7 Februari 2014

Nabi dan Revolusi (2) : Nabi Daud AS

oleh: Fatin Rohmah.
Aktivis KAMMI UI, Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural

Dalam melakukan revolusi, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: Ideologi sama, kepentingan yang besar, dan krisis/ momentum yang tepat.

Kisah revolusi nabi Daud ini terdapat dalam QS. Al-Baqoroh 246-251. Kisah ini dimulai ketika Nabi Musa berhasil mengeksodus Mesir ke Palestina. Setelah berpuluh tahun berjalan, para elit dari Bani Israil kembali berkumpul dan bertemu dengan Nabi Samuel. Kisah ini mengawali term yang akan dibahas, yaitu revolusi. Revolusi adalah sebuah bentuk perubahan yang sangat cepat dan biasanya terjadi kurang dari 10 tahun. Setiap upaya perubahan yang ada lahir dari para elit (sedikit) bukan para alit. Mereka itu orang-orang yang memiliki wawasan luas, kesadaran politik, dan basis dukungan sosial. Inilah tiga syarat untuk menjadi pemimpin besar yang dibutuhkan dalam melakukan revolusi. Dalam kisah nabi Daud, sangat disayangkan bahwa para elit yang berkumpul tadi, tidak memiliki orang dari kaumnya yang memiliki tiga syarat tersebut (memiliki wawasan luas, kesadaran politik, dan basis dukungan social) sehingga mereka menemui Nabi Samuel untuk bisa mengkristalkan dan mensakralkan perjuangan mereka agar nilai-nilai revolusi yang mereka bawa tetap dilegitimasi.

Pengaruh adalah satu kata yang dibutuhkan oleh pemimpin. Ia harus bisa mempengaruhi bawahannya agar mau bertindak sesuai visinya. Ia harus bisa menggerakan dengan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Demikian pula ketika seseorang akan melakukan revolusi, ia harus punya pengaruh bagi orang-orang di sekitarnya. Berkat kecerdikan Nabi Samuel, ia menyadari bahwa sebuah revolusi bisa terjadi dari orang yang berasal dari kaumnya sendiri. Ia mengetahui ada seorang pemuda bernama Thalut. Thalut adalah anak desa dari golongan Bani Israel, bahkan anak seorang yang tak punya. Dia tinggal di desa kecil bersama ayahnya. Pekerjaannya bertani dan beternak. Dalam pergaulan ia jarang dikenal oleh orang lain sehingga tidak ada yang menyangka ia akan menjadi seorang pemimpin. Tetapi dia adalah seorang yang berbadan kuat dan sehat, perawakannya tinggi dan gagah, matanya tajam, wawasan pikiran luas dan tajam. Ia juga mempunyai hati yang suci dan bersih serta memilki budi pekerti yang halus dan agung. Nabi Samuel memilihnya dengan menyadari bahwa seorang pemimpin revolusi haruslah berwawasan luas dan memiliki kekuatan fisik yang handal. Karenanya, ia memilih Thalut karena memenuhi kriteria tersebut.

Dalam melakukan revolusi, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
  1. Ideologi sama. Ideology yang sama dapat menguatkan alasan seseorang atau sebuah kelompok melakukan revolusi. Ideologi ini harus kuat dan saling dipahami.
  2. Kepentingan besar. Selain ideologi yang sama, kepentingan, visi, dan tujuan yang akan dicapai juga harus besar serta kuat.
  3. Krisis/ momentum. Setelah memiliki kepentingan yang sama, revolusi perlu memilih momentum yang tepat agar dampaknya pun terasa dengan lebih tepat.

Ketika menghadapi masalah, seorang pemimpin harus memiliki ketenangan, baik secara ideologis, psikologis, dan sosial. Secara ideologis, artinya ia memiliki keyakinan pada Allah. Ia yakin bahwa inilah jalan Allah dan kita sedang membawa kebenaran dari-Nya. Secara psikologis, artinya ia memiliki jiwa dan sikap yang siap menghadapi lawan serta gejolak jiwa yang dihadapinya. Kemudian, secara sosial, artinya ia konsisten dalam syariat dan metode sehingga tidak menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya.

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, Maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia Telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang Telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari Ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar."( QS. Al-Baqarah: 249)



Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa betapa banyak pasukan yang sedikit namun dapat mengalahkan pasukan besar. Mengapa? Karena mereka tidak tergoda dengan materi. Pasukan yang menang tidak serta merta menghalalkan dan merampas harta didapatkannya. Ia tidak berebut karena harta rampasan semata. Adanya unsur/ segmen peripheral (lapisan pinggir) yang bersikap dan berpikir pragmatis seringkali menjadi penyebab anarkisme perjuangan. Hal inilah yang perlu dihindari.

Revolusi itu berbeda dengan reformasi. Ada 4 babak dalam revolusi yang dilalui, yaitu:
  1. Penghancuran. Penghancuran ini adalah penghancuran system yang lama atau system sebelmnya.
  2. Peletakan pondasi baru. Pondasi atas system baru yang akan kita buat perlu disiapkan dengan matang sehingga tak tergoyah atau kembali pada system sebelumnya.
  3. Pembangunan system. Membangun system ini juga bukan pekerjaan mudah. Perlu kerja keras, semangat, dan konsistensi dalam melakukannya. System yang baru harus dibangun dan ditanamkan dengan kuat.
  4. Pemeliharaan. Setelah system terbentuk, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kita harus memeliharanya, merawatnya, menjaganya agar tetap kuat.

Demikianlah sebuah revolusi bekerja. Jika kita ingin membuat revolusi dalam diri kita dan lingkungan sekitar kita, bahkan revolusi dalam skala bangsa dan negara, semua tahapan ini sudah bisa diteladani dari kisah Nabi Daud As.

Kemudian QS. Al-Baqarah: 251 , “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah[24] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”. Ayat ini menerangkan bahwa meskipun kita punya keterbatasan apapun, asalkan kita berani Allah pasti akan membantu kita. Apalagi kita sebagai pemuda yang memiliki kekuatan sangat penting dan berpengaruh. Yakinlah pada Allah dan usahakan semampu kita.

Bagi seseorang yang ingin menghadapi musuh dalam peperangan, dapat pula diambil nasihat dari kisah ini. Yaitu :
  1. Sabar. Kesabaran itu terlihat pada sikap Thalut dan tentaranya yang tahan dalam menghadapi cobaan ketika mereka dihadapkan pada sungai yang mereka lewati. Padahal mereka sedang dalam keadaan sangat haus namun dilarang meminum banyak air dari sungai itu, mereka hanya diperbolehkan mengambil air satu cakupan tangan saja. Bagi orang yang tahan menghadapi cobaan, mereka tetap sabar untuk tidak meminum air sungai tersebut secara berlebihan, walau sedang kehausan. Namun bagi mereka yang tidak sabar mereka tetap meminum banyak dari air sungai tersebut sampai akhirnya kekenyangan dan tidak dapat lagi melanjutkan peperangan melawan Jalut dan tentaranya. Di sinilah letak ujian yang berat bagi mereka agar tetap bersabar menghadapi cobaan untuk meraih kemenangan pada akhirnya. 
  2. Teguh Pendirian. Dalam kisah ini terlihat dari pendirian Jalut dan tentaranya untuk berperang melawan orang-orang kafir. Cobaan berupa kehausan, kepanasan, materi, dan bahkan ancaman nyawa. Namun pada akhirnya cobaan demi cobaan dapat mereka hadapi dengan kegigihan dan teguh pendirian untuk tetap berjuang menegakkan kebenaran dan meraih kemenangan atas izin Allah.  Meskipun juga ada sebagian besar tentara yang maju dari awal, memilih mengundurkan diri karena tidak kuasa menghadapi cobaan yang mendera. 
  3. Optimis. Sifat optimis terlihat dari sikap Thalut yang selalu berharap dan minta pertolongan hanya kepada Allah. Ia memohon agar jangan sampai patah semangat dalam melawan Jalut dan tentaranya. Mereka tetap optimis dan penuh keyakinan untuk meraih kemenangan, sehingga kemenangan yang sejati akan dapat diraih. Dan kemenangan yang sesungguhnya adalah kemenangan untuk mengalahkan hawa nafsu yang selalu bersemayam dalam hati setiap manusia.
Semoga Allah senantiasa menuangkan kesabaran dan kekokohan pendirian dalam diri kita serta menolong kita dari musuh-musuh Allah.

*tulisan ini bersumber dari Training Pengembangan Diri PPSDMS NF yang disampaikan bang Bachtiar Firdaus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar