Tentang Jurnal Kultural

cropped-blogkultural.jpg

Slogan: 'Mencintai KAMMI dengan sederhana...'

TENTANG KAMMI KULTURAL

KAMMI lahir pada tanggal 29 Maret 1998, dua bulan sebelum reformasi 1998 digulirkan. Komunitas kecil di KAMMI, yang sering disebut sebagai 'KAMMI Kultural' hadir 14 tahun setelahnya, pada tanggal 23 Desember 2012 dalam forum sarasehan Intelegensia KAMMI di Yogyakarta.

Forum Diskusi KAMMI Kultural pada mulanya terbentuk dari diskusi Facebook yang kemudian beralih ke Angkringan Tebet di Jakarta, sebagai respons atas kemandegan gerakan KAMMI yang men-tanfidz-kan dirinya sebagai "Gerakan Intelektual Profetik". Diskusi santai di angkringan tersebut kemudian beralih ke Yogyakarta, dalam sebuah Forum Sarasehan yang berlangsung 2 hari 1 malam. Sarasehan tersebut menyepakati adanya Forum Kultural untuk Mendiskusikan KAMMI secara lebih kritis dan membangun nalar intelektual gerakan yang baru. Hadir dalam pertemuan tersebut dua alumni KAMMI, Imron Rosyadi (Mantan Ketua PP KAMMI) dan Yusuf Maulana. 

Selepas Sarasehan, Forum Diskusi KAMMI Kultural mengonsolidasikan diri melalui Diskusi Sabtuan yang berlangsung di Yogyakarta, Rangkaian Diskusi Pra-Sarasehan di Jakarta, hingga Sarasehan yang berlangsung di Mesjid STEKPI, Kalibata, Jakarta. Sarasehan di Jakarta menghadirkan beberapa alumni KAMMI, seperti Rijalul Imam, Fikri Aziz, Mu'tamar Ma'ruf, Maryati Abdullah, Haryo Setyoko, dan Badaruddin. 

Selepas Sarasehan, Forum Diskusi KAMMI Kultural kemudian merilis Jurnal Kultural sebagai wadah untuk membangun tradisi intelektual dalam Gerakan KAMMI. Jurnal KAMMI Kultural adalah ruang yang dihadirkan untuk produksi gagasan, wacana, dan pengetahuan KAMMI agar tidak hanya berhenti di ruang-ruang demonstrasi atau transaksi politik, melainkan juga abadi di ranah pengetahuan dan gagasan. Jurnal elektronik ini secara kolektif diedit dan dikelola oleh pegiat Forum Diskusi. Semua kader KAMMI didorong dan disambut untuk menulis di Jurnal ini, tanpa kasta, tanpa harus ada beban mewakili struktur.

Sarasehan di Jakarta membuat gagasan Kultural semakin massif. Hingga kini, KAMMI Kultural aktif berdiskusi di Yogyakarta, Malang, Solo, Jakarta, Surabaya, Lampung, dan beberapa daerah lain. KAMMI Kultural punya jargon: "Bergerak tanpa Nama, Berjuang tanpa Kasta!" Semangat yang diusung oleh Forum Diskusi KAMMI Kultural adalah semangat untuk terus mengedepankan Gerakan Intelektual Profetik sebagai pilar gerakan KAMMI dan semangat egalitarian dimana semua kader KAMMI punya hak yang sama untuk diskusi dan mengembangkan dirinya. 

KAMMI Kultural aktif membaca, menulis, dan berdiskusi. Kami sama sekali tidak ingin merebut kekuasaan struktural secara tidak sah  atau bahkan memisahkan diri dari KAMMI. Kami melihat adanya ruang kosong, yaitu komunitas kultural berbasis pengetahuan, yang tidak berjalan optimal di KAMMI saat ini, dan mencoba untuk mengisi ruang itu dengan segenap keterbatasan yang ada.

Kami hanya ingin menawarkan gagasan, bahwa KAMMI ada dan hadir untuk Indonesia. Oleh sebab itu, kami berkeyakinan bahwa KAMMI sejatinya adalah milik publik, rakyat Indonesia...

1 komentar:

  1. Bismillahir Rahmanir Rahim

    Salam dan selawat

    Kepada:

    Mahasiswa
    Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia.

    Pertanyaan mahasiswa: Adakah kalian bersetuju semua sahabat itu sesat kecuali 3 orang: Miqdad bin Aswad, Abu Dzar dan Salman al-Farisi menurut sumber Syiah?

    Jawapan 1.

    Al-Qur'an sebagai asas agama Islam

    Sesat atau kafirnya seorang muslim termasuk sahabat, adalah terletak kepada sejauh mana mereka percaya dan menghayati ajaran al-Qur'an dalam kehidupan mereka.

    Jawapan 2

    Sunnah Nabi saw sebagai asas agama Islam selepas al- Qur'an.

    2. Sejauh mana mereka percaya dan menghayati Sunnah Nabi saw dalam kehidupan mereka.

    Jawapan 3

    3.Justeru, ia bukan soal kalian bersetuju atau pun tidak dengan seorang itu sesat atau kafir kerana ia berkait rapat dengan sistem nilai yang diakui oleh Allah dan Rasul-Nya.

    Jawapan 4

    4. Sumber Sunni tentang kesesatan atau kekafiran majoriti para sahabat Nabi saw selepas kewafatan Nabi saw kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw, boleh didapati dalam Sahih al- Bukhari, Kitab al-Riqaq, bab al- Haudh, hadis no.584, 585,586, dan 587.
    Hadis no. 587 menyatakan bahawa mereka (sahabat) telah murtad ke belakang. Justeru, aku tidak melihat mereka (sahabat) terselamat melainkan segelintir daripada mereka (bilangan yang sedikit) seperti unta yang tersesat atau terbiar daripada pengembalanya (mithlu humali nna'am).

    Jawapan 5

    5. Sahih Muslim, bab Ithbat Haudhi Nabiyyi-na menyatakan bahawa hanya sedikit sahaja sahabat yang selamat kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw. Lihat, hadis no. 26, (2290), (2291), no. 27 (2293), 28, (2294), 32 (2297), 40 (2304).

    Hadis no. 29 (2295) " Sesungguhnya aku akan mendahului kamu di Haudh. Tidak ada seorang pun daripada kamu (para sahabatku) akan mendatangiku sehingga dia akan dihalau atau diusir daripadaku sebagaimana dihalau atau diusir unta yang sesat (bilangan yang sedikit).
    Aku bersabda: Apa salahnya? Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka. Jauh! Dari rahamat Tuhan (suhqan).

    Jawapan 6

    Al-Qur'an

    6. Hanya sedikit sahaja di kalangan orang Islam yang mengikut al-Qur'an 100% sebagaimana Firman-Nya Surah al-Saba' (34): 13 " dan sedikit sahaja di kalangan hamba-hamba-Ku yang berterima kasih". Ini bererti kebanyakan orang-orang Islam sama ada sahabat atau bukan sahabat sedikit sahaja yang berterima kasih. Justeru, mereka disiksa oleh Allah swt kerana tidak berterima kasih.

    Jawapan 7

    7. Sila baca teks Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim tentang kekafiran majoriti para sahabat kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw. Justeru, ia menyalahi akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang percaya semua sahabat adalah adil.

    Jawapan 8

    8. Kekafiran majoriti para sahabat selepas kewafatan Nabi saw sengaja disembunyikan oleh para ulama Ahli Sunnah Wal-Jamaah dan Wahabi di Nusantara. Mereka meninggalkan penerjemahan bab al- Haudh dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim ke dalam bahasa ibunda. Justeru, umat Islam di Nusantara tidak mengetahuinya, lalu mereka menuduh Syiah mengkafirkan para sahabat Nabi saw pula. Pada hakikatnya, Nabi saw sendiri yang telah mengkafirkan majoriti para sahabatnya kerana mereka telah menguban Sunnahnya menurut Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.

    Jawapan 9

    9. Sila lihat, renungan 92. "Pengubahan al-Qur'an (Tahrif al-Qur'an) dalam buku-buku Sunni, Pengubahan Sunnah Rasulullah saw, penghinaan terhadap Rasulullah saw oleh para sahabat dan kekafiran majoriti para sahabat oleh Rasulullah saw sendiri" sila layari: al-mawaddah. info






    BalasHapus