9 Desember 2014

KAMMI MAJAPAHIT: Sebuah Manifesto Pergerakan dari Jawa Timur

Oleh : Anis Maryuni Ardi, Faqih Addien Al Haq, Muhammad Azami Ramadhan 

Pegiat Forum Diskusi KAMMI Kultural Jawa Timur


“disobedience is the true foundation of liberty. The obedient must be slaves” – Henry David Thoreau

BICARA tentang KAMMI dan Keindonesiaan tidak dapat terlepas dari satu hal penting: warisan sejarah. 


Perjalanan spiritualitas kebangsaan tidak bisa terlepas dari tatanan Imperium kerajaan-kerajaan di nusantara abad 13-14 M. Pada abad ini kejahatan paling purba dari manusia, yakni membunuh dan menindas sangat erat kaitannya dengan perebutan sumber daya dan pengakuan. Kerajaan-kerajaan di bumi nusantara dan asia saling adu kompetensi dan peradaban untuk saling menaklukkan. Secara sederhana imperium-imperium itu digerakkan oleh sistem sosial yang  harus mempunyai benteng bernama kekuasaan. Selama seni tatakelola masyarakat yang berdaulat dan pemerintah yang memiliki mandat berjalan harmonis dalam suatu wilayah, tak ada peyorasi dalam narasi kekuasaan. Dan skema ini sukses dibangun oleh Majapahit, sebagai kerajaan yang sukses melakukan program politik berupa penyatuan nusantara sebagai cikal bakal Indonesia.



Mustahil apabila Bangsa Indonesia ini berkonsensus untuk bersatu dalam satu kebangsaan berwujud Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan lebih dari tujuh belas ribu pulau dan tujuh ratus empat puluh enam bahasa ibu tanpa spiritualitas nenek moyang kita, pada masa Majapahit.

Majapahit menarik untuk dilihat kembali sebagai prototype tatanan sistem kehidupan masyarakat yang kompleks. Hal ini erat kaitannya dengan kepemimpinan Hayam Wuruk melalui sumber sejarah utama Kerajaan Majapahit yang dituliskan oleh Empu Prapanca pada Nagarakrtagama Bab 71-72 dan 83.

Raja Majapahit bertambah semangat dalam mengurus negaranya, dalam perkara-perkara hukum ia tidak tebang pilih, tapi setia pada jiwa dari kitab hukum. Ketika memberikan penghargaan, ia tak memihak, demi kesejahteraan rakyat pengabdianlah yang dikejarnya. Pendeta, bangsawan, kelas menengah dan rakyat jelata dan empat kasta semua mempunyai keahlian sesuai tugas-tugas mereka. Tanpa pengecualian penjahat berhenti berpikir jahat karena kekaguman pada keberanian sang raja. 

Falsafah politik yang dijunjung tinggi oleh Majapahit sejak awal pemerintahan Krtanagara sampai Hayam Wuruk adalah ; “Satu dalam Keberagaman, Karena kebenaran tidak bisa dipecah-pecah”(Kakawin Arjuna Wijaya oleh Empu Tantular)

Peran sentral Majapahit lainnya juga diperankan oleh Mahapatih Gajah Mada, dan Gayatri Rajapatni, istri Raden Wijaya, raja Majapahit. Peran-peran utama dan fungsi-fungsi birokrasi pada masa majapahit mencitrakan semangat egalitarian, terutama pasca perang Bubat. Sebagai Patih dari kalangan jelata, otoritas yang dimiliki Gajahmada sebagai pemimpin politik Majapahit berhasil membawa perubahan besar bagi majapahit, sedangkan sistem sosial ditopang langsung oleh semangat solidaritas Hayam Wuruk. Dimensi-dimensi yang membangun masyarakat berhasil mengantarkan imperium ini berkuasa sampai semenanjung malaka.

Melalui refleksi kejayaan majapahit, hari ini indonesia gagal untuk menciptakan birokrasi yang manusiawi, pemerintahan yang ekspansif dan penuh semangat egalitarian. Maka dari itu KAMMI ingin mengambil peran besar dalam mengembalikan kejayaan nusantara melalui spiritualitas Majapahit. Secara geospasial Jawa Timur sebagai pusat episentrum kekuasaan Majapahit tentu masih menyisakan ruang-ruang kosong untuk mengembalikan kejayaan imperium Majapahit melalui semangat nasional.

Jawa Timur setiap pergantian kronologi sejarah Indonesia menunjukkan spirit kebangsaan yang tak pernah padam, jaman kolonialisme sampai reformasi mengambil peran yang signifikan. Tokoh-tokoh nasional muncul dari timur, negarawan revolusioner hingga upaya disintegrasi bangsa juga muncul dari timur, hal inilah yang perlu kita cermati bahwa pergerakan mahasiswa juga akan mengalami masa emas dimulai dari timur.

Melalui lompatan kesadaran akan spirit yang tak pernah hilang ini KAMMI meresapi relung-relung imperium raksasa di nusantara untuk mengembalikan abad ke-emasan Indonesia saat ini juga. “satu dalam keberagaman” ataupun “bhineka tunggal ika” merupakan upaya dimensional yang dilakukan oleh KAMMI untuk memangkas masa penundaan kejayaan bangsa dengan merefleksikan langsung dari kemegahan masa lalu, kemegahan dinasti Majapahit.

Proses pemaknaan dan pengkajian yang dilakukan oleh KAMMI secara kultural memperkuat basis ideologi dan kesadaran intelektualitas akan makna  Unity in diversity”. Sedangkan secara struktural KAMMI Jawa Timur mewakili upaya ekspansi dan kontribusi nyata untuk turut melahirkan kader-kader yang filosofis dan penuh integritas pada negara dan agama.

KAMMI MAJAPAHIT merupakan hasil perenungan yang agung, melewati batas-batas dimensi sejarah yang penuh dengan darah dan tragika. Kepercayaan diri ini muncul karena diam-diam rakyat merindukan masa keemasan yang sudah terkubur dalam monumen dan mematung seperti arca. Kammi berkomitmen untuk mengaduk-aduk isi bumi nusantara, menemukan lahan yang baik untuk bertumbuh dan memberikan alternatif gagasan dari negeri sendiri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah. KAMMI MAJAPAHIT menyalakan kembali teks-teks bacaan yang hampa akan nilai hidup dan manuskrip yang gagal merekam hikmah. Mengokohkan pilar-pilar kebangkitan ummat melalui Islam yang multidimensional.

KAMMI Jawa Timur Bersatu
Seseorang tidak akan bisa membangun surga yang bertentangan dengan masyarakat (Ali Syariati)
KAMMI tetap curiga terhadap realitas, kammi bangkit dari Timur jawa dan membawa spirit perlawanan terhadap despotisme. Bangku kuliah dan kelas-kelas yang kami ikuti tidak cukup menjadikan kami seorang intelektual. Pendidikan yang kami raih tidak semata-mata membuat kami silau akan kemegahan. Kami enggan menggunakan gelar kesarjanaan untuk naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Kami tidak akan melacurkan narasi ilmiah untuk memuaskan nafsu pemilik modal, kami bertekad tak akan bersembunyi pada ketiak rezim tirani. Kami berpikir dan berkehendak merdeka, tempat kami adalah perjuangan melawan siapa saja yang berani menginjak injak nilai kemanusiaan dan penyembah kapitalisme

Dunia pergerakan telah membuat kami sepenuhnya sadar bahwa kampus bak menara gading, akademisi adalah deretan arca yang abai terhadap kenyataan sosial. tulisan mereka tiada bernyali karena hanya deretan ringkas teori-teori. Mereka jauh dari kelas yang seharusnya mereka bela, maka ijinkan kami meretas gundah rakyat miskin kota, sebagaimana puisi Wiji Tukhul, Batas Panggung:

Ini daerah kekuasaan kami
Jangan lewati batas itu
Jangan campuri apa yang terjadi di sini
Karena kalian penonton
Kalian adalah orang luar
Jangan rubah cerita yang telah kami susun
Jangan belokkan jalan cerita yang telah kami rencanakan
Karena kalian adalah penonton
Kalian adalah orang luar
Kalian harus diam

Biarkan kami menjalankan kekuasaan kami
Tontonlah
Tempatmu di situ

Sebagai aktivis pergerakan Islam, tentulah kami mencoba merefleksi Abu Dzar, sahabat nabi yang hidup dalam kemiskinan dan selalu melakukan kritik terhadap segala bentuk kemapanan. Garis hidup kami adalah bersama massa yang tertindas. Pada momentum perih yang dialami setiap jengkal rakyat kecil kami merasai bahwa Pemerintah sangatlah manipulatif, logika kebijakan berkiblat pada naik turunnya angka-angka ekonomis, bukan ratapan rakyat miskin di sepanjang jalan sisa rampasan tanah. Para akademisi yang licin menyiapkan segala dalil pembelaan untuk meyakinkan publik bahwa menaikkan harga tanpa syarat adalah upaya pembenahan ekonomi dan devisa. mereka masuk dalam pusaran kuasa agar tetap kenyang, agar transportasi tak jadi urusan, agar sikap konsumtif mereka terpuaskan. Sungguh kami berada pada persimpangan yang amat sulit. Negeri ini dipenuhi hegemon-hegemon raksasa, terpelajar namun tak memiliki hati. Maka kami akan menempuh segala upaya untuk menghapus air mata darah rakyat yang tidak merdeka. Kami akan tetap turun kejalan berteriak bahwa mereka adalah binatang jalang, kanibalis!.

Militer tetaplah militer, aparat tetaplah budak negara. Kerap kami dihadapkan pada muka masam mereka di bahu jalan tempat kami menggelar aksi, mereka pikir demonstrasi kami adalah sekedar reaksi sekejap terhadap ketidaknyamanan kelas yang kami bela, mereka salah! Ini adalah iman perjuangan, ini adalah metodologi pergerakan. Dari masa ke masa mereka tetap pada pihak yang selalu kami lawan, dulu mereka membungkam mahasiswa kritis, menculik dan membinasakan manusia, sekarang mereka merampas tanah, mengacungkan senjata pada kaum miskin yang meminta hak-nya. Menggusur kumpulan manusia lapar dan memelihara anjing untuk menakut-nakuti para pembangkang. 

Kami mengutuk segala perilaku penindasan seperti itu. Kita masih punya Tuhan yang pengasih dan penyayang, kita masih memiliki harga diri, kita adalah intelektual profetik, ketika para akademisi memilih netral pada setiap gejolak yang ada, kami dengan tegas menunjukkan keberpihakan yang nyata. Dimana ada jeritan pilu rakyat yang dimiskinkan di situlah kami berdiri menggelar panggung perjuangan. Mereka yang menonton tetaplah akan menjadi penonton di batas panggung. Kami akan memenangkan kompetisi melawan ketidak-adilan.

Bung!. Mari kita rapatkan barisan, jangan sampai kemewahan dan mobilitas sosial vertikal menjadi provokator utama lemahnya iman perjuangan ini. Kammi Jawa Timur siap untuk mengencangkan simpul-simpul aksi, kami akan mengulang kembali okupasi yang tertunda. Kami berangkat dari keyakinan dan ketauhidan. Kami adalah pecinta kebenaran. Kami akan tetap mewakafkan diri untuk massa yang tertindas, kami akan meretas kebathilan dengan metodologi pergerakan.

Kawan-kawan!. Poros Timur Indonesia akan kami putar haluannya menyambut penguasa yang despotik. Kami tidak perlu citra, jika disana penuh transaksi dan eksistensi semu, kami tidak hanya nampak di permukaan, kami melawan jauh menghujam akar terdalam. Kammi Jawa Timur telah berbenah bangkit dan berekspansi. Kami secara taktis menyebarkan ideologi perjuangan pada mereka yang berpihak pada rakyat. 38 kota dan kabupaten telah siap untuk digerakkan para muslim negarawan. Kami menancapkan semangat perlawanan dari kampus-kampus dan masjid-masjid, karena persoalan rakyat bukan semata urusan agama, ini persoalan kemanusiaan yang beradab. Kami tanggalkan bagaimana cara untuk hidup mewah, kami adalah sarjana dan calon sarjana, namun  kami tak akan pernah bisa kalian lelang dengan rupiah maupun dollar demi meloloskan niat eksploitatif para pemilik modal.

Di sisi lain kami ingin tetap mengatakan “Persetan soal parlemen, mereka adalah wujud nyata kapitalisme global, para pemimpin kontrarevolusioner, karena merekalah yang duduk di parlemen, indonesia masih mengalami penindasan dominasi imperialisme dan feodalisme” maka, suatu niscaya bahwa KAMMI adalah gerakan ekstraparlementer. Perwujudan tatanan masyarakat yang beradab kami bangun atas dasar rasa tunduk dan Khidmat kepada-Nya. Sekian. Salam Pembebasan! Merdeka!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar