5 Februari 2014

Nabi dan Revolusi (1) : Nabi Yusuf AS

oleh: Fatin Rohmah.
Aktivis KAMMI UI, Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

Bersiaplah dengan konflik yang mungkin kita temui dalam perubahan reformasi. Persiapkan diri kita untuk menerimanya dengan baik, segera selesaikan, dan jangan biarkan berlarut-larut. Manaje konflik tersebut, meski kadang kita yang membuatnya, buatlah konflik yang terukur sehingga kita bisa meredakan. Akuilah perbedaan, hargailah konflik yang ada.

Dalam Al-Quran yang sepertiganya terisi dari kisah-kisah para nabi, disebutkan bahwa kisah Nabi Yusuf adalah kisah terbaik. Mengapa demikian? Ada beberapa hal yang menjadi alasannya, yaitu :
  • Kisah yang berakhir bahagia. Nabi Yusuf yang berkonflik dan berpisah sejak kecil dengan para saudaranya, berpisah dengan keluarga terutama ayahnya hingga ayahnya senantiasa menangisi, kemudian di akhir kisah, Nabi Yusuf bahagia karena bisa bretemu dan berkumpul dengan saudara dan ayahnya kembali.
  • Kisah ini ada dalam Al-Quran secara lengkap, bukan hanya kisah-kisah awalan seperti nabi-nabi lainnya.
  • Sangat manusiawi dan terjadi di sekeliling kita.
  • Menggambarkan perjuangan yang bersusah-susah dahulu (kisah nabi dari anak-anak hingga dewasa) baru bersenang-senang kemudian (ketika dewasa ia bertemu dengan keluarganya). Ini merupakan success story karena dalam menyelesaikan masalahnya, Nabi Yusuf tidak melawan para saudaranya dengan peperangan tetapi dengan kedamaian.
Dalam kisah nabi Yusuf As pun terdapat pelajaran penting, yaitu tentang Reformasi. Reformasi adalah perubahan mendasar yang dilakukan dari dalam sistem, tidak bisa dihitung dalam jangka waktu beberapa tahun saja, dan hal ini terjadi antar generasi. Dalam melakukan perubahan mendasar ini, kita tentu membutuhkan:


  1. Perencanaan jangka panjang yang jelas, termasuk dalam hal sasaran dan unsur kekuatan perubahnya. Untuk membantu perencanaan ini, setiap diri kita harus memiliki mentor, yang bisa jadi  minimal usianya 20 tahun agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang. Selain itu, mentor kita itu juga sebaiknya orang yang sangat sukses atau orang yang sangat gagal dan sesuai dengan cita-cita kita di masa mendatang agar kita memilki gambaran masa depan serta dapat mengambil pelajaran darinya.
  2. Kita butuh master plan perubahan dari dalam beserta grand design startegi yang akan kita gunakan. Untuk menjaga agar kita tetap aman, jangan umumkan pada orang-orang/ khalayak ramai bahwa kita adalah agen perubahan, kecuali pada orang-orang yang kita anggap akan membantu kita. Rahasiakan pada mereka, yang tidak memungkinkan atau memang tidak punya kepentingan terhadap visi kita tersebut. Hal lain yang perlu dicatat adalah, reformasi itu tidak punya musuh dan kawan yang tetap. Semua bisa jadi kawan dan lawan, peran keduanya juga dapat saling bertukar. Maka, manfaatkan dengan sebaik mungkin dan posisikan keduanya dalam hal yang strategis dan tepat kondisi. Jangan menjauh dari lawan sekarang karena bisa jadi, dialah kawan kita di masa mendatang. Begitupun sebaliknya, seorang kawan kita sekarang bisa jadi lawan kita di masa mendatang.
  3. Sosok tokoh yang tampil sebagai agen perubahan dan nantinya sebagai leader of new system adalah orang-orang yang memiliki kualifikasi perspektif tangguh dari dalam. Artinya, ia harus kuat baik secara ketokohan, nama baik, prestasi, dan sebagainya. Dia haruslah orang yang: merupakan pilihan dari orang-orang terbaik, punya kredibilitas moral, kapasitas intelektual kuat, dan visioner. Dengan demikian, baik secara pemikiran, pengetahuan, latar belakang, dan karakternya dapat saling mendukung kepemimpinan perubahan yang akan ia lakukan.
  4. Agen perubahan adalah sosok yang senantiasa disikapi secara kontroversial. Hal ini bisa saja terjadi karena konflik. Bahkan sebuah konflik pun bisa muncul di antara para reformis sendiri. Mengapa? Karena manusia itu unik, punya berbagai kepentingan, dan pemikiran yang belum tentu sama cara berpikirnya, meski sama tujuannya. Dalam menghadapi dan menyikapinya, kita cukup saling menghargai, tetap menganggapnya saudara, dan tetap saling mendukung dengan cara kita. Jangan sampai cita-cita reformasi yang menjadi tujuan kita malah terabaikan karena konflik yang ada. Terbiasalah dengan konflik, karena ia akan mendewasakan kita. Berbuatlah dan berusahalah untuk dapat mengontrol konflik. Jangan hanya memunculkan konflik namun dibiarkan dan kita tidak mampu menyelesaikannya dengan baik.
  5. Agen perubahan akan melalui proses penempaan dan pergulatan dengan berbagai kenyataan sosial politik yang berat (kompleks dan kompetitif). Ia harus berani menentang kebijakan yang memang tidak sesuai dengan aturan. Ia berani menghadapi masalahnya dengan jiwa ksatria, bersifat heroik, dan berani menentang kebijakan yang tidak akuntabel serta transparan. Ia bukan orang yang mudah nyaman dan bertahan lama di zona kenyamanannya.
  6. Kekuatan muda seringkali menjadi komoditas politik yang menarik. Dalam kisah Nabi Yusuf, ketika masih muda, ia sudah bisa melakukan takwil mimpi. Mimpi di sini, diibaratkan bahwa pemuda sebagai kaum yang visioner, punya mimpi, dan punya visi yang akan diusahakan untuk diwujudkan dengan sebenar-benarnya.
    1. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan kita waspadai dalam melakukan   reformasi. Antara lain :
      • Ketika kita dekat dengan kekuasaan (mentri, bupati, gubernur,presiden). Karena itu posisi yang menggiurkan, jadi berhati-hatilah.
      • Jangan menjual murah diri kita dan jangan pernah menggadaikan idealisme/ value kita hanya karena ingin dekat dengan kekuatan politik.
      • Sebarkan reformasi kepada orang-orang yang strategis. Jika seorang pemimpin itu baik, maka kita bisa ikut baik. Sebaliknya, jika ia buruk, kita juga ikut buruk. Jadi, benahi bersama dan upayakan agar orang-orang di posisi penting itu pun sevisi dengan kita.
      • Jangan takut salah membenarkan pemimpin yang salah. Namun, jika ia masih tidak mau, bersyukurlah kita masih bisa berbeda dengannya. Jangan sampai tergoda dan kita justru mengikuti kesalahannya.
      • Tidak ada kawan abadi dan musuh abadi. Mencintai dan memberilah karena Allah dengan selalu mengingatkan diri akan tugas-tugas yang harus kita emban. Luruskan kembali niat agar jalan dan upaya ini semakin kokoh.

  7. Sistem jahiliyah dilandasi materialistik dan diwarnai tipu daya kekuasaan, maka kita harus selamat dari harta, tahta, dan wanita/laki-laki. Jangan sampai kita larut di dalamnya dan melupakan reformasi yang akan kita lakukan. Dasar keyakinan kita harus kuat menghadapi ujian duniawi. 
    1. Bagaimana caranya? Berikut ini adalah cara yang dapat kita tempuh, antara lain:
      • Rasa takut pada Allah
      • Sikap amanah dan pertanggungjawaban pada publik 
      • Kesadaran terhadap risiko politik yang akan diterima sebagai konsekuensi logis dari apa yang kita lakukan. Ingatlah bahwa konsekuensi itu juga menyangkut keluarga dan institusi yang kita bawa.

  8. Nabi Yusuf tetap memelihara konsistensi sikap dan misi perjuangannya. Jadi, jangan takut masuk penjara karena politik. Tidak jarang ditemui bahwa penjara justru menjadi tempat kaderisasi dan tempat optimalisasi para penghuninya. Di penjara, mereka bisa lakukan banyak hal dengan para penghuni lain dan dengan diri mereka sendiri. Penjara justru bisa menjadi bandar peradaban, ladang dakwah, dan batu loncatan kita menjadi orang yang lebih berkembang. Sekali lagi, jangan takut dengan penjara selama kita tetap konsisten dengan apa yang kita lakukan dalam membela agama Allah.
  9. Kebenaran bisa menjadi satu-satunya bargaining point dengan kekuasaan. Begitu ada panggilan kekuasaan, pastikan itu karena visi dan ideologi bukan hanya bersifat transaksional semata. Teguhlah dengan kebenaran yang kita bawa, bersihkan nama kita sehingga tidak ada yang memfitnah ataupun memanfaatkan informasi keburukan kita di masa lalu. Dengan demikian, ketika kita bergerak akan lebih mudah karena tidak ada masalah yang diungkit oleh orang lain terhadap kita.
  10. Proses panjang kehidupan yang dialami Nabi Yusuf sejak ia anak-anak hingga dewasa mengajarkan kita untuk bisa memvisualisasikan visi/mimpi kita. Maka buat life plan yang dapat membantu kita mencapai visi tersebut, miliki mentor yang handal, istiqomah di jalan Allah dalam berbagai kondisi, buat sejarah sendiri dengan menjadi orang yang berpengaruh bagi orang-orang di sekeliling kita, baru kita bisa mendapatkan kembali kebahagiaan seperti Nabi Yusuf yang telah lama bersabar lalu ia bahagia ketika bertemu dengan ayahnya kembali.
Semoga kita dapat mengamalkan yang telah dicontohkan oleh Nabi Yusuf As dan menjadi reformis pembawa perubahan untuk perbaikan ummat.

*tulisan ini dibuat dengan narasumber Bachtiar Firdaus dalam Training Pengembangan Diri PPSDMS NF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar