Oleh: Zulfikhar
Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural
Artikel ini sebelumnya dimuat di http://bacazulfikhar.blogspot.com/2013/09/tentang-kiri.html
Tetapi bukankah seharusnya stereotip seperti itu
ditempatkan kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan? Bukankah mempertanyakan Tuhan adalah penyelidikan terhadap
keyakinan manusia itu sendiri selama berabad-abad? Bukankah hal itu sebetulnya juga memastikan, apakah benar hal
itu merupakan naluri –dalam Islam disebut fitrah- dasar manusia yang
disebut-sebut sebagai makhluk bertuhan? Dan bukankah itu sah (mengklarifikasi) meskipun saya adalah orang yang percaya
dengan keberadaan Tuhan?
Nah, disinilah kira-kira kekeliruan stereotip
masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, terhadap istilah ‘kiri’
ditempatkan. Kiri yang sejak masa Orde Baru berkuasa begitu ditakuti, dijauhi,
dilarang karena peristiwa-peristiwa kontroversial dan subversi yang diyakini
berada dibalik tanggungjawabnya. Mengapa dimusuhi? Jawabnya sederhana: karena orang kiri kebanyakan
atheis, membunuh para ulama dan orang-orang beragama.
Pendeknya, kiri diasosiasikan dengan
sekelompok orang atau gerakan politik yang atheis. Nah, disinilah akar
penjabaran dari tulisan ini. Saya hendak untuk mendiskursuskan kembali tentang
apa sebenarnya yang dimaksud dengan kiri, mengapa mereka hadir dan tujuan
mereka hadir agar tidak ada lagi multitafsir.
Apa itu Kiri?
Kiri dinamakan kepada sekelompok orang yang dulu
–sebelum pecah peristiwa G/30/S- berafiliasi politik dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI). Atau dengan ormas-ormas yang memiliki hubungan dengan PKI,
secara langsung atau tidak langsung. Tetapi, dengan semakin berkembangnya zaman
dan tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia, istilah kiri mulai dipahami lebih
luas. Artinya, kiri sudah menjadi istilah politik yang tidak lagi selalu
komunis an sich. Kiri semakin banyak variannya dan berafiliasi
dengan partai-partai nasionalis -terutama dilihat dari peristiwa hijrahnya
tokoh-tokohnya- seperti PDIP, Golkar, PBR dan beberapa partai kecil
lainnya.
Secara akademis, kiri diorientasikan kepada
kelompok orang yang berpikiran komunis dan sosialis. Karakter mereka kritis,
antikemapanan, berpikir progresif, dan mengandaikan kehidupan sosial yang
setara tanpa kelas.
Oleh karenanya kaum kiri menentang segala bentuk
kelas sosial yang memarginalisasikan kaum miskin kota, buruh, dan petani.
Khususnya kaum kaya yang tidak peduli dengan wabah kemiskinan (borjuis) yang
terjadi disekelilingnya. Pun kalau mereka peduli, kaum proletar yang
dipekerjakan di pabrik, kantor, atau lembaga-lembaga milik mereka, tidak
terjamin kesejahteraan hidupnya dan ekspektasi meningkatnya kekayaan milik
proletar tetap menjadi utopia.
Kiri menurut sejarah mulai dibicarakan pasca
terjadinya revolusi di Prancis tahun 1789. Tepatnya di dalam parlemen Prancis
terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang duduk di sebelah kanan
kursi ketua dewan dan yang terakhir, kaum radikal Jacobin, yang duduk di
sebelah kiri.
Di dalam parlemen kaum Jacobin terlampau sering
melakukan kritik dan berseberangan anggota parlemen yang lain. Gagasan politik
mereka diuraikan terlampau progresif. Sehingga, dari sinilah istilah kiri mulai
popular sebagai orang-orang yang radikal, kritis dan berpikir progresif.
Maka, kiri semula sebenarnya merupakan istilah
akademis ketimbang ideologis. Digunakan untuk membedakannya dengan kelompok
kanan yang mengandaikan status quo, kapitalisme, monopoli, masyarakat kelas,
dan lain-lain.
Kiri dan Marxisme
Kiri pada era sebelum kedatangan Karl
Marx adalah orang-orang yang relatif percaya kepada Tuhan, meskipun umumnya
mereka menempatkan urusan religius dalam lingkungan privat (sekulerisme).
Sehingga, diskursus tentang agama tidak banyak mendapat tempat dalam kelompok
ini. Sebaliknya, diskursus tentang demokrasi, republik, dan kesejahteraan
ekonomi mendapat tempat yang lebih primer dari yang lain.
Segera kondisi ini berubah setelah
Marx hadir. Khususnya, ketika ia mulai mengenal kiri saat datang ke Prancis.
Melalui Proudhon dan kaum kiri di Prancis, Marx akhirnya terinspirasi dengan
gerakan ini dan memutuskan untuk bergabung.
Ketertarikan Marx terhadap gerakan kiri membuatnya
banyak menulis pendapatnya tentang kiri, terutama konsepsi ideologi kiri.
Sehingga lahirlah Ideologi Jerman dan Manifesto Partai Komunis. Dua buku
pertamanya yang ditulis bersama sahabat karibnya, Friedrich Engels.
Dalam Ideologi Jerman, Marx mengkritik pendapat
filsuf yang dikaguminya, Ludwig Feurbach. Kritiknya berpusat pada filsafat
Feurbach yang cenderung lebih teoritis daripada praktis. Menurut Marx, filsafat
yang hanya berada dalam alam teori tidak akan merubah apapun. Sehingga, ia
berobsesi untuk menciptakan filsafat yang memiliki pengaruh ke dalam realitas.
Maka lahirlah filsafatnya yang terkenal, materialisme historis.
Materialisme historis adalah sebuah filsafat yang
menguraikan tentang perkembangan sejarah manusia. Sejarah manusia selalu
berpusat dan ditentukan oleh materi. Materi disini adalah kerja dan tindakan
manusia. Dalam hal ini adalah tindakan ekonomi. Seperti; produksi, distribusi
dan konsumsi. Singkatnya aktivitas kerja (ekonomi), yang dilakukan manusia
adalah sebab dari terjadinya sejarah.
Misalnya, mengapa dalam sejarah
manusia, sebuah negara atau bangsa selalu dipimpin oleh para hartawan,
bangsawan dan saudagar? Karena kapasitas produksi mereka lebih besar. Pekerjaan
mereka mendapatkan profit yang lebih daripada rakyat biasa. Mereka mempunyai
pabrik dan pekerjanya adalah rakyat biasa. Sehingga, merekalah yang pantas
memimpin Negara. Mengapa? Karena memang merekalah yang menciptakan negara.
Semata-mata untuk melindungi kepentingan kelas mereka.
Jadi, konsep materialisme historis bukanlah
filsafat yang dipahami banyak orang bahwa marxisme bertumpu kepada filsafat
materialisme yang mengandaikan pusat manusia adalah materi sebagai benda yang
dapat dijamah dan diindera seperti uang, harta dan manusia itu sendiri.
Sehingga, akhirnya meniadakan keberadaan Tuhan yang berwujud immateri.
Agama adalah Candu?
Marx dalam bukunya, Kritik kepada Filsafat
Kebenaran Hegel, mengatakan, “agama adalah candu rakyat”. Kenapa ia menuliskan
hal tersebut? Karena ia tidak percaya dengan filsafat Hegel yang mengatakan
bahwa dibalik eksistensi manusia selalu ada pengawasan dari roh absolut
(Tuhan). Lalu mengapa disebut candu? Begini penjelasannya.
Kaum kiri tidak semuanya adalah
orang-orang yang atheis. Kembali lagi ke pembahasan diatas, karena tidak semua
dari mereka adalah komunis -karena seorang komunis sudah dapat dipastikan ia
pasti atheis. Mereka hanya tidak konsen kepada persoalan-persoalan agama yang
menurut mereka tidak lebih penting daripada persoalan ekonomi yang berkaitan
erat dengan kesejahteraan rakyat.
Marx dulu berpikir, kenapa kaum proletar (buruh,
petani) hanya pasrah dengan keadaan ekonomi mereka yang timpang? Bekerja
membanting tulang di pabrik dan sawah tetapi hanya mendapat upah yang kecil.
Jangankan punya biaya untuk menyekolahkan anak, untuk makan saja sudah sulit. Padahal,
sebenarnya jika dikalkulasi secara matematis dan emansipatif, seharusnya upah
mereka lebih banyak dari yang diterima. Apalagi jam kerja yang diatur pengusaha
(borjuis) saat itu diatas 8 jam.
Kaum proletar setiap harinya hanya
menjadi orang-orang yang penyabar, ikhlas dan pasrah dengan keadaan mereka yang
tidak adil. Jean Baudrillard menyebutnya, ‘manusia fatalis’. Manusia yang
menerima keadaan diri apa adanya tanpa upaya untuk mengubahnya menjadi lebih
baik. Rupanya, menurut Marx, kepasrahan kaum proletar dapat terjadi karena
mereka adalah orang-orang yang percaya dengan Tuhan, orang-orang yang beragama.
Menurut Marx, agama rupanya membuat manusia
menjadi fatalis. Menjadikan para pemeluknya pasrah dan menerima dengan ikhlas
keadaan mereka sebagai takdir dari Tuhan. Kaum proletar sadar bahwa agama
mengajarkan hidup di dunia penuh ujian dan cobaan. Sehingga, harus dilewati dan
diterima dengan ikhlas supaya mendatangkan pahala dan meraih surga.
Nah, disinilah kritik Marx muncul terhadap agama.
Ajaran agama membuat kaum proletar tidak mempunyai spirit revolusioner yang
dibutuhkan untuk melakukan pembebasan. Agama sebagai tempat pelarian dari
kehidupan dunia yang kejam dan jahat. Sebagai rumah kaum proletar untuk mengadu
dan berdoa. Kata Marx, “agama adalah keluhan makhluk tertekan, perasaan dunia
tanpa hati, sebagaimana ia adalah roh zaman yang tanpa roh.” Sehingga, kaum
proletar mengalami ekstase karena terlampau terbiasa pasrah terhadap ujian dari
Tuhan, sehingga tidak lagi peduli dengan nasib masa depan mereka.
Maka dari sinilah Marx akhirnya menyimpulkan bahwa
agama itu adalah candu. Sesuatu yang mempengaruhi manusia untuk tidak melawan
penindasan kaum borjuis. Ajaran yang membawa kaum proletar untuk menjauhi
revolusi sebagai alat perjuangan marxisme. Akhirnya, menghambat pencapaian
melahirkan masyarakat komunis yang tanpa kelas.
Kaum kiri percaya bahwa kritik Marx terhadap agama
merupakan kunci untuk melakukan revolusi. Agama sebagai candu adalah dasar
untuk menumbuhkan spirit melawan penindasan kaum borjuis. Sehingga, wajar dalam
Negara komunis agama dipinggirkan dari ruang publik. Bahkan, ada beberapa
Negara komunis yang melarang rakyatnya untuk beragama.
Tetapi, umumnya di negara-negara
komunis masih banyak orang-orang yang menjalankan aktivitas keagamaan. Di Kuba
dan Cina misalnya, orang-orang Kristen dan Islam bisa melaksanakan ibadah
dengan baik. Mereka diizinkan untuk membangun rumah ibadah. Begitu juga di
Russia, terdapat masjid besar yang dibangun oleh komunitas muslim disana.
Maka kaum kiri sebenarnya tidak
melarang keberadaan agama. Karena Marx tidak pernah menulis bahwa agama harus
dilarang dan disingkirkan dari negara. Meskipun, kemudian banyak tafsir dari
para kiri revisionis yang berijtihad untuk menghabisi agama, karena bertentangan
dengan semangat revolusi proletar. Seperti pada revolusi PKI tahun 1948 di
Madiun dan beberapa daerah di Jawa.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq.
****
Zulfikhar adalah mahasiswa UMY dan Aktif di Pengurus Daerah KAMMI Bantul.
****
Zulfikhar adalah mahasiswa UMY dan Aktif di Pengurus Daerah KAMMI Bantul.
Saya senang membacanya ..... Bahwa dalam negara komunis sekalipun tidak pernah melarang tentang keberadaan agama , seperti kuba dan bolivia hehe ......
BalasHapustulisan yang mencerahkan dan mencerdaskan...
BalasHapus