23 Februari 2013

Membangkitkan Posisi Tawar Gerakan KAMMI

Oleh: Muhammad Joe Sekigawa, SST

GambarRijalul Imam, mantan Ketua Umum PP KAMMI, menulis bahwa ada enam mahawir gerakan KAMMI yang ditafsirkannya dari Prinsip Gerakan KAMMI. Saat ini, jika mengikuti logika dan periodesasi waktu yang dibuat oleh Akh Rijal, KAMMI sekarang masuk pada mihwar rekonstruksi, dengan mentransformasikan demokratisasi prosedural yang dianut oleh Indonesia saat ini menjadi demokratisasi substansial yang berorientasi pada kehendak rakyat (sesuai analisis Amin Fahrudin, red.)

Tidak dipungkiri bahwa dari masing-masing mihwar tersebut yang telah kita lewati hingga saat ini. Jika dikomparasikan dengan konsep mahawir ad-da'wah yang dipahami gerakan Tarbiyah, kita saat ini sudah  mencapai mihwar muassasi dan insyaAllah sedang menyongsong mihwar daulah, terkandung di dalamnya berbagai amal siyasi, karena memang demikian adanya, bahwa amal siyasi tak dapat dipisahkan dari amal dakwah.

Hal tersebut di atas sesungguhnya sejalan dengan paradigma gerakan
yang telah digariskan di dalam manhaj kaderisasi KAMMI, yaitu salah satunya adalah KAMMI sebagai gerakan politik ekstraparlementer. Sebuah aktivitas politik yang jelas-jelas bebas dari kungkungan kuasa parlemen yang memerintah negeri tercinta kita ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejatinya, Kata kunci di mihwar muassasi ini adalah kepakaran dan spesialisasi. Kepakaran dalam tataran praktisnya dapat dilakukan oleh para kader KAMMI dimanapun berada dengan menguasai secara expert di bidang yang tengah digelutinya. Semisal bahwa kader A memiliki kepakaran di bidang ekonomi syari’ah, maka sudah selayaknya KAMMI menggiring isu-isu strategis seputar ekonomi Indonesia untuk kembali diluruskan dalam rel yang benar, yakni bagaimana seharusnya Indonesia bersikap terhadap permasalahan ekonomi Indonesia, kemudian mencari jalan keluar sesuai dengan tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya. Ini sungguh sangat sejalan dengan implementasi prinsip gerakan KAMMI yang kedua, “Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI”.

Kemudian, spesialisasi merujuk kepada sifat yang harus dilekatkan oleh kader KAMMI agar ia memiliki keahlian di bidang tertentu. Layaknya seorang doktor, ia tahu sedikit tapi mendalam, bukan seperti sarjana, ia tahu banyak tapi dangkal. Seiring dengan bertambahnya jumlah kader KAMMI yang mencapai puluhan ribu, maka sudah menjadi sebuah kebutuhan untuk men-spesialisasi-kan dirinya pada bidang tertentu dan menjadi leading sector di dalamnya, sebagai trendsetter bukan follower lagi.

Dari sedikit uraian di atas, dapat kita lihat bersama mengenai pemetaan peranan dari organisasi kita tercinta, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia alias KAMMI telah naik tingkat sesuai dengan umurnya yang telah menginjak di tahun ke-14 ini. Lalu pertanyaannya, bagaimana posisi tawar KAMMI terhadap khalayak umum di era mihwar muassasi atau fase rekonstruksi ini?

Tidak hanya KAMMI, organisasi mahasiswa yang lain pun tengah terus berbenah, dan yang membedakan kita dengan mereka adalah pada amal khas yang diusungnya. Hilmi Aminudin pernah berpesan bahwa langkah-langkah amal kita harus mutamayyiz. Sebagai seorang kader dakwah di KAMMI, kita memang bergaul bersama, berpacu dengan yang lainnya, namun nahnu mutamayyyizun (kita berbeda). Berbeda dari entitas gerakan yang lain (termasuk partai politik, red). Kata tamayyuz sendiri mengandung pengertian keberbedaan yang mengandung keistimewaan. Jadi bukan hanya asal beda, melainkan mutamayyiz ’an ghairina, berbeda yang mengandung keistimewaan dari yang lainnya.

Masyarakat saat ini merupakan masyarakat yang terdidik, meski kebanyakan masih terlalu apatis dengan perubahan fundamental terkait tuntunan agama Islam, namun itu menjadi peluang besar bagi perkembangan dakwah. Kenyakan masyarakat tidak mendukung kepentingan-kepentingan dakwah bukan karena menolak, namun lebih banyak kepada tidak tahu informasi yang shahih terkait fenomena yang tengah merebak di kalangan mereka.

Maka, di sinilah letak keistimewaan kader KAMMI. Dengan semangat kepakaran dan spesialisasi yang telah terkantongi, daya tawar KAMMI akan semakin menguat. Dukungan demi dukungan senantiasa akan mengalir dengan begitu derasnya, dan jama’ah dakwah, khususnya mahasiswa yang menjadi objek sekaligus subjek kaderisasi KAMMI, juga semakin besar dan mengokohkan cita-cita luhur yang termaktub dalam visi besar KAMMI, “Menjadikan Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat madani dengan berlandaskan nilai Islam sebagai tuntunan kehidupan”

Nuun wal qalami wa maa yasthuruun.

*) Muhammad Joe Sekigawa, SST. Aktivis KAMMI di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

1 komentar:

  1. Polesan dari admin nya mantaps, tulisannya jadi semakin enak dibaca he he.. ^_^

    BalasHapus