22 Februari 2013

Menyambung Lidah Masa Depan KAMMI

Oleh: Mu'tamar Ma'ruf dan Tim Kajian Strategis KAMMI DIY
IMG_8849CopyCopyKAMMI sebagai sebuah gerakan mahasiswa dan juga sebagai gerakan da’wah belum menemukan bentuk yang secara elegan. Peran dan tantangan KAMMI ke depan, dalam opini kami, adalah bagaimana melakukan identifikasi diri guna menuju cita-cita yang dia inginkan.

Identifikasi tersebut bisa dilakukan dengan melakukan penjelasan terhadap peran KAMMI, agar KAMMI mampu mengidentifikasikan 'diri'-nya secara lebih cermat. Peran KAMMI tersebut dapat dibagi ke dalam tiga pilar penting :


  1. KAMMI Sebagai Gerakan Mahasiswa.

Banyak referensi yang harus dicari dan perlu penelusuran oleh KAMMI jika menginginkan dirinya seperti gerakan mahasiswa yang lain. Identitas sebagai gerakan mahasiswa akan terjawab ketika terjawab apa dan siapa mahasiswa, Aleksander D Aleksandrof menyatakan bahwa mahasiswa bukanlah kendaraan yang harus diisi tetapi merupakan pelita yang harus dinyalakan, dari ungkapan tokoh Rusia tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa mempunyai potensi yang tersembunyi, dan jika potensi itu digali dan diberdayakan secara optimal maka dia akan menjadi penerang bagi jalan yang akan dilalui oleh sejarah manusia. Peran mahasiswa ini hampir sama dengan peran seorang pemikir besar (intelektual), gambaran yang diberikan oleh pemikir tersebut akan memberikan optimisme dan harapan baru.

Dari sini kita bisa melihat bahwa peran gerakan mahasiswa tidak akan terlepas dengan statusnya sebagai pemikir atau sebagai intelektual, dari sini maka dapat di simpulkan bahwa gerakan mahasiswa merupakan sebuah gerakan massa yang selalu mengutamakan intelektualisme dan rasionalisme sebagai fondamen dasar gerakan.

2. Mahasiswa sebagai Gerakan Intelektual

Gerakan intelektual mempunyai banyak pilahan ada gerakan intelektual yang genit, dan ada gerakan intelektual yang bertanggungjawab. Gerakan intelektual yang genit adalah sebuah gerakan intelektual yang hanya bisa melakukan dekontruksi tetapi tidak mampu melakukan kontruksi terhadap bangunan ide yang ada. Ada juga gerakan intelektual yang bertanggungjawab, sebuah gerakan intelektual yang tidak hanya mampu melakukan pembenturan-pembenturan ide belaka tetapi juga melakukan penataan ide-ide untuk kemudian melakukan kontruksi dalam bangunan ide tersebut. Dan jika KAMMI sebagai gerakan mahasiswa maka dia harus mempunyai kekuatan intelektual yang bertanggung jawab.

Sebuah pilihan yang telah ditetapkan oleh KAMMI sendiri bahwa KAMMI merupakan gerakan sosial dan politik mahasiswa, maka kemampuan intelektual tersebut semua dalam koridor sosial politik. Dari penjelasan tentang posisi KAMMI sebagai gerakan mahasiswa tersebutlah maka akan memberikan kejelasan pula tentang kaderisasi politik yang sebenarnya.

3. KAMMI Sebagai Gerakan Da’wah

Sebuah gerakan dakwah mempunyai ciri sebagai sebuah gerakan yang menyatunya hati, kite dan perbuatan. Gerakan dakwah tidak hanya bisa berbicara saja tetapi juga perlu dipraktikkan, karena dengan melakukan praktik tersebutlah maka gerakan dakwah tersebut bisa hidup.

Dalam Al Qur’an juga diterangkan dosa besar di sisi Allah SWT bagi mereka yang hanya bisa berbicara tetapi tidak bisa melakukan apa yang dia bicarakan, dan dalam istilah kerennya “NATO (No Action Tolk Only)”.

Kemampuan sebuah gerakan da’wah adalah terletak pada dua pilar yang menyangganya, pilar pertama adalah kekuatan spiritual dan kekuatan yang kedua adalah kekuatan emosional. Kekuatan spiritual merupakan kekuatan yang bersumber dari teks-teks kitab suci yang didalamnya akan mengikat dan menerapkan standar moral manusia. Adapun kekuatan emosional dalam gerakan da’wah adalah kedekatan emosi yang dibangun oleh kepercayaan moral dan jastifikasi kitab suci yang nantinya akan menghasilkan sebuah ikatan emosi yang kuat, terutama dalam kesolidan massa (pengikut).

Jika KAMMI merupakan gabungan gerakan dakwah dan juga gerakan mahasiswa, maka sesuai dengan prediksi Ali Syariati yang menyatakan bahwa dimasa depan yang akan memegang dan menentukan sejarah adalah sebuah gerakan atau seseorang yang di dalam dirinya terinternalisasi tiga kekuatan sekaligus, yaitu: kekuatan spiritual atau moral, kekuatan emosional atau kesolidan pengikut dan yang terakhir adalah kekuatan intelektual. KAMMI sebagai sebuah gerakan sangat mungkin terpenuhinya syarat-syarat tersebut, sehingga dimasa depan KAMMI-lah yang akan menentukan sejarah. Dan jika KAMMI mempunyai tiga kekuatan tersebut maka KAMMI akan mempunyai kredibilitas institusi yang nantinya akan menghasilkan kredibilitas sosial.

Potensi besar yang dimiliki oleh KAMMI ini harus benar-benar diberdayakan seoptimal mungkin. Dengan melihat kondisi saat ini, maka KAMMI sekarang mempunyai dua kekuatan yang cukup unggul yaitu kekuatan spiritual/moral dan kekuatan emosional/kesolitan kader. KAMMI dikatakan mempunyai kekuatan spiritual/moral merupakan hasil turunan dari gerakan yang lebih besar dan yang melahirkannya, yaitu gerakan tarbiyah islamiyah, dengan mengadopsi sistem kaderisasi yang ada di sistem tarbiyah tersebut maka KAMMI dapat dikatakan mempunyai kredibilitas moral. Derivasi dari kekuatan moral yang kuat itulah terbangun sebuah budaya kepercayaan yang tinggi yang akhirnya menghasilkan sebuah ikatan emosional yang cukup kuat, yang akhirnya menghasilkan kesolidan kader yang cukup bisa dibanggakan.

Dari penjelasan diatas maka tinggal satu kekuatan lagi yang harus diberdayakan oleh KAMMI sebagai institusi gerakan mahasiswa yaitu kekuatan intelektual. Tidak dapat dipungkiri bahwa kader-kader KAMMI belum menyadari potensi yang dia miliki terkait dengan bidang yang dia tekuni dalam perkuliahan di kampus. Potensi kekuatan intelektual ini harus mulai di sadarkan kepada kader sedini mungkin, karena dengan kesadaran yang dini tersebutlah maka masa depan dirinya dan KAMMI akan lebih terjamin. Oleh sebab itu maka yang mulai dibangun dalam dasa warsa kedepan adalah pembangunan dan pemberdayaan kemampuan intelektual. Mahasiswa politik harus pandai bicara politik, mahasiswa pertanian harus pandai bicara pertanian, mahasiswa pendidikan harus lincah berbicara tentang pendidikan, dan lain sebagainya.

Dari idealisme yang dibangun tersebut, maka yang harus dilakukan KAMMI sekarang adalah melakukan penahapan-penahapan sehingga bisa menuju ke cita-cita dan harapannya. Langkah-langkahnya adalah:

  1. Melakukan sosialisasi dan menstimulasi serta menyadarkan kader tentang potensi intelektualitasnya tersebut. Jika hal ini bisa terbangun maka langkah berikutnya adalah:

  2. Membentuk kelompok-kelompok atau forum-forum profesional sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas kader. Pembentukan forum-forum ini belum menjadi jawaban terhadap tantangan diatas, karena belum ada garansi adanya kesinambungan forum-forum profesional tersebut, oleh karena itu seiring dibentuknya forum-forum profesional maka juga harus dirumuskan juga sistem kaderisasi profesi dalam koridor politik. Setelah adanya sistem kaderisasi yang mantap dan adanya jaminan terhadap kesinambungan organisasi maka akan masuk pada bentuk selanjutnya, yaitu:

  3. Membentuk struktur profesional. Stukturalisasi forum-forum tersebut mempunyai banyak keuntungan, selain tetap bisa melakukan kajian-kajian yang bernuansa politik profesional dapat juga melakukan kerja-kerja real berupa pembangunan dunia kerja yang dapat menjamin kehidupan kader. Langkah pembentukan struktur profesional merupakan langkah pembentukan komisariat profesi dan hal ini tidak akan mengganggu struktur yang ada dan dikembangkan saat ini. Struktur komisariat yang berbasis perguruan tinggi tetap dipertahankan guna menyokong peran KAMMI di dalam kampus dan dengan keberadaan komisariat profesi tersebut akan memberikan peluang kepada kader untuk masuk dunia yang akan dia geluti setelah dia paska kampus, serta menampung kader-kader yang tidak suka dengan dunia kampus.

Dengan demikian, cita-cita untuk 'menyambung' lidah masa depan KAMMI bisa terwujud. Lantas, bagaimana KAMMI menyikapinya ke depan? mari bergerak tuntaskan perubahan (di tubuh KAMMI)!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar