25 Februari 2013

Menggagas KAMMI (di) Surabaya: Catatan Jelang Muktamar

oleh: Gading Aurizki *)

Gambar

"Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI..."

Di malam Kamis ini, izinkan saya untuk berbagi kegelisahan kepada kawan2 semua. Selama hampir 3 tahun di KAMMI, saya memandang bahwa ada tiga daerah yang menjadi basis KAMMI. Tanpa mengecilkan daerah2 lain, tiga daerah ini memang spesial dengan cirinya masing2.


Pertama, Yogyakarta, tempat dimana Haryo Setyoko, Sekjend KAMMI pertama ditempa. Dari sana pula lah filosofi gerakan KAMMI bermula. Ditambah dengan iklim pergerakan yang masih cukup dinamis, saya menyimpulkan bahwa Yogyakarta adalah basis pemikiran dan kajian strategis KAMMI.

Kedua, Jakarta, yang menjadi rumah bagi Fahri Hamzah, deklarator KAMMI plus Ketua KAMMI Pertama. Meskipun saat ini di UI tidak ada KAMMI -atau dalam jumlah kecil-, namun Jakarta dengan universitas2 yang lain menjadi tempat yang dekat dengan pusat kekuasaan. Jakarta kuat dalam hal jejaring.

Ketiga, Malang, tempat KAMMI dideklarasikan. Meskipun tidak termasuk kota besar, KAMMI memang tergolong istimewa. Menurut informasi yang saya peroleh, setiap DM 2 yang diadakan Malang pesertanya selalu mencapai 100 orang. Sangat banyak! Sehingga bisa dikatakan bahwa Malang adalah basis pengkaderan KAMMI.

Dengan saya menyebutkan tiga basis di atas tidak berarti saya ingin memecah2 KAMMI menjadi faksi2. Sama sekali tidak. Saya hanya mencoba mencari rolemodel yang tepat untuk KAMMI tempat saya saat ini bernaung, KAMMI Surabaya.

Tidak diragukan lagi, Surabaya adalah kota yang sangat strategis. Mendapat sebutan Kota Pahlawan, Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dan memiliki posisi yang sangat strategis. Bahkan kalau boleh dikatakan, dengan pertimbangan jarak dan jangkauan ke seluruh wilayah Indonesia, Surabaya lebih pantas menjadi ibukota karena terletak di tengah2 Nusantara.

Lalu apa hubungannya dengan KAMMI Surabaya? Mungkin banyak di antara kita tahu, KAMMI Surabaya beberapa tahun ini mengalami penurunan kontribusi. Mulai banyaknya permasalahan internal, hingga menurunnya jumlah kader. Nah, dengan kondisi tersebut tentu kontribusi KAMMI di Surabaya masih sangat jauh dari harapan. Meskipun saya juga tahu bahwa rekan2 PD KAMMI Surabaya sudah berjuang keras memaksimalkan segenap kekuatan yang dimiliki untuk mengoptimalkan kinerja KAMMI di Surabaya.

Sebagai kader, saya justru mengharap ke depan KAMMI Surabaya ini tidak hanya kembali sehat manajemennya. Namun juga memiliki karakter dan spesialisasi seperti tiga daerah yang saya sebutkan di muka. Apa yang spesial dari KAMMI Surabaya? Pengkaderan kah? Pemikiran kah? Jaringan kah? Atau paling mungkin Sosmas kah, jika mengacu departemen paling berkembang adalah LSO Lentera Harapan? Wallahua'lam..

Tetapi sebelum kita memutuskan akan seperti apa KAMMI Surabaya, kita perlu merumuskan karakter Kota Pahlawan yang tentu berbeda dengan kota2 lain. Ada beberapa fakta yang perlu kita ungkap. Saya akan mengungkapkan sedikit saja:

1. Surabaya adalah kota dengan APBD terbesar di Indonesia. Sebenarnya Jakarta lebih besar, tetapi karena Jakarta adalah provinsi, sehingga Surabaya menjadi kota dengan pendapatan terbesar di negeri ini.
2. Surabaya adalah kota industri yang besar. Hal itu akan membuat jumlah buruhnya juga cukup besar.
3. Surabaya adalah kota yang penduduknya paling aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Sehingga, orang Surabaya lebih banyak berada di luar rumah dibandingkan di dalam rumah, (kalau yang ini pendapat teman saya).
4. Surabaya memiliki basis pendukung fanatik Persebaya, yakni BONEK MANIA. Dan siapa yang dapat memegang suporter fanatik, dia memiliki pengaruh yang sangat besar.
5. dsb.

Dari beberapa informasi ini, adakah yang sudah terpikir ke mana sebaiknya KAMMI Surabaya menuju?

Jika belum, akan saya bagikan cerita yang saya dapat dua pekan lalu. Saya mendengar dari salah seorang ideolog KAMMI, Pak Yusuf Maulana, bahwa tempat penanamanan ideologi para aktivis buruh adalah di Yogyakarta. Setelah itu para aktivis buruh itu dikirim ke daerah2, utamanya Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya yang memiliki basis buruh yang cukup besar. Berbeda dengan Yogyakarta yang notabene bukan kota industri dan memiliki sedikit gerakan buruh, Surabaya memang kota industri yang jumlah buruhnya cukup besar. Sehingga tak heran kalau Yogyakarta hanya sekedar menjadi tempat ideologisasi, bukan tempat kontribusi.

Dari poin ini saya bisa menangkap bahwa Surabaya memang memiliki ciri khas. Kita tidak bisa menyamakannya dengan Jakarta, Yogya, Malang, atau kota2 lain. Sehingga, Surabaya membutuhkan gerakan yang memang khas untuk Surabaya. Apa itu? Itu PR untuk kita semua.

* * *

Menyoal tentang MUKTAMAR VIII KAMMI yang akan diselenggarakan di Surabaya tengah tahun nanti, awalnya saya cukup kaget. Dalam hati saya berkata, "Masalah internal belum selesai kok berani mengambil event besar?!" Ketika saya melontarkan isu ini ke beberapa orang kader di komisariat, kurang lebih tanggapannya sama.

Tetapi saya yakin, akh Decka selaku Ketumda tidak bertindak gegabah ketika mengambil amanah besar ini. Saya berhusnudzan beliau punya rencana yang kami di komisariat tidak mengetahui. Mungkin beliau ingin menjadikan momentum Muktamar ini untuk kembali mensolidkan kader2 Surabaya.

Jika selama ini "common enemy" yang dijadikan excuse/alasan atas lesunya gerakan mahasiswa, maka beliau menghadirkan "common enemy" itu dalam bentuk event besar yang perlu disukseskan. Kader KAMMI Surabaya harus menyambut seruan itu. Khususnya kepada kader2 saya di Komisariat KAMMI Airlangga.

* * *

NB: Di sini, saya memandang masalah KAMMI Surabaya (sengaja tidak menyebutnya PD KAMMI Surabaya) sebagai orang dalam sekaligus orang luar. Orang dalam sebagai kader yang aktif di PK KAMMI Airlangga, tetapi tidak aktif di PD KAMMI Surabaya. Sehingga jika mas Decka dkk tidak setuju dengan opini saya ini, silahkan. Saya terbuka jika rekan2 memberikan kritik terhadap apa yang saya tulis.

Surabaya, 13 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar