12 Maret 2013

"Mihwar" dan Masa Depan Perjuangan KAMMI (Risalah Diskusi Pra-Sarasehan di UI, Jakarta)

oleh: Fatin Rohmah Nur Wahidah *)

fatinHingga hari ini, 15 tahun sudah KAMMI berdiri. Bagi sebuah gerakan, dapat diartikan bahwa gerakan ini sudah mencapai usia remajanya. Ada banyak hal yang juga sudah terjadi. Dalam sejarah kelahirannya, KAMMI memang lahir dalam era yang masih labil. Masa reformasi kala itu dan momentum krisis ekonomi pun mempengaruhi pola KAMMI secara umum. Karena dibentuk dalam suasana responsif saat itu., maka yang ditekankan adalah gerakan aksi turun ke jalan. Aksi demonstrasi yang dilakukan masih mudah dan berintensitas tinggi. Beberapa kali berupaya menurunkan preseiden sehingga pragmatisme-lah yang kala itu menjadi ciri khasnya. Namun kini zaman telah berganti dan banyak  perubahan yang terjadi. Begitu pun semestinya sebuah gerakan, mengalami perubahan ciri khas agar dapat lebih relevan.

Bicara kammi tidak lepas dari konteks jamaah dan partai. Saat itu, KAMMI masih lantang menkritisi pemerintahan sehingga disebut pengkritik rezim. Namun kini setelah jamaah berhasil masuk menjadi bagian dari negara, entah kemana suara lantang itu. Suara kritis KAMMI mulai bungkam akibat kebimbangan ataupun kegamangan bersikap. Apakah KAMMI masih menjadi gerakan perlawanan atau justru telah menjadi gerakan pendukung rezim? Mungkin juga KAMMI perlu kembali mendefinisikan siapa  ‘musuh’ yang perlu mereka lawan. Negara, lembaga multinasional, atau siapa?


KAMMI terus berkembang sejak berdirinya. Pemikiran yang bertumbuh pun semakin kritis atas keadaan kekiniannya. Ada pemikiran beberapa kader agar KAMMI menjadi lebih independen. Dalam jangka panjang, ada dampak positif dan negatif yang akan muncul. Dampak positifnya adalah KAMMI akan tetap berjalan sebagai organisasi karena mendapat dukungan dari struktur yang lebih tinggi. Namun, dampak negatifnya adalah justru akan mengkerdilkan KAMMI. Dalam jangka panjang, akan merugikan KAMMI sendiri karena tidak dibiarkan berkembang secara ‘bebas’ sehingga tidak akan ada pelebaran kader ke institusi lain sebagaimana organisasi lain yang memiliki kontrol lebih fleksibel.

Lalu apakah independesi bagi KAMMI adalah sesuatu yang mungkin? Kemandirian sebagai gerakan mahasiswa yang akan bertahan atau  tetap bergantung sebagai sayap dakwah partai politik? Secara aturan dalam AD/ART, KAMMI dinyatakan independen. Namun, di luar AD/ART yang dibuat dan lebih bersifat absolut, KAMMI tidak independen. Bila gerakan mahasiswa ini dikatakan gerakan mahasiswa, maka biarlah murni menjadi gerakan mahasiswa. Ide-ide, kreativitas, sikap, dan sebagainya biarlah merdeka. Sayangnya, tidak semudah itu. Ada garis merah yang tidak boleh dilanggar atau dilangkahi. Bila itu dilakukan, akan ada risiko yang harus dihadapi. Garis merah itulah yang membuat KAMMI menjadi tidak independen.

Apakah ketidakindependenan ini menjadi keresahan bagi KAMMI atau justru baru muncul pasca 2009? Salah satu gagasan yang muncul adalah penyebaran alumni KAMMI ke lintas partai, lintas golongan, sehingga independesi itu menemukan basis realnya dan mampu mewadahi basis yang lebih luas. Namun, lagi-lagi tidak mudah. Pencitraan begitu kuat akan kadar KAMMI membuat partai lain pun berjaga-jaga. Meski hal tersebut tidak menutup kemungkinan kader KAMMI masuk ke partai lain. pada kenyataannya, selama 15 tahun ini, kader KAMMI mayoritas masuk hanya pada satu partai tertentu. Begitu pula dengan pembentukan semacam wadah alumni KAMMI. Hal tersebut pun sudah dalam pembicaraan para pendiri KAMMI. Namun, tidak semua pendiri KAMMI pun menyepakati akan adanya semacam wadah alumni tersebut. Siapa yang akan mengetuai, siapa yang akan berani?

Seiring perubahan, aktivis KAMMI seharusnya bisa saja merambah ke masyarakatdalam rangka mencapai masyarakat Islami. Tidak melulu berkutat pada tataan struktural. Bila hanya struktural yang digeluti, maka mungkin KAMMI memang akan lebih banyak berkutat dengan presiden, pemerintah, dsb. Sedangkan masyarakat pun harus dijamah agar KAMMI menyentuh masyarakat sehingga bisa lebih dekat ke masayrakat.

Pendiri KAMMI kala itu berasal dari berbagai aktivis yang sudah jenuh dengan organisasi mereka. Artinya, bila kita pun sudah sudah jenuh dengan organisasi ini, kemudian ingin membentuk organisasi dengan format baru, itu bisa saja terjadi. Ibarat sebuah wadah yang sudah terisi air penuh, pilihannya adalah memperbesar wadahnya atau mengganti wadah penampungnya. Kecuali jika kita masih mau bertahan dengan kondisi sekarang, silakan lakukan apa saja asalkan tidak melewati garis merah yang telah ditentukan.

KAMMI adalah kristalisasi perlawanan orde baru. KAMMI sebagai simbolisasi islam politik. KAMMI ini bagian dari jamaah tarbiyah, bagian dari resistensi gerakan mahasiswa namun juga merupakan bagian besar dari gerakan pembaharuan pemikiran islam. Siapa pemilik KAMMI sebenarnya? Jamaah atau bangsa ini? Percayalah bahwa ini gerakan besar. Maka, perlu didukung dengan narasi besar. Mari, kita coba pikirkan bagaimana kisah masa depan KAMMI selanjutnya!

*) Notulis adalah Aktivis KAMMI di Universitas Indonesia, Mahasiswi Fakultas Psikologi UI

2 komentar:

  1. Beneran UI ada KAMMI nya ya? Mantapss lah :)

    BalasHapus
  2. Siapa pemilik KAMMI sebenarnya? Jamaah atau bangsa ini?

    Jawaban: KAMMI adalah milik jama'ah yang memperjuangkan bangsa ini menjadi Islami. Ini adalah alur pemahaman kita bersama. Hanya saja, dalam tataran praktiknya di lapangan. Tentu seperti yang telah kita sebutkan, KAMMI ini independen, milik umat Islam, dan tengah memperjuangkan pencetakan kader-kader Muslim Negarawan secara kontinyu.

    Salam hangat dan semangat selalu

    BalasHapus