2 Maret 2013

Agama Bukan Sekedar Candu!

sebelumnya dimuat di http://www.freewebs.com/kammiers-uny/analiprofetika.htm

oleh:  Sigit Nursyam P.

“Agama adalah desah ciptaan yang tertindas, perasaan sebuah dunia yang tak lagi memiliki hati, jiwa dari kondisi-kondisi tak berjiwa, dan candu masyarakat.” (Karl Marx)

sigit nursyamKarl Marx, sosok pemikir Barat yang lahir pada tahun 1818 adalah keturunan Yahudi penganut Christianity akan tetapi pada akhirnya menganut paham atheis (tidak bertuhan), yang dikarenakan faktor keluarga dan pergolakan sosial yang terjadi pada masa itu.

Di tahun 1848 Marx, mengambil peran di Jerman dalam Revolusi Perancis yang mengharapkan pada revolusi sosial. Dalam bukunya "Communist Manifesto" dipresentasikan sebagai analisis sejarah yang mengarah pada pembebasan kasta (tingkatan) dalam sosial masyarakat (class struggle). Dalam teorinya historical materialism suatu metode yang mencatat pada perkembangan dan perubahan yang terjadi pada sejarah peradaban manusia sesuai dengan perkembangan material ekonomi.
Konsep awal yang paling mendasar menurut Karl Marx adalah segala perubahan yang terjadi dalam sosial masyarakat disebabkan oleh struktur ekonomi (basic) pada sosial masyarakat tersebut. Sebuah ekonomi yang unggul akan membentuk pada sebuah agama, philosophy, politik yang akan mewarnai seluruh sosial masyarakat. Sistem perekonomian hanya akan berjalan pada titik sejarah peradaban manusia.

Pemikiran Marx dipengaruhi situasi jamannya. Saat itu keadaan kaum buruh pabrik amat buruk. Mereka bekerja dalam waktu yang lama, tidak mendapat upah yang layak dan tidak memperoleh jaminan pemenuhan hak. Marx berpikir bahwa situasi itu amat tidak manusiawi karena manusia mengalami keterasingan. Situasi kesenjangan tersebut mengarahkan Marx pada pemikiran tentang adanya dua kelas dalam masyarakat, yaitu kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas ialah mereka yang memiliki pabrik atau tanah. Kelas bawah ialah para buruh yang miskin.

Kedua kelas itu sebenarnya saling membutuhkan. Tetapi ketergantungan itu tidak seimbang. Kelas bawah tidak dapat hidup tanpa adanya pekerjaan yang disediakan oleh kelas atas. Maka, kelas bawah terpaksa menerima upah minimal dan berbagai syarat kerja yang menindas. Dalam keadaan demikian, kelas atas menguasai kelas bawah dan memperoleh keuntungan dari kerja keras kelas bawah.

Lebih lanjut Karl Marx menunjukkan bahwa situasi ketidakadilan didukung oleh negara. Negara secara hakiki merupakan negara kelas yang dipengaruhi oleh kelas yang menguasai bidang ekonomi. Negara hanya dijadikan alat oleh para penguasa ekonomi untuk melanggengkan penindasannya terhadap kaum buruh. Akibatnya, negara gagal mengatasi perselisihan-perselisihan dan gagal mewujudkan kesejahteraan umum.

Di tengah kondisi yang sedemikian timpang, Marx melihat agama juga mendukung penindasan kelas atas terhadap kelas bawah. Agama dilihat Marx sebagai candu yang memberi kepuasan semu kepada rakyat miskin. Agama yang mengajarkan kesalehan membuat rakyat miskin lupa untuk memperjuangkan perbaikan nasib dan membuat kaum miskin pasrah menerima penindasan. Khotbah-khotbah keagamaan hanyalah buaian penyelamat kaum miskin dari penderitaan akibat penindasan dengan janji kenikmatan surga. Inilah yang akhirnya memberikan efek ketenangan yang menjadikan gerakan perlawanan terhadap penindasan berhenti. Dalam situasi demikian kelas atas yang menuai keuntungan.

Agama Dalam Perspektif Islam

Agama memang memberikan efek ketenangan bagi pemeluknya. Hal ini dikarenakan secara kodrati manusia bukanlah seonggok mesin tanpa jiwa. Ketika makanan dapat menjadi nutrisi yang menggerakkan raga manusia, maka agamalah yang menjadi nutrisi bagi jiwa manusia. Ketenangan akhirnya muncul karena kebutuhan jiwa akan nutrisi terpenuhi.

Ini adalah sebuah realita aksiomatik yang diakui oleh para psikolog dan dokter ahli terapi kejiwaan (psikiater) di zaman modern. Arnold Toynbee, seorang sejarawan dan filusuf mengatakan :

“Agama merupakan salah satu potensi esensi manusia yang alami, dan cukuplah kita katakana bahwa kebutuhan seseorang terhadap agama karena dorongan kondisi keputusasaan rohani yang memaksanya untuk mencari pelipur lara dan menghadapi sebuah bencana yang tidak dapat diatasinya sendiri”

Sebagaimana diungkapkan juga oleh Dale Carnegie dalam bukunya Tinggalkanlah Stres dan Mulailah Hidup Baru :

“Sesungguhnya para dokter jiwa mengetahui bahwa inam kuat dan berpegang teguh pada agama merupakan jaminan untuk mengalahkan stress dan ketegangan syaraf serta menyembuhkan penyakit-penyakit jiwa lainnya”

Bahkan Allah secara langsung telah mengungkapkan ketenangan jiwa yang Dia karuniakan kepada orang-orang yang beriman sebgaimana telah termaktub dalam QS Al-Fath : 4 :

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada”

Akan tetapi,  tuduhan Karl Marx bahwa agama sebagai “candu masyarakat” yang berpengaruh pada akal pikiran masyarakat sebagaimana berpengaruhnya narkotika pada individu dan melalaikan mereka dengan angan-angan akhirat dari memperjuangkan hak-hak mereka yang terampas dan menjadikan mereka tunduk kepada kemauan orang-orang yang berbuat aniaya (dhalim) dan para thaghut adikuasa, kemudian menjadikan mereka patuh dengan suka rela, adalah tuduhan yang tidak dapat diterima!

Hal itu karena agama yang benar tidak akan menghilangkan kesadaran masyarakat untuk menuntut haknya di dunia lantaran tenggelam dalam upaya mencari kenikmatan akhirat! Agama yang benar tidak akan mentolelir adanya kedhaliman dan tidak rela akan adanya kerusakan dan penyelewengan! Bisa dikatakan bahwa tuduhan yang diungkapkan oleh Karl Marx adalah tuduhan yang salah alamat. Atau, tuduhan yang tepat ketika dialamatkan kepada agama yang melingkupi kehidupan Karl Marx pada waktu itu, dan tidaklah layak dijadikan sebagai alas an untuk melakukan generalisasi.

Sebagaiman telah diungkapkan oleh DR. Yusuf Al-Qardhawi dalam buku Pengantar Kajian Islam, yang menjelaskan paham keagamaan secara analitis dan komprehensif bahwa :

“Islam pada hakekatnya merupakan sebuah revolusi kemanusiaan (humanism), sebuah revolusi untuk membebaskan seluruh umat manusia dari penghambaan dan ketundukan kepada selain Penciptanya. Sebuah revolusi di dunia pemikiran, hati dan perasaan, serta merupakan sebuah revolusi di dunia kenyataan (realita) dan pelaksanaan (aplikasi)”

Semboyan revolusi tersebut adalah sebuah kalimat agung, yaitu kalimat tauhid : “Laa Ilaaha Illallah” (Tiada Ilaah kecuali Allah). Setiap orang yang mengaku tuhan atau menerima ketika diperlakukan sebagai tuhan di muka bumi ini dengan melalui perkataan atau perbuatan haruslah diruntuhkan dan dihancurkan keberadaannya dari dunia dan harus mundur dari arena kehidupan. Mengambil hak Tuhan adalah sebuah pengingkaran terhadap kekuasaan Tuhan.

Manusia adalah sama dan setara. Tidak boleh sebagian orang memperbudak sebagian yang lain, atau sebagian menindas terhadap sebagian yang lain. Jika sebagian orang berlaku lalim, menindas dan merusak, maka merupakan suatu kewajiban bagi sebagian yang lain untuk menghalangi dan menahannya. Bila tidak demikian maka mereka semua dianggap bersekongkol dalam dosa dan berhak mendapatkan hukuman yang adil dari Allah.

Al-Qur’an Al-Karim mengatakan :

“dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang dhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan” (Hud : 113)

Adalah wajib bagi orang yang beriman, ketika dia melihat adanya kemungkaran, kedhaliman, penindasan, serta penyelewengan, untuk segera berjuang merubahnya dengan segala daya yang dia punyai, baik dengan tangan, lisan maupun hati sebagai wujud nyata dari keimanannya.

Berada dimanakah kita? Sadarkah kita akan fungsi social yang diemban oleh seluruh orang yang beriman?

Mari wujudkan ramadhan sebagai bulan perlawanan. Melawan nafsu, syaithan, kemungkaran, tirani maupun segala bentuk penindasan dan kedhaliman. Sebagaimana Allah memberikan gelar  Ashhabul-maimanah denagn janji surge di sisi-Nya bagi mereka yang menempuh jalan perjuangan, sebuah jalan yang mendaki lagi sukar.

“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau member makan pada masa kelaparan, (kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk berkasih-sayang. Merekalah golongan kanan (Ashhabul-maimanah)”(QS Al-Balad : 12-18)

Wallahu a’lam

*) Penulis adalah Ketua Umum KAMMI Komisariat UNY 2007-2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar