Pegiat KAMMI Kultural asal Lampung
“KAMMI tidak perlu saling menegasikan, lakukan
saja permainan yang lebih cantik’ (Haryo Setyoko, Deklarator dan Sekjen Pertama
KAMMI)
“Sejak awal
KAMMI dilahirkan untuk menjadi palu godam menumbangkan rezim, saya sadar bahka
KAMMI tidak memiliki akar ideologisasi yang kuat, Sudah saatnya KAMMI
Merumuskan gagasan-gagasan institusionalisasi keilmuan” (Mu’tamar Ma’ruf)
15 Tahun KAMMI?
Beberapa hari
setidaknya 1 bulan ini saya meneliti Amal Usaha Muhammadiyah di Jogja dan
Jakarta. Penelitian yang terkait dengan platform gerak ekonomi Muhammadiyah
memaksa saya mengaitkan dengan gagasan-gagasan yang muncul di Sarasehan
Inteligensia Jakarta. Pertama, bahwa KAMMI telah cukup bermain politik
dalam pusaran jargon, bahkan dianggap beberapa alumni tidak konsisten dengan
paradigma “politik ekstra-parlementer”. Kedua, KAMMI mencoba
untuk berfikir dan bertindak tentang apa yang disebut “Beyond Politik”.
Dua hal ini menarik untuk didiskusikan oleh kader-kader yang mempercayai
gerakan jamaah adalah gerakan kesadaran, berfikir setara, melepaskan kasta, dan
bersikap terbuka (baca : kultural). Umur15 Tahun gerakan KAMMI, belum cukup
mampu mempercayai bagaimana individu bergerak secara jamaah terkait dengan “beyond
politik”. Kader KAMMI memang telah mampu berjamaah secara politik, namun
pada tingkat ekonomi misalnya individu di “KAMMI” sangat individualis.
Gagasan-gagasan ekononomi yang muncul seperti BUMK, Badan Wakaf dan kemandirian
ekonomi per- KAMMI propinsi sangat terlihat masih mentah dan belum terbangun
dalam rencana jangka panjang.
Beberapa daerah
seperti Aceh dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat tinggi dapat
memberi andil besar bagi berkembangnya tubuh organisasi KAMMI lewat anggaran
APBD. Namun didaerah lain yang tidak memiliki kualitas kader baik dan juga
tingkat PAD yang sangat kecil membuat KAMMI harus lebih progresif bicara
kemandirian gerakan. Di Pusat pun (Jakarta), KAMMI belum memiliki rencana
jangka panjang kapan KAMMI memiliki konsep kemandirian Ekonomi, Skretariat
Permanen dan gerakan Badan Usaha Milik KAMMI (BUMK). Saya harus katakan “kita
harus memulai, sekecil apapun itu gerakan kemandirian KAMMI harus segera di
mulai”. Kita juga tidak perlu menunggu 1 Abad KAMMI seperti umur Muhammadiyah
hari ini. Kita juga tidak perlu menjadi gerakan Kultural tulen seperti
Nahdliyin agar mampu merangkul banyak kader untuk dilihat KAMMI lebih Manusiawi.
Saya lebih tertarik dengan KAMMI Struktural yang progresif dan KAMMI Kultural
yang manusiawi dan mampu berdiskusi epistemik secara jujur dan terbuka.
KAMMI Kultural?
Selama ini banyak
kader curiga apa yang di inginkan oleh KAMMI Kultural? Bagi saya pribadi yang
tidak pernah menginisiasi gerakan ini tapi kemudian menjadi pegiat di dalamnya,
perlu untuk menjelaskan kemana arah gerakan ini. KAMMI kultural lahir juga
harus diakui terlahir dari rahim berfikir kawan-kawan Pengurus Pusat (
Andriyana (Sekjen), Adhe Nuansa Wibisono (HLN), Syamsudin Kadir (Kaderisasi),
dan pengurus lain yang hadir di Jogja Sarasehan I, Tatang Iskandar, Luthon,
Liyuda Saputra). Yang menarik adalah Sarasehan ini ditangkap oleh Kader Jogja
hingga kemudian berkembang natural tanpa rekasaya Jogja-centrisme.
Hal yang perlu saya
jelaskan adalah : Pertama, pada tingkat Ideologi KAMMI Kultural telah
keluar dari pakem bacaan, berfikir dan sejarah dominasi Ikhwanul Muslimin.
KAMMI Kultural menarik sejarah Indonesia yang terlupakan oleh KAMMI selama ini.
KAMMI Kultural tidak memiliki niat untuk barnafsu berkuasa di strultural KAMMI.
KAMMI Kultural hanya ingin mengisi ruang kosong di tingkat pemikiran dan
mengembangkannya secara gerak kultural (epistimologi, budaya). Kedua,
Sejarah para pemikir Kultural yang memang selama ini bersembunyi dan tidak
nampak di permukaan. Pada Sarasehan Inteligensia Jogja KAMMI mendatangkan
orang-orang yang cukup ideolog di tubuh KAMMI seperti Yusuf Maulana, Imron
Rosyadi (Alumni yang hilang dari sejarah pemikiran, padahal mereka yang
menggagas Paradigma Gerakan KAMMI). Di Sarasehan Inteligensia Jakarta KAMMI
Kultural mengundang orang-orang yang terlupakan KAMMI seperti Mu’tamar Ma’ruf
(Muhammadiyah) pencetus Intelektual profetik yang juga hilang dari sejarah. Bahkan
kita mengundang Haryo Setyoko (Deklarator dan Sekjen KAMMI Pertama) yang telah
lebih dari 10 tahun tidak pernah bertemu kawan-kawan KAMMI. Perlu diketahui
masih banyak alumni-alumni yang tidak terdeteksi di KAMMI. Hal ini pertama,
karena KAMMI tidak memberi ruang inteligensia. Kedua alumni tersebut
tidak aktif di Partai Politik yang dikehendaki jamaah. Bagi KAMMI Kultural
perdebatan afiliasi politik adalah pilihan alumni sendiri dan Kultural tetap
menghargai sebagai alumni yang punya peran dalam sejarah masa lalu untuk
menumbuhkan KAMMI hingga saat ini.
Pertanyaan kemudian,
KAMMI Kultural mau apa lagi? KAMMI Kultural akan terus bergerak menyebarkan
pesan-pesan kultural yang dapat diterima oleh mereka-mereka yang mau terbuka
dan ber-KAMMI secara sederhana. Blog yang di buat KAMMI Kultural kita isi
dengan gagasan-gagasan kritis dan mencerdaskan, Sarasehan Inteligensia kita
lanjut di semua daerah, Kritik yang dibangun adalah untuk memperkokoh KAMMI
secara basis ideologi dan gerakan. Gagasan-gagasan praksis juga muncul menjadi
bagian yang sangat fundamen di masa depan KAMMI kelak. KAMMI Kultural secara
tidak langsung membantu KAMMI Struktural di ruang pemikiran sehingga persis
yang diungkapkan Haryo Setyoko “KAMMI harus bermain cantik tanpa perlu saling
menegasikan”.
Beyond Politik
Beyond Politik
(melampaui politik) adalah gagasan yang menarik untuk dibahas di KAMMI. Gagasan
ini adalah melepaskan tubuh KAMMI yang bergerak tergantung oleh system politik
yang ada. KAMMI perlu merancang masa depan dengan melampaui gerakan politik
yang sudah dilakukan 15 tahun ini. Bukan berarti KAMMI menjadi anti-politik,
KAMMI bergerak lebih cerdas lagi dan bergerak dalam garis konflik lokal yang
terjadi di tiap daerah. Alasan pertama yaitu Tarikan isu pusat yang
tidak berdampak serius di daerah seringkali dipaksakan dan diteriakkan di
daerah. Maka ide Mu’tamar Ma’ruf yang menggagas KAMMI dengan basis keilmuan,
sangat direspon positif oleh kawan-kawan kultural. Dengan basis keilmuan kader KAMMI punya
kejelasan gerak untuk mengawal dan memberi andil solusi bagi isu-isu lokal dan
nasional secara terarah dan jelas bertanggung jawab secara nalar ilmiah.
Kedua, bahwa tindakan-tindakan berjejaring di era
komunikasi ini sudah tidak dapat dibantah sebagai gerakan baru. Haryo Setyoko
(Deklarator KAMMI), Muhammad Badaruddin (Ketua Umum KAMMI 2001-2002) menyatakan
ini dengan dasar yang jelas. Bahwa ini zaman integrasi Lembaga Pendidikan
integrasi dengan Perusahaan, Lembaga donor integrasi dengan komunitas kreatif
dan lainnya. Hampir dipastikan negara telah tereduksi perannya akibat zaman
komunikasi yang pesat ini. Sehingga kelak KAMMI bisa integrasi dengan Bank,
KAMMI dengan Lingkungan, KAMMI integrasi dengan Perusahaan.
Beyond Politik
adalah ide yang muncul dengan proses kreatif yang jelas sangat keluar dari
pakem struktural, komando pusat, hegemoni jamaah dan doktrin ideologis. Beyond
politik terbangun atas kesadaran, kesamaan informasi, dan pertarungan
kreatifitas. Malampaui politik akan menjadi trend gerakan masa depan yang
membuat manusia melepaskan diri kungkungan struktur negara atau organisasi yang
hegemonik dan kaku. Kita dapat melihat tokoh-tokoh kreatif seperti Ridwan Kamil
(Indonesia berkebun) yang cukup fenomenal membangun ide-ide prubahan tanpa
melibatkan pemerintah. Ridwan Kamil yang sekarang menjadi calon walikota
bandung dengan konsep individu yang sangat kreatif, arsitek internasional, dan
lainnya. Atau yang sudah mendahului Anis Rasyd Baswedan (Indonesia Mengajar)
yang mengajak perusahaan membantu pendidikan untuk lebih maju. Dan
gerakan-gerakan komunitas lainnya yang keluar dari pakek organisasi dan
negera.
KAMMI-Nomics?
Gagasan ekonomi
KAMMI perlu di rancang. Mulai dari yang kecil hingga jangka panjang muncul
untuk membuat KAMMI mandiri. 15 tahun KAMMI terpenjara oleh ketergantungan
pendanaan pemerintah dan menarik KAMMI dalam pusaran politik sandra. KAMMI
tersandra ideologi, tersandra struktur, tersandra kepentingan 5 tahunan.
KAMMI-Nomics adalah bentuk kesadaran bersama untuk mulai memikirkan ide-ide
kemandirian gerakan baik dalam cara pandang ekonomi, komunitas dan inteligensia
alumni KAMMI.
Sudah waktunya KAMMI
meneguk sejarah perjuangan semua gerakan (IM, Muhammadiyah, NU, Persis dan
lainnya) dan menjadikan sejarah tersebut wawasan-wawasan hikmah yang ditemukan
KAMMI dan digerakkan dengan basis kesadaran. Rijalul Imam membagi marhalah ini
dengan 2 hal : pertama, Struktur KAMMI dan kedua, dengan forum
alumni KAMMI. Struktur KAMMI memiliki tugas menjangkau gerak kader Mahasiswa
dan forum alumni KAMMI melanjutkan gerakan yang tidak dapat dijangkau struktur.
Di ruang ini KAMMI Kultural menjadi estafet bagi putusnya ide struktur dan
alumni.
Di Sarasehan
Inteligensia Jakarta ada dua hal yang penting menjadi perubahan besar KAMMI
untuk masa depan. Pertama, Manifesto KAMMI. Kedua, Gerakan
strategis KAMMI Kultural diantaranya KAMMI-Nomics (BUMK, Badan Wakaf
KAMMI, BMT). Munculnya LEKMI (Lembaga Kebudayaan KAMMI), Pengelolaan Wibsite
KAMMIKultural.or.id sebagai inspirasi ide yang lebih progresif dan terakhir
membentuk penerbitan “Kultural Press”. Sudah saatnya KAMMI Struktural
dan Kultural bekerjasama ide gagasan dan bersinergi untuk KAMMI yang mandiri.
Anggap saja ini kado terindah untuk milad KAMMI yang ke 15 tahun. Untuk KAMMI
yang meng-Indonesia!