28 April 2013

KAMMI-Nomics dan Beyond Politics: Sebuah Catatan Pasca-Sarasehan Jakarta

Oleh : DHARMA SETYAWAN
Pegiat KAMMI Kultural asal Lampung



 “KAMMI tidak perlu saling menegasikan, lakukan saja permainan yang lebih cantik’ (Haryo Setyoko, Deklarator dan Sekjen Pertama KAMMI)
“Sejak awal KAMMI dilahirkan untuk menjadi palu godam menumbangkan rezim, saya sadar bahka KAMMI tidak memiliki akar ideologisasi yang kuat, Sudah saatnya KAMMI Merumuskan gagasan-gagasan institusionalisasi keilmuan” (Mu’tamar Ma’ruf)
15 Tahun KAMMI?
Beberapa hari setidaknya 1 bulan ini saya meneliti Amal Usaha Muhammadiyah di Jogja dan Jakarta. Penelitian yang terkait dengan platform gerak ekonomi Muhammadiyah memaksa saya mengaitkan dengan gagasan-gagasan yang muncul di Sarasehan Inteligensia Jakarta. Pertama, bahwa KAMMI telah cukup bermain politik dalam pusaran jargon, bahkan dianggap beberapa alumni tidak konsisten dengan paradigma “politik ekstra-parlementer”. Kedua, KAMMI mencoba untuk berfikir dan bertindak tentang apa yang disebut “Beyond Politik”. Dua hal ini menarik untuk didiskusikan oleh kader-kader yang mempercayai gerakan jamaah adalah gerakan kesadaran, berfikir setara, melepaskan kasta, dan bersikap terbuka (baca : kultural). Umur15 Tahun gerakan KAMMI, belum cukup mampu mempercayai bagaimana individu bergerak secara jamaah terkait dengan “beyond politik”. Kader KAMMI memang telah mampu berjamaah secara politik, namun pada tingkat ekonomi misalnya individu di “KAMMI” sangat individualis. Gagasan-gagasan ekononomi yang muncul seperti BUMK, Badan Wakaf dan kemandirian ekonomi per- KAMMI propinsi sangat terlihat masih mentah dan belum terbangun dalam rencana jangka panjang.
Beberapa daerah seperti Aceh dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat tinggi dapat memberi andil besar bagi berkembangnya tubuh organisasi KAMMI lewat anggaran APBD. Namun didaerah lain yang tidak memiliki kualitas kader baik dan juga tingkat PAD yang sangat kecil membuat KAMMI harus lebih progresif bicara kemandirian gerakan. Di Pusat pun (Jakarta), KAMMI belum memiliki rencana jangka panjang kapan KAMMI memiliki konsep kemandirian Ekonomi, Skretariat Permanen dan gerakan Badan Usaha Milik KAMMI (BUMK). Saya harus katakan “kita harus memulai, sekecil apapun itu gerakan kemandirian KAMMI harus segera di mulai”. Kita juga tidak perlu menunggu 1 Abad KAMMI seperti umur Muhammadiyah hari ini. Kita juga tidak perlu menjadi gerakan Kultural tulen seperti Nahdliyin agar mampu merangkul banyak kader untuk dilihat KAMMI lebih Manusiawi. Saya lebih tertarik dengan KAMMI Struktural yang progresif dan KAMMI Kultural yang manusiawi dan mampu berdiskusi epistemik secara jujur dan terbuka.
KAMMI Kultural?
Selama ini banyak kader curiga apa yang di inginkan oleh KAMMI Kultural? Bagi saya pribadi yang tidak pernah menginisiasi gerakan ini tapi kemudian menjadi pegiat di dalamnya, perlu untuk menjelaskan kemana arah gerakan ini. KAMMI kultural lahir juga harus diakui terlahir dari rahim berfikir kawan-kawan Pengurus Pusat ( Andriyana (Sekjen), Adhe Nuansa Wibisono (HLN), Syamsudin Kadir (Kaderisasi), dan pengurus lain yang hadir di Jogja Sarasehan I, Tatang Iskandar, Luthon, Liyuda Saputra). Yang menarik adalah Sarasehan ini ditangkap oleh Kader Jogja hingga kemudian berkembang natural tanpa rekasaya Jogja-centrisme.
Hal yang perlu saya jelaskan adalah : Pertama, pada tingkat Ideologi KAMMI Kultural telah keluar dari pakem bacaan, berfikir dan sejarah dominasi Ikhwanul Muslimin. KAMMI Kultural menarik sejarah Indonesia yang terlupakan oleh KAMMI selama ini. KAMMI Kultural tidak memiliki niat untuk barnafsu berkuasa di strultural KAMMI. KAMMI Kultural hanya ingin mengisi ruang kosong di tingkat pemikiran dan mengembangkannya secara gerak kultural (epistimologi, budaya). Kedua, Sejarah para pemikir Kultural yang memang selama ini bersembunyi dan tidak nampak di permukaan. Pada Sarasehan Inteligensia Jogja KAMMI mendatangkan orang-orang yang cukup ideolog di tubuh KAMMI seperti Yusuf Maulana, Imron Rosyadi (Alumni yang hilang dari sejarah pemikiran, padahal mereka yang menggagas Paradigma Gerakan KAMMI). Di Sarasehan Inteligensia Jakarta KAMMI Kultural mengundang orang-orang yang terlupakan KAMMI seperti Mu’tamar Ma’ruf (Muhammadiyah) pencetus Intelektual profetik yang juga hilang dari sejarah. Bahkan kita mengundang Haryo Setyoko (Deklarator dan Sekjen KAMMI Pertama) yang telah lebih dari 10 tahun tidak pernah bertemu kawan-kawan KAMMI. Perlu diketahui masih banyak alumni-alumni yang tidak terdeteksi di KAMMI. Hal ini pertama, karena KAMMI tidak memberi ruang inteligensia. Kedua alumni tersebut tidak aktif di Partai Politik yang dikehendaki jamaah. Bagi KAMMI Kultural perdebatan afiliasi politik adalah pilihan alumni sendiri dan Kultural tetap menghargai sebagai alumni yang punya peran dalam sejarah masa lalu untuk menumbuhkan KAMMI hingga saat ini.
Pertanyaan kemudian, KAMMI Kultural mau apa lagi? KAMMI Kultural akan terus bergerak menyebarkan pesan-pesan kultural yang dapat diterima oleh mereka-mereka yang mau terbuka dan ber-KAMMI secara sederhana. Blog yang di buat KAMMI Kultural kita isi dengan gagasan-gagasan kritis dan mencerdaskan, Sarasehan Inteligensia kita lanjut di semua daerah, Kritik yang dibangun adalah untuk memperkokoh KAMMI secara basis ideologi dan gerakan. Gagasan-gagasan praksis juga muncul menjadi bagian yang sangat fundamen di masa depan KAMMI kelak. KAMMI Kultural secara tidak langsung membantu KAMMI Struktural di ruang pemikiran sehingga persis yang diungkapkan Haryo Setyoko “KAMMI harus bermain cantik tanpa perlu saling menegasikan”.
Beyond Politik
Beyond Politik (melampaui politik) adalah gagasan yang menarik untuk dibahas di KAMMI. Gagasan ini adalah melepaskan tubuh KAMMI yang bergerak tergantung oleh system politik yang ada. KAMMI perlu merancang masa depan dengan melampaui gerakan politik yang sudah dilakukan 15 tahun ini. Bukan berarti KAMMI menjadi anti-politik, KAMMI bergerak lebih cerdas lagi dan bergerak dalam garis konflik lokal yang terjadi di tiap daerah. Alasan pertama yaitu Tarikan isu pusat yang tidak berdampak serius di daerah seringkali dipaksakan dan diteriakkan di daerah. Maka ide Mu’tamar Ma’ruf yang menggagas KAMMI dengan basis keilmuan, sangat direspon positif oleh kawan-kawan kultural.  Dengan basis keilmuan kader KAMMI punya kejelasan gerak untuk mengawal dan memberi andil solusi bagi isu-isu lokal dan nasional secara terarah dan jelas bertanggung jawab secara nalar ilmiah.
Kedua, bahwa tindakan-tindakan berjejaring di era komunikasi ini sudah tidak dapat dibantah sebagai gerakan baru. Haryo Setyoko (Deklarator KAMMI), Muhammad Badaruddin (Ketua Umum KAMMI 2001-2002) menyatakan ini dengan dasar yang jelas. Bahwa ini zaman integrasi Lembaga Pendidikan integrasi dengan Perusahaan, Lembaga donor integrasi dengan komunitas kreatif dan lainnya. Hampir dipastikan negara telah tereduksi perannya akibat zaman komunikasi yang pesat ini. Sehingga kelak KAMMI bisa integrasi dengan Bank, KAMMI dengan Lingkungan, KAMMI integrasi dengan Perusahaan.
Beyond Politik adalah ide yang muncul dengan proses kreatif yang jelas sangat keluar dari pakem struktural, komando pusat, hegemoni jamaah dan doktrin ideologis. Beyond politik terbangun atas kesadaran, kesamaan informasi, dan pertarungan kreatifitas. Malampaui politik akan menjadi trend gerakan masa depan yang membuat manusia melepaskan diri kungkungan struktur negara atau organisasi yang hegemonik dan kaku. Kita dapat melihat tokoh-tokoh kreatif seperti Ridwan Kamil (Indonesia berkebun) yang cukup fenomenal membangun ide-ide prubahan tanpa melibatkan pemerintah. Ridwan Kamil yang sekarang menjadi calon walikota bandung dengan konsep individu yang sangat kreatif, arsitek internasional, dan lainnya. Atau yang sudah mendahului Anis Rasyd Baswedan (Indonesia Mengajar) yang mengajak perusahaan membantu pendidikan untuk lebih maju. Dan gerakan-gerakan komunitas lainnya yang keluar dari pakek organisasi dan negera. 
KAMMI-Nomics?
Gagasan ekonomi KAMMI perlu di rancang. Mulai dari yang kecil hingga jangka panjang muncul untuk membuat KAMMI mandiri. 15 tahun KAMMI terpenjara oleh ketergantungan pendanaan pemerintah dan menarik KAMMI dalam pusaran politik sandra. KAMMI tersandra ideologi, tersandra struktur, tersandra kepentingan 5 tahunan. KAMMI-Nomics adalah bentuk kesadaran bersama untuk mulai memikirkan ide-ide kemandirian gerakan baik dalam cara pandang ekonomi, komunitas dan inteligensia alumni KAMMI.
Sudah waktunya KAMMI meneguk sejarah perjuangan semua gerakan (IM, Muhammadiyah, NU, Persis dan lainnya) dan menjadikan sejarah tersebut wawasan-wawasan hikmah yang ditemukan KAMMI dan digerakkan dengan basis kesadaran. Rijalul Imam membagi marhalah ini dengan 2 hal : pertama, Struktur KAMMI dan kedua, dengan forum alumni KAMMI. Struktur KAMMI memiliki tugas menjangkau gerak kader Mahasiswa dan forum alumni KAMMI melanjutkan gerakan yang tidak dapat dijangkau struktur. Di ruang ini KAMMI Kultural menjadi estafet bagi putusnya ide struktur dan alumni.
Di Sarasehan Inteligensia Jakarta ada dua hal yang penting menjadi perubahan besar KAMMI untuk masa depan. Pertama, Manifesto KAMMI. Kedua, Gerakan strategis KAMMI Kultural diantaranya KAMMI-Nomics (BUMK, Badan Wakaf KAMMI, BMT). Munculnya LEKMI (Lembaga Kebudayaan KAMMI), Pengelolaan Wibsite KAMMIKultural.or.id sebagai inspirasi ide yang lebih progresif dan terakhir membentuk penerbitan “Kultural Press”. Sudah saatnya KAMMI Struktural dan Kultural bekerjasama ide gagasan dan bersinergi untuk KAMMI yang mandiri. Anggap saja ini kado terindah untuk milad KAMMI yang ke 15 tahun. Untuk KAMMI yang meng-Indonesia!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar