23 Januari 2015

Tariq Ramadan: Lihatlah Penyerangan Paris dari "Potret Besarnya"

Terjemahan Wawancara Aljazeera English dengan Tariq Ramadan: Double Standard of Freedom of Expression

Pada hari Kamis, 8 Januari 2015, satu hari setelah peristiwa penyerangan kantor majalah mingguan satir Charlie Hebdo di Paris, stasiun televisi Aljazeera English mewawancarai Professor Tariq Ramadan tentang dampak setelah serangan tersebut. Wawancara ini diterjemahkan oleh kontributor Jurnal Kultural, Muh Ihsan Harahap, yang juga adalah Pengurus KAMMI Komisariat Universitas Hasanuddin, Makassar. 


Anchor:
Kita sekarang sedang bersama dengan Tariq Ramadan. Dia adalah profesor Studi Islam Kontemporer di Universitas Oxford. Terima kasih banyak sudah mau berbincang dengan kami.

Di tengah liputan media yang intensif, kita telah melihat komentar dari para pemimpin di seluruh dunia. Juga tentang duka yang bukan hanya diderita oleh keluarga korban dari penyerangan kemarin, tetapi juga oleh banyak orang di seluruh Eropa. Apa yang menjadi penting dari peristiwa serangan kemarin? Apa yang kita perlu pahami? Berikan kami konteks atas hal ini.

Tariq Ramadan:
Lihat, pertama-tama saya pikir sebagai muslim dan ilmuwan Islam yang memperhatikan masalah ini.. kita punya orang yang “menggunakan” Islam atau “berhubungan” dengan Islam, dan kita harus mengatakan kita mengutuk peristiwa ini, ini tidak ada kaitannya dengan agama kami. Kedua, untuk memberikan perhormatan kepada korban dan keluarga korban. Ini sangat penting. 

Hal kedua, adalah untuk tetap berpegang pada prinsip yang kita punya. Freedom of Expression (kebebasan berpendapat) harus dilindungi. Saya telah berdebat dengan Charb (Stephane Charbonnier)[ Editor dan Direktur Publikasi majalah pekanan Charlie Hebdo. Debat dengan Tariq Ramadan terjadi sekitar bulan November 2012, seorang korban yang terbunuh kemarin, pada dua tahun lalu

(Debat ini bisa disaksikan dalam Bahasa Prancis di sini: https://www.youtube.com/watch?v=4WnafcVXUYw)

Anchor:
Jurnalis yang anda tidak setuju dengannya..

Tariq Ramadan:
Ya. Saya telah memberitahukan kepadanya seberapa besar ketidaksetujuan saya terhadapnya. Tetapi , melindungi haknya untuk mengatakan apa yang dia katakan, juga adalah hal penting.

Sekarang, masalah yang saya miliki dengannya pada waktu itu adalah bahwa “Anda terus mengkritisi dan menstigmatisasi umat Islam”. Dan itu sepertinya ada normalisasi atas hal ini di Barat hari ini. (Hal ini) tidak hanya datang dari partai Kanan-Jauh (Far-right), tetapi juga semua partai tradisional sepertinya “mengislamisasi” (islamazing) setiap masalah. Jadi ada Islamofobia di sini.

Anchor:
Apakah anda berpikir bahwa mereka menyadari ini?

Tariq Ramadan:
Oleh Charlie Hebdo?

Anchor:
Bukan. Tapi (bukan hanya) pada partai kanan-jauh (far-right party) tetapi juga oleh partai-partai tradisional yang Anda sebutkan tadi.

Tariq Ramadan:
Ya atau tidak. Karena masalahnya adalah bahwa sekarang kita memiliki semacam standarisasi atau normalisasi dari masalah ini. Dan enam tahun lalu, Sine, seorang kartunis yang mengkritisi atau membuat karikatur tentang Yahudi[ Artikel dan kartun yang dibuat Sine yang dipublikasi di majalah pekanan Charlie Hebdo yang berhubungan dengan pernikahan Jean Sarkozy dengan Jessica Sebaoun-Darty, keturunan Yahudi, menimbulkan kontroversi setelah jurnalis Claude Askolovitch menganggapnya sebagai aksi anti-semit. Dan kemudian dia dipecat dua pekan kemudian. Dan pertanyaan saya kemudian hari ini adalah bagaimana bisa anda berbicara tentang Freedom of Expression ketika ada double standard seperti itu? Jika kita melawan rasisme, kita harus melawan semua bentuk rasisme. Dan jika kita menuntut Freedom of Expression maka itu harus diterapkan sama bagi semua. 

Selanjutnya tentang ini bisa dibaca di artikel The Guardian: http://www.theguardian.com/world/2008/aug/03/france.pressandpublishing ] –berhubungan dengan anak dari Sarkozy[ Nicholas Sarkozy, presiden Prancis sebelum Francois Hollande]. 

Anchor:
Jadi apakah Islamophobia dikategorikan sebagai bentuk dari rasisme?

Tariq Ramadan:
Bisa jadi. Dan saya tidak harus mengakuinya seperti itu. Dan faktanya kita juga melihat (kenyataannya). Saya siap menerima segala jenis kritikan berkenaan dengan prinsip kami sebagai muslim. Saya sudah siap untuk itu. Dan ini yang saya telah katakan sejak dari awal. Saya salah satu dari yang pertama mengatakan bahwa fatwa terhadap Salman Rushdie bukan merupakan fatwa agama[ Fatwa Ayatollah Khomeini tentang Hukuman Mati bagi Salman Rushdie], tetapi lebih kepada fatwa politis. Dan apa yang saya katakan juga tentang kartun Denmark, saya mengatakan kepada umat Islam: ambil jarak kritis, jangan terlibat, ini adalah jebakan . Katakan saja “kami tidak menyukainya”, dan lampauilah hal ini dan (jadilah) lebih bermartabat. 

Anchor:
Tetapi mereka (umat Islam) tidak selalu melakukan itu..

Tariq Ramadan:
Tidak, tapi semua orang Eropa dan jika anda melihat apa yang terjadi di Barat, sebagian besar mayoritas muslim tidak bereaksi apa-apa terhadap kejadian ini sekarang. Mereka tahu bagaimana ini bekerja.

Anchor:
Apakah sekarang juga bukan masalah ketika ada silent majority (mayoritas yang diam) dari kalangan Islam moderat, jika Anda mau berbicara tentang ini.

Tariq Ramadan:
Saya tidak mau mengatakan mereka “moderat”,  tapi saya pikir (memang) ada kelompok silent majority, dan ini saran saya kepada semua Muslim Barat dan muslim seluruh dunia...

Anchor:
Mengapa Anda menolak mengatakan “moderat”?

Tariq Ramadan:
Tidak, saya tidak suka term “moderat”. Karena sangat sering, Anda tahu... Bernard Henry-Levy dari Prancis pernah berbicara tentang “muslim moderat” dan mengambil, tapi tahukah Anda apakah itu muslim moderat? Mereka (juga) meminum alkohol. Jika anda muslim moderat, maka (menurut mereka) seperti itu..

Anchor:
Ya.. sangat susah untuk mengkategorikan orang...

Tariq Ramadan:
Jadi saya berkata mereka (hanya) muslim..

Anchor:
Ok, mari saya meletakkannya seperti ini, ketika saya berbicara tentang “moderat”.  Jadi (mereka adalah) orang yang muslim yang akan berbicara (atau) akan mengartikulasikan fakta bahwa tidak ada pemisah antara Islam dan nilai-nilai serta prinsip Islam dan prinsip dari freedom of speech dan freedom of expression. 

Tariq Ramadan:
Ya, pasti. Jadi, mereka ini “muslim”.. 

Anchor:
*tertawa*

Tariq Ramadan:
Inilah hal yang harus kita promosikan. Dan Anda benar pada satu poin. Kita butuh orang yang vokal di Barat, dan kita harus berhenti bersikap reaktif. Dan kita harus berhenti mengasingkan diri. Saya seorang warga Barat, saya seorang warga Eropa, dan inilah waktunya bagi kita untuk menjadi mainstream. Dan bukan hanya berbicara tentang Islam. Karena sering saya diundang berbicara sebagai muslim, hanya untuk berbicara tentang Islam. Kita butuh berbicara tentang pendidikan, kita butuh berbicara tentang keadilan sosial, kita perlu berbicara tentang ekonomi, kita perlu berbicara dengan isu-isu yang kita hadapi di Barat. Ini sesuatu yang sangat penting. Dan juga ada satu hal penting yang kita harus tambahkan di sini: segencar kita mengutuk peristiwa ini (pernyerangan kantor Charlie Hebdo), kita juga menginginkan orang –orang di seluruh dunia untuk memberikan nilai yang sama kepada setiap bentuk kehidupan manusia. Karena, hari ini saja, ratusan orang sedang dibunuh dengan alasan yang sama (juga) oleh ekstrimis yang sama di Suriah dan Irak.

(Apakah) sepertinya hal ini tidak lebih kejam?

Jadi 12 orang (dibunuh) di Prancis, ini menjadi kontroversi dan reaksi emosional yang terjadi secara internasional. Seratus orang tidak berarti apa-apa karena itu terjadi setiap hari? Tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Kita juga harus dihargai dengan cara kita berdiri untuk keadilan dan martabat kemanusiaan di Suriah, di Irak, di Palestina, di semua tempat di dunia. Dan ini mulai didiskusikan secara global.

Anchor
Apakah anda melihat bahwa pembicaraan/diskusi yang terjadi setelah kejadian ini mengarah ke arah sana?

Tariq Ramadan:
Tidak, tetapi malah berjalan secara emosional ke arah sebaliknya, berfokus pada reaksi-reaksi emosional. Tetapi kita mempunyai tanggung jawab hari ini pada sebentuk perang global (global war) ini, untuk berhenti bersikap emosional dan menjadi lebih bijaksana, dengan prinsip-prinsip kita, untuk merekonsiliasi diri kita dengan ajaran-ajaran prinsip kita. Kita harus melihat ke potret besarnya (the big picture), dan gambaran besarnya adalah bahwa hari ini Barat dan beberapa Pemerintah Barat menargetkan atau menanyakan ke umat Islam untuk meminta maaf dan di saat yang sama mereka (Pemerintah Barat) sendiri terlibat dalam melakukan pembunuhan jutaan, ratusan ribu manusia dengan kebijakan mereka yang tidak memberikan penghargaan atas kehidupan. 

Hari ini, standar mereka adalah bahwa hidup orang-orang Arab dan orang-orang Muslim tidak lebih bernilai daripada orang-orang Barat.

Anchor:
Tariq, terangkan kami sedikit banyak tentang penyerangan yang terjadi kemarin di Paris. Dan, tentu saja, di sana ada slogan yang berhubungan dengan Islam disebutkan (diteriakkan)[ Kata “Allahu Akbar” yang diteriakkan oleh terduga pelaku penyerangan.] pada saat penyerangan itu. Dan saya tahu Anda jelas mengatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan Islam dan prinsip-prinsip Islam dengan apa yang kita lihat kemarin, berhubungan dengan kealamiahan/kebiasaan (the nature) dari penyerangan itu sendiri, banyak orang mendeskripsikan ini berhubungan dengan militer jika kita melihat perencanaan penyerangan ini. Bagaimana ini dibandingkan dengan aksi serupa yang kita telah lihat di masa lalu?

Tariq Ramadan:
(Sebenarnya) masih banyak pertanyaan yang kita punya untuk dipertanyakan. Karena, Anda tahu, sebagai contoh apa yang terjadi dengan 11 September? Apa yang terjadi di Madrid? Apa yang terjadi di London? Dan sekarang apa yang sedang terjadi di Prancis. Kita telah mendengar kemarin bahwa mereka meninggalkan dua KTP di dalam mobil. Hal ini sangat “canggih” dalam hal tujuan, dan sangat bodoh dalam hal mereka meninggalkan (KTP) itu. Saya pikir kita perlu menanyakan orang-orang ini bagaimana bisa mereka melakukan ini? Bagaimana bisa sebagai contoh....

Anchor:
Ini mirip dengan perampokan bank, dalam hal tujuan, dan berbagai kejahatan yang kita telah lihat di masa lalu..

Tariq Ramadan:
Cukup jelas, mereka mengaitkan ini dengan Islam dan mengatakan ini pembalasan dendam atas Nabi. Dan tanggapan saya atas ini adalah TIDAK, ini bukan pembalasan dendam atas Nabi, tetapi pengkhianatan terhadap Islam dan agama kita. 

Sekarang kita harus berangkat lebih dalam dari itu, dalam hal mengenali orang ini (siapa pelakunya), bagaimana mereka terlibat dalam hal ini, apa saja hubungan (yang ada di dalamnya). Bagaimana peran intelejen dalam kejadian yang utuh, dimana mereka, dan bagaimana hal seperti itu mungkin terjadi dengan cara seperti itu. Bagaimana kemungkinan hal ini bisa dilakukan, dan kemudian mendapatkan petunjuk tentang bagaimana kita bisa mendapatkan pelaku, dengan dua KTP di dalam mobil. 

Jadi, saya pikir kita harus mengutuk kejadian ini, tetapi kita juga jangan bersikap naif. Kita harus berangkat lebih dalam, dalam mempertanyakan, setelah apa yang telah terjadi, dengan cara yang bijaksana. Apa saja konsuekuensi yang akan terjadi, dan apa saja elemen-elemen yang sudah (dan akan) diketahui oleh intelejen, dalam hal ini Intelejen Prancis di tempat yang pertama. 

Anchor:
Tariq Ramadan, terima kasih.

Tariq Ramadan:
Kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar