Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural Jawa Timur
“disobedience is the true foundation of liberty. The obedient must be slaves” – Henry David Thoreau
BICARA tentang KAMMI dan Keindonesiaan tidak dapat terlepas dari satu hal penting: warisan sejarah.
Perjalanan spiritualitas kebangsaan tidak bisa terlepas
dari tatanan Imperium kerajaan-kerajaan di nusantara abad 13-14 M. Pada abad
ini kejahatan paling purba dari manusia, yakni membunuh dan menindas sangat
erat kaitannya dengan perebutan sumber daya dan pengakuan. Kerajaan-kerajaan di
bumi nusantara dan asia saling adu kompetensi dan peradaban untuk saling
menaklukkan. Secara sederhana imperium-imperium itu digerakkan oleh sistem
sosial yang harus mempunyai benteng
bernama kekuasaan. Selama seni tatakelola masyarakat yang berdaulat dan
pemerintah yang memiliki mandat berjalan harmonis dalam suatu wilayah, tak ada
peyorasi dalam narasi kekuasaan. Dan skema ini sukses dibangun oleh Majapahit,
sebagai kerajaan yang sukses melakukan program politik berupa penyatuan nusantara
sebagai cikal bakal Indonesia.
Mustahil
apabila Bangsa Indonesia ini berkonsensus untuk bersatu dalam satu kebangsaan
berwujud Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan lebih dari tujuh belas ribu
pulau dan tujuh ratus empat puluh enam bahasa ibu tanpa spiritualitas nenek
moyang kita, pada masa Majapahit.
Majapahit
menarik untuk dilihat kembali sebagai prototype tatanan sistem kehidupan
masyarakat yang kompleks. Hal ini erat kaitannya dengan kepemimpinan Hayam
Wuruk melalui sumber sejarah utama Kerajaan Majapahit yang dituliskan oleh Empu
Prapanca pada Nagarakrtagama Bab
71-72 dan 83.
Raja Majapahit
bertambah semangat dalam mengurus negaranya, dalam perkara-perkara hukum ia
tidak tebang pilih, tapi setia pada jiwa dari kitab hukum. Ketika memberikan penghargaan,
ia tak memihak, demi kesejahteraan rakyat pengabdianlah yang dikejarnya.
Pendeta, bangsawan, kelas menengah dan rakyat jelata dan empat kasta semua
mempunyai keahlian sesuai tugas-tugas mereka. Tanpa pengecualian penjahat
berhenti berpikir jahat karena kekaguman pada keberanian sang raja.
Falsafah
politik yang dijunjung tinggi oleh Majapahit sejak awal pemerintahan Krtanagara
sampai Hayam Wuruk adalah ; “Satu dalam
Keberagaman, Karena kebenaran tidak bisa dipecah-pecah”(Kakawin Arjuna Wijaya oleh
Empu Tantular)
Peran
sentral Majapahit lainnya juga diperankan oleh Mahapatih Gajah Mada, dan
Gayatri Rajapatni, istri Raden Wijaya, raja Majapahit. Peran-peran utama dan
fungsi-fungsi birokrasi pada masa majapahit mencitrakan semangat egalitarian, terutama
pasca perang Bubat. Sebagai Patih dari kalangan jelata, otoritas yang dimiliki
Gajahmada sebagai pemimpin politik Majapahit berhasil membawa perubahan besar
bagi majapahit, sedangkan sistem sosial ditopang langsung oleh semangat
solidaritas Hayam Wuruk. Dimensi-dimensi yang membangun masyarakat berhasil
mengantarkan imperium ini berkuasa sampai semenanjung malaka.
Melalui
refleksi kejayaan majapahit, hari ini indonesia gagal untuk menciptakan
birokrasi yang manusiawi, pemerintahan yang ekspansif dan penuh semangat
egalitarian. Maka dari itu KAMMI ingin mengambil peran besar dalam
mengembalikan kejayaan nusantara melalui spiritualitas Majapahit. Secara
geospasial Jawa Timur sebagai pusat episentrum kekuasaan Majapahit tentu masih
menyisakan ruang-ruang kosong untuk mengembalikan kejayaan imperium Majapahit
melalui semangat nasional.
Jawa
Timur setiap pergantian kronologi sejarah Indonesia menunjukkan spirit
kebangsaan yang tak pernah padam, jaman kolonialisme sampai reformasi mengambil
peran yang signifikan. Tokoh-tokoh nasional muncul dari timur, negarawan
revolusioner hingga upaya disintegrasi bangsa juga muncul dari timur, hal
inilah yang perlu kita cermati bahwa pergerakan mahasiswa juga akan mengalami
masa emas dimulai dari timur.
Melalui
lompatan kesadaran akan spirit yang tak pernah hilang ini KAMMI meresapi
relung-relung imperium raksasa di nusantara untuk mengembalikan abad ke-emasan
Indonesia saat ini juga. “satu dalam
keberagaman” ataupun “bhineka tunggal
ika” merupakan upaya dimensional yang dilakukan oleh KAMMI untuk memangkas
masa penundaan kejayaan bangsa dengan merefleksikan langsung dari kemegahan
masa lalu, kemegahan dinasti Majapahit.
Proses
pemaknaan dan pengkajian yang dilakukan oleh KAMMI secara kultural memperkuat
basis ideologi dan kesadaran intelektualitas akan makna Unity in diversity”.
Sedangkan secara struktural KAMMI Jawa Timur mewakili upaya ekspansi dan
kontribusi nyata untuk turut melahirkan kader-kader yang filosofis dan penuh
integritas pada negara dan agama.
KAMMI
MAJAPAHIT merupakan hasil perenungan yang agung, melewati batas-batas dimensi
sejarah yang penuh dengan darah dan tragika. Kepercayaan diri ini muncul karena
diam-diam rakyat merindukan masa keemasan yang sudah terkubur dalam monumen dan
mematung seperti arca. Kammi berkomitmen untuk mengaduk-aduk isi bumi
nusantara, menemukan lahan yang baik untuk bertumbuh dan memberikan alternatif
gagasan dari negeri sendiri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak
melupakan sejarah. KAMMI MAJAPAHIT menyalakan kembali teks-teks bacaan yang
hampa akan nilai hidup dan manuskrip yang gagal merekam hikmah. Mengokohkan
pilar-pilar kebangkitan ummat melalui Islam yang multidimensional.
KAMMI Jawa Timur Bersatu
Seseorang tidak akan
bisa membangun surga yang bertentangan dengan masyarakat (Ali Syariati)
KAMMI
tetap curiga terhadap realitas, kammi bangkit dari Timur jawa dan membawa
spirit perlawanan terhadap despotisme. Bangku kuliah dan kelas-kelas yang kami
ikuti tidak cukup menjadikan kami seorang intelektual. Pendidikan yang kami
raih tidak semata-mata membuat kami silau akan kemegahan. Kami enggan
menggunakan gelar kesarjanaan untuk naik ke tangga sosial yang lebih tinggi.
Kami tidak akan melacurkan narasi ilmiah untuk memuaskan nafsu pemilik modal,
kami bertekad tak akan bersembunyi pada ketiak rezim tirani. Kami berpikir dan
berkehendak merdeka, tempat kami adalah perjuangan melawan siapa saja yang
berani menginjak injak nilai kemanusiaan dan penyembah kapitalisme
Dunia
pergerakan telah membuat kami sepenuhnya sadar bahwa kampus bak menara gading,
akademisi adalah deretan arca yang abai terhadap kenyataan sosial. tulisan
mereka tiada bernyali karena hanya deretan ringkas teori-teori. Mereka jauh
dari kelas yang seharusnya mereka bela, maka ijinkan kami meretas gundah rakyat
miskin kota, sebagaimana puisi Wiji Tukhul, Batas
Panggung:
Ini
daerah kekuasaan kami
Jangan
lewati batas itu
Jangan
campuri apa yang terjadi di sini
Karena
kalian penonton
Kalian
adalah orang luar
Jangan
rubah cerita yang telah kami susun
Jangan
belokkan jalan cerita yang telah kami rencanakan
Karena
kalian adalah penonton
Kalian
adalah orang luar
Kalian
harus diam
Biarkan
kami menjalankan kekuasaan kami
Tontonlah
Tempatmu
di situ
Sebagai aktivis
pergerakan Islam, tentulah kami mencoba merefleksi Abu Dzar, sahabat nabi yang
hidup dalam kemiskinan dan selalu melakukan kritik terhadap segala bentuk
kemapanan. Garis hidup kami adalah bersama massa yang tertindas. Pada momentum
perih yang dialami setiap jengkal rakyat kecil kami merasai bahwa Pemerintah sangatlah
manipulatif, logika kebijakan berkiblat pada naik turunnya angka-angka
ekonomis, bukan ratapan rakyat miskin di sepanjang jalan sisa rampasan tanah.
Para akademisi yang licin menyiapkan segala dalil pembelaan untuk meyakinkan
publik bahwa menaikkan harga tanpa syarat adalah upaya pembenahan ekonomi dan
devisa. mereka masuk dalam pusaran kuasa agar tetap kenyang, agar transportasi
tak jadi urusan, agar sikap konsumtif mereka terpuaskan. Sungguh kami berada
pada persimpangan yang amat sulit. Negeri ini dipenuhi hegemon-hegemon raksasa,
terpelajar namun tak memiliki hati. Maka kami akan menempuh segala upaya untuk
menghapus air mata darah rakyat yang tidak merdeka. Kami akan tetap turun
kejalan berteriak bahwa mereka adalah binatang jalang, kanibalis!.
Militer
tetaplah militer, aparat tetaplah budak negara. Kerap kami dihadapkan pada muka
masam mereka di bahu jalan tempat kami menggelar aksi, mereka pikir demonstrasi
kami adalah sekedar reaksi sekejap terhadap ketidaknyamanan kelas yang kami
bela, mereka salah! Ini adalah iman perjuangan, ini adalah metodologi
pergerakan. Dari masa ke masa mereka tetap pada pihak yang selalu kami lawan,
dulu mereka membungkam mahasiswa kritis, menculik dan membinasakan manusia,
sekarang mereka merampas tanah, mengacungkan senjata pada kaum miskin yang
meminta hak-nya. Menggusur kumpulan manusia lapar dan memelihara anjing untuk
menakut-nakuti para pembangkang.
Kami mengutuk segala perilaku penindasan
seperti itu. Kita masih punya Tuhan yang pengasih dan penyayang, kita masih
memiliki harga diri, kita adalah intelektual profetik, ketika para akademisi
memilih netral pada setiap gejolak yang ada, kami dengan tegas menunjukkan
keberpihakan yang nyata. Dimana ada jeritan pilu rakyat yang dimiskinkan di
situlah kami berdiri menggelar panggung perjuangan. Mereka yang menonton
tetaplah akan menjadi penonton di batas panggung. Kami akan memenangkan
kompetisi melawan ketidak-adilan.
Bung!.
Mari kita rapatkan barisan, jangan sampai kemewahan dan mobilitas sosial
vertikal menjadi provokator utama lemahnya iman perjuangan ini. Kammi Jawa
Timur siap untuk mengencangkan simpul-simpul aksi, kami akan mengulang kembali
okupasi yang tertunda. Kami berangkat dari keyakinan dan ketauhidan. Kami
adalah pecinta kebenaran. Kami akan tetap mewakafkan diri untuk massa yang
tertindas, kami akan meretas kebathilan dengan metodologi pergerakan.
Kawan-kawan!.
Poros Timur Indonesia akan kami putar haluannya menyambut penguasa yang
despotik. Kami tidak perlu citra, jika disana penuh transaksi dan eksistensi
semu, kami tidak hanya nampak di permukaan, kami melawan jauh menghujam akar
terdalam. Kammi Jawa Timur telah berbenah bangkit dan berekspansi. Kami secara
taktis menyebarkan ideologi perjuangan pada mereka yang berpihak pada rakyat.
38 kota dan kabupaten telah siap untuk digerakkan para muslim negarawan. Kami
menancapkan semangat perlawanan dari kampus-kampus dan masjid-masjid, karena
persoalan rakyat bukan semata urusan agama, ini persoalan kemanusiaan yang
beradab. Kami tanggalkan bagaimana cara untuk hidup mewah, kami adalah sarjana
dan calon sarjana, namun kami tak akan
pernah bisa kalian lelang dengan rupiah maupun dollar demi meloloskan niat
eksploitatif para pemilik modal.
Di
sisi lain kami ingin tetap mengatakan “Persetan soal parlemen, mereka adalah
wujud nyata kapitalisme global, para pemimpin kontrarevolusioner, karena
merekalah yang duduk di parlemen, indonesia masih mengalami penindasan dominasi
imperialisme dan feodalisme” maka, suatu niscaya bahwa KAMMI adalah gerakan
ekstraparlementer. Perwujudan tatanan masyarakat yang beradab kami bangun atas
dasar rasa tunduk dan Khidmat kepada-Nya. Sekian. Salam Pembebasan! Merdeka!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar