27 Februari 2013

Kekalahan Kaum Reformis di Tahun 2004

Catatan Penyunting: Tulisan ini diambil dari milis KAMMI pada tahun 2003. Diterbitkan kembali untuk keperluan pendidikan

oleh: Yusuf Caesar *)

GambarSudah baca hasil poling kompas yang diumumkan di HU Kompas pada senin, 14 Juli 2003? Jika belum? bacalah dulu, ada sesuatu yang unik disana!

Ketertarikan masyarakat terhadap pemilu meningkat. Optimisme akan perubahan setelah pemilu meninggi. Meski para analis bicara tentang kecacatan UU Pemilu, Parpol dan Pilpres, meski para politikus amatiran membuat prediksi bahwa jumlah golput akan tinggi karena kekecewaan terhadap kinerja parpol-parpol.


Walaupun, para mahasiswa menyerukan boikot pemilu karena over-idealisme yang mereka miliki, namun fakta berbicara "menyakitkan" yaitu masyarakat justru memiliki optimisme yang tinggi akan "masa depan yang lebih baik".

Hasil poling tersebut memberi petunjuk kepada kita bahwa penilaian masyarakat terhadap kinerja parpol-parpol secara umum meningkat, meski masih rendah. Hanya PDIP yang cenderung mempunyai nilai yang jeblok. Keanehan justru terlihat pada partai Golkar yang dipandang masyarakat kinerjanya semakin baik. Partai lainnya juga mengalami peningkatan pamor meski sedikit. Yang paling tinggi nilainya adalah PAN dari 5 parpol besar yang diteliti.

Hasil tersebut tidak benar 100%, karena sampel yang diambil adalah masyarakat berbasis perkotaan yang notabene kurang menyukai megawati. Namun yang unik disini adalah nilai partai golkar yang naik di mata masyarakat kota. Di mata masyarakat desa saja kaum reformis belum bisa mengubah pandangan mereka terhadap politik, dan kini masyarakat kota mulai meninggalkan kaum reformis.

Jika masyarakat yang berada di perkotaan saja banyak yang mendukung Golkar, apatah lagi di pedesaan. Satu pertanyaan yang patut diajukan kepada kaum reformis, sudahkah mereka menyadari hal ini?

Tampaknya mereka belum menyadari akan ancaman kekalahan ini. Mereka masih berfikir pasti... pasti... pasti... masyarakat mendukung reformasi, masyarakat mendukung upaya perubahan yang dilakukan kaum reformis, karena --katanya-- kaum reformis berjuang untuk rakyat. Tidak sedikitpun kaum reformis berfikir bahwa banyak gagasan mereka yang tidak diterima masyarakat. Bukan karena "promosinya" kurang jitu, tetapi lebih karena memang kebodohan masyarakat sendiri.

Jika kaum reformis belum menyadari, maka mari kita katakan "wasalam" kepada gerakan reformis. Dan latih lidah kita untuk berkata "welcome" kepada Indonesia baru, indonesia yang berbeda dengan era reformasi.

Namun bisa jadi kaum reformis sudah menyadari fenomena ini. Maka dari itu, sebagiannya berharap dapat mengubah kondisi dengan memperdebatkan UU Pemilu, Pilpres, Parpol yang katanya "cacat moral". Ibarat musuh sudah siap tempur di medan perang, kaum reformis ternyata masih tetap sibuk memperdebatkan layakkah pertempuran ini dilakukan.

Sebagiannya lagi menyerukan untuk segera saja boikot pemilu, habis perkara!

Apa bagusnya boikot pemilu? Bukankah jika Pemilu gagal maka yang turut berbahagia adalah PDIP dan preman-preman politik yang ada di parlemen sekarang? Tanpa disadari pencetus gerakan boikot pemilu, sesungguhnya mereka sedang melanggengkan kekuasaan yang ada sekarang.

Itulah sebagian kritik bagi kaum reformis di negeri ini yang tidak serius memperbaiki bangsa.

Yang mendesak sekarang ini untuk dilakukan adalah menyadarkan kaum reformis (bukan menyadarkan masyarakat lho!) bahwa ancaman kekalahan pada pemilu nanti ada di depan mata jika mereka tidak segera mempersiapkan "kemenangan" Pemilu 2004. Yang kedua, kaum reformis harus segera mencari kesamaan visi-misi mereka tentang Indonesia masa depan. Yang sama itulah yang didahulukan dan diutamakan untuk dikerjakan. Yang ketiga, lakukan kerja konkret!

Akhir kata, semua orang dapat tertolak perkataanya kecuali Rasulullah SAW. Termasuk yang dapat tertolak adalah teriakan-teriakan kaum reformis yang belum tentu lebih benar di bandingkan kaum status quo. Termasuk juga perkataan saya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Tahu.

Jazakumullahu Khairan Katsir.

*) Humas PP KAMMI dan Pengelola Milis KAMMI, 2003-2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar