bahkan jutaan tangis tertumpah ruah mengiringi kepergian sang ustad

Kau tertunduk lesu dan sebut
politik umat sudah kiamat!
Tidak saudaraku, lihatlah mereka, shalat, puasa, dan zakat
dengan bangga dijalankan aparat dan birokrat
tengok pula hukum Tuhan diadopsi dan diadaptasi demi maslahat.

Aku terheran, terheran masih ada saja alasan bagimu, mengibarkan bendera putih?
Lalu Berhenti dan menyerah dari jalan shahih?

Kekalahan tiada kamus bagi mukmin yang berjuang dan istiqomah
Karena kemenangan dakwah adalah sunnatullah dan fitrah
Maka bersabar dan tunggulah
sebelum kakimu benar-benar melangkah ke pintu jannah.

Baitunnur, Pati, mei 2013


DenganMu saja 
Sangkala disusur menguraikan kenang
Dibentangnya budi tersibak risalah diri 
Aku lupa dengan suara alunan kayangan 
Rona pelangi pun kuanggap sekedar grafiti
Bintang-bintang langit hanya susunan bohlam redup tak berarti
Semerbak wangi bunga tak kebih dari parfum murahan. 
Apa gerangan diriku ya Rabbi? 
Apakah memori tentangnya telah membajak akal sehat ini?
Tak acuhkan fikir, langkah kuarahkan lagi
Dalam dirinya kutakjub, gelisahkan hati
Tak mampu kuraih, kukejar bayang-bayang pesona
Namun, makin kukejar bayang makin jauh jarak darinya
Makin sigap kutangkap bayang makin lenyap dari indra
Lirihku, Rabbi salahkah ku mengejar bayang, bila tangan belum mampu menjamah terang?
Ditunjuki ku pada kisah Yusuf dalam Al-Qur'an
Ayat-Mu agung terurut 53, siratkan jawaban
Ya Tuhan, kau sebut itu nafsuku
nafsuku itulah permainkan akalku
Ditariknya aku dalam pusaran gelap tak berujung
Bayangnya adalah wujud nafsu melenakanku
Pesonanya itu palsu menyamarkan hakikat
Bayang-bayangnya adalah angkara tanpa kehadiranMu
Namun seutuhnya ya Rabb, Engkau mewujud dalam kebajikannya
Engkau hadir dalam sujud dan untaian doanya
Engkau berada dalam setiap hikmah tutur kata darinya
Engkau adalah satu-satunya jalanku kepada hakikat dirinya
Ya Rabb, dimanakah jalan kepadanya? 
Terjangkaukah ia kukejar?
masih sempatkah kaki mengayun?
Ya Allah, kuingin raih Engkau saja,
kuingin meniti jalanMu saja,
kuingin pertolonganMu saja,
kuingin gapai rahmatMu saja,
Kuingin denganMu saja 
Ya Allah, semoga Engkau menyertai kita disetiap waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar