Perjalanan Kami

Jurnal "Kultural" adalah Jurnal yang dikelola oleh Forum Diskusi KAMMI Kultural sebagai manifestasi kegelisahan atas kosongnya ruang-ruang intelektual dan kebudayaan di dalam gerakan Islam Indonesia, wa bil khusus KAMMI. Jurnal ini dikelola secara kolektif oleh beberapa orang Pegiat Forum Diskusi yang berkomitmen untuk menghadirkan ruang-ruang alternatif pada publik. 

Forum Diskusi KAMMI Kultural lahir pada tanggal 22 Desember 2012 dalam Sarasehan Inteligensia KAMMI di Yogyakarta. Sarasehan ini diinisiasi oleh beberapa aktivis di Facebook yang berkumpul di Pancoran, Jakarta Selatan dan kemudian menghasilkan sebuah "Dekarasi" dan rencana untuk melakukan pertemuan di Yogyakarta. Semangat yang dibawa oleh Forum Diskusi KAMMI Kultural pada dasarnya sederhana: KAMMI perlu menegaskan kembali jati dirinya sebagai Gerakan Intelektual Profetik dan mengisi ruang-ruang  kosong itu dalam tubuh gerakannya. Beberapa bulan setelah diluncurkan untuk pertama kalinya,  Forum Diskusi KAMMI Kulturlal merilis Jurnal KAMMI Kultural (www.kammikultural.org/) yang pada awalnya 'bermarkas' di Wordpress. Selepas melakukan pertemuan di Jakarta pada bulan Maret 2013, Forum Diskusi KAMMI Kultural menginisiasi beberapa hal, seperti Lembaga Kebudayaan KAMMI dan Kultural Press, walaupun belum sempat beroperasi secara maksimal.

Seiring dengan perkembangan tahun, Forum Diskusi KAMMI Kultural tidak hanya berbasis di Yogyakarta dan Jakarta, tetapi juga hadir di kota-kota lain: Malang, Surabaya, Solo, Lampung, dan kini juga mulai tersebar ke Ternate. Forum Diskusi Kultural Solo digawangi oleh aktivis UNS dan UMS, di Malang digawangi oleh aktivis UMM, UM, dan UB, sementara di Surabaya digawangi oleh aktivis Unair dan ITS, bahkan lebih luas menghadirkan aktivis lintas-gerakan. 

Menginjak tahun 2014, Jurnal Kultural sempat vakum selama beberapa bulan karena kesibukan pegiatnya, dan dihadirkan kembali pada bulan Agustus 2014 melalui tangan dingin pegiat-pegiat Diskusi Kultural Malang. Jurnal Kultural sempat menghebohkan pembicaraan aktivis-aktivis KAMMI dan gerakan Islam dengan beberapa artikel dan wawancara. Di tahun 2014 pula, beberapa pegiat Forum Diskusi Kultural menerbitkan buku-buku progresif, semisal "Haji Agus Salim: The Grand Old Man" (Dharma Setyawan), "Membingkai KAMMI" (Alikta Hasnah Safitri) "Menikmati Aktivisme" (Ahada Ramadhana), dan terakhir "Menjaga Nafas Gerakan" (Gading EA).

Menginjak tahun 2015, Jurnal Kultural ingin tampil dengan citra baru: lebih inklusif, lebih ramah, tapi tetap tajam, bernas, dan intelektual. Jurnal Kultural ingin menjadikan laman ini sebagai wadah pembelajaran, diskusi, dan tukar pikiran. Jurnal Kultural ingin mencetak generasi "Muslim Pembelajar" yang berorientasi pada pendidikan jangka-panjang, bukan sekadar "Muslim Negarawan" yang sarat dengan aktivitas politik jangka-pendek. Jurnal Kultural ingin membuktikan pada para pembaca bahwa gerakan  Islam pada dasarnya mampu membuka ruang dialog dengan mereka "yang-lain", yang selama ini berada di luar batas ideologis 'Islami' dan 'tidak-Islami' dan dengan demikian membangun tradisi intelektual baru dalam pemikiran dan gerakan Islam.

Selamat berdiskusi dan membaca bersama Forum Diskusi KAMMI Kultural!

Sarasehan Inteligensia KAMMI di Yogyakarta (21-22 Desember 2012):















Sarasehan Inteligensia KAMMI di Jakarta (April 2013)


















2 komentar:

  1. Maaf, saya kurang setuju dengan perkataan "bukan sekadar "Muslim Negarawan" yang sarat dengan aktivitas politik jangka-pendek"

    Saya memang kader yg biasa saja, tapi setidaknya saya pernah membaca tafsir "Muslim Negarawan" itu... Saya harap, makna "Muslim Negarawan" jgn di sempitkan dari aspek harfiah saja... Wallahu 'alam

    BalasHapus
  2. sedikit koreksi. sebelum forum di jogja, ada beberapa proses sebelumnya. forum diskusi kultural berawal dari obrolan di group fb pengurus kammi seluruh indonesia dimana saat itu akh Syamsudin Kadir membuat postingan dan ditanggapi meriah. dari sekian komentar, tergagaslah pertemua di angkringan pancoran Jakarta. dalam forum di angkringan pancoran Jakarta dihadiri 30an peserta seperti Mas Rijalul Imam, mas Maukuf, Fadhil, luthon, kang Andriyana, kang Syamsudin kadir, Wibisono, Ali Bastoni, Inggar, Riyan Fajri, Dian Pasaribu, dan banyak lainnya. di pertemuan pancoran itu disepakati nama forum diskusi kultural, juga akan diadakan sarasehan di Jogja akhir Desember 2012. ini adalah awal mula kelahiran forum diskusi kultural yang sekarang oleh sebagian teman disederhanakan menjadi KAMMI Kultural. maka ada baiknya di kita kembali ke forum diskusi kultural sebagaimana disepakati di pertemuan Angkringan Pancoran. Tetap mencintai dan berkontribusi untuk KAMMI ....

    BalasHapus